Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)

Intinya sih...

  • Para peneliti menemukan bahwa vaksin herpes zoster dikaitkan dengan penurunan risiko demensia sebesar 20 persen pada lansia.
  • Vaksin herpes zoster menyebabkan perbedaan signifikan dalam kemungkinan demensia, berdasarkan catatan kesehatan lebih dari 280.000 lansia di Wales.
  • Kemungkinan perlindungan terhadap demensia dari vaksin herpes zoster mungkin terkait dengan peradangan saraf yang terkait dengan demensia.

Demensia adalah istilah umum untuk hilangnya ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir lainnya yang cukup parah hingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum.

Penyakit yang dikelompokkan dalam istilah umum "demensia" disebabkan oleh perubahan otak yang tidak normal. Gejala demensia memicu penurunan keterampilan berpikir (kemampuan kognitif) yang cukup parah hingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan fungsi mandiri. Gejala tersebut juga memengaruhi perilaku, perasaan, dan hubungan.

Demensia belum dapat dicegah atau disembuhkan, tetapi gaya hidup kamu usia paruh baya dapat membantu menjaga kesehatan otak seiring bertambahnya usia. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menerapkan gaya hidup "otak sehat" memiliki risiko demensia yang lebih rendah di kemudian hari. Gaya hidup yang menyehatkan otak ini sangat penting setelah seseorang mencapai usia paruh baya, karena pada saat itulah perubahan pada otak mulai terjadi.

Mengenai pencegahan demensia, para ilmuwan mungkin telah menemukan bukti terkuat sejauh ini, bahwa vaksin herpes zoster dikaitkan dengan penurunan risiko demensia.

Catatan kesehatan lebih dari 280.000 lanjut usia mengungkapkan bahwa mereka yang menerima vaksin herpes zoster yang disebut Zostavax memiliki kemungkinan 20 persen lebih kecil untuk didiagnosis demensia selama tujuh tahun berikutnya dibandingkan dengan mereka yang tidak menerimanya. Temuan yang dianggap sangat penting ini dipublikasikan dalam jurnal Nature pada 2 April 2025.

Detail studi

Para peneliti memanfaatkan program vaksinasi yang berlangsung di Wales lebih dari satu dekade lalu. Kebijakan kesehatan publik menetapkan bahwa mulai 1 September 2013, orang yang lahir pada atau setelah 2 September 1933 memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin Zostavax, sementara mereka yang lebih tua tidak memenuhi syarat.

Kebijakan tersebut menciptakan eksperimen alamiah di mana populasi lansia dibagi secara tajam menjadi dua kelompok tergantung pada akses mereka terhadap vaksin. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk membandingkan tingkat demensia pada lansia yang lahir dengan jarak beberapa minggu tetapi berada di kedua sisi batas kelayakan vaksin.

Para peneliti mengamati catatan kesehatan lebih dari 280.000 lansia yang berusia 71 hingga 88 tahun pada awal program vaksinasi dan tidak mengidap demensia. Mereka berfokus pada kelompok yang berada di garis pemisah: mereka yang berusia 80 tahun sebelum 1 September 2013 (memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin), dan mereka yang lahir setelah tanggal tersebut (yang tidak memenuhi syarat). Kemudian, para peneliti hanya mengamati apa yang terjadi pada mereka.

Pada tahun 2020, tujuh tahun setelah program vaksinasi dimulai, sekitar satu dari delapan lansia, yang saat itu berusia 86 dan 87 tahun, telah mengalami demensia. Namun, kelompok yang telah menerima vaksin herpes zoster memiliki kemungkinan 20 persen lebih kecil untuk didiagnosis demensia.

Karena para peneliti tidak dapat menemukan faktor pengganggu lain yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut—seperti tahun pendidikan atau vaksin lain atau kondisi kesehatan seperti diabetes—para peneliti yakin vaksin herpes zoster adalah pembuat perbedaan tersebut.

Alasan kenapa vaksin herpes zoster dapat memberi perlindungan terhadap demensia

ilustrasi vaksinasi lansia (pexels.com/Kampus Production)

Para ilmuwan berteori bahwa kemampuan perlindungan terhadap demensia dari vaksin herpes zoster mungkin terkait dengan peradangan (inflamasi).

Herpes zoster (shingles/cacar api) merupakan infeksi kulit akut akibat reaktivasi virus varicella zoster pada orang yang dulu pernah terkena virus varicella zoster (cacar air) dan virus tersebut bisa laten atau tidur di dalam saraf. Dan, saat daya sistem kekebalan tubuh melemah, virus tersebut bisa kembali aktif.

Reaktivasi tersebut menciptakan peradangan hebat di sekitar sel saraf, dan peradangan kronis makin diakui sebagai faktor utama dalam penurunan kognitif. Dengan mencegah herpes zoster, vaksin tersebut secara tidak langsung dapat melindungi terhadap peradangan saraf yang terkait dengan demensia.

Bagaimana dengan plak protein amiloid dan tau yang cenderung ditemukan di otak pasien Alzheimer, yang telah lama dianggap sebagai penyebab utama penyakit tersebut? Mungkin saja plak tersebut sebenarnya merupakan respons tubuh terhadap infeksi yang mendasarinya. Hal itu dapat membantu menjelaskan mengapa perawatan yang secara langsung menargetkan plak tersebut sebagian besar tidak efektif—karena tidak menargetkan penyebab sebenarnya.

Walaupun temuan studi ini dianggap sangat penting, tetapi belum ada obat maupun pencegah ampuh untuk melawan Azheimer dan demensia. Satu uji klinis yang sedang berlangsung sekarang sedang meneliti apakah valasiklovir, antivirus untuk melawan virus penyebab herpes zoster, dapat memperlambat penurunan kognitif pada pasien Alzheimer tahap awal.

Referensi

"What is Dementia?" Alzheimer's Associaton. Diakses April 2025.
"Dementia - reducing your risk." Better Health Channel. Diakses April 2025.
Eyting M, Xie M, Michalik F, Heß S, Chung S, Geldsetzer P. "A natural experiment on the effect of herpes zoster vaccination on dementia." Nature. 2025 Apr 2. doi: 10.1038/s41586-025-08800-x.

Editorial Team