Setiap kali banjir besar, longsor, gempa, atau bencana lannya terjadi, fokus terbesar saat itu biasanya tertuju pada evakuasi, distribusi makanan, dan ketersediaan air bersih. Namun, ada satu kebutuhan dasar yang sering luput, yaitu akses sanitasi yang aman. Di banyak lokasi pengungsian, toilet darurat memang tersedia, tetapi tidak selalu memadai, baik dari sisi jumlah, keamanan, maupun kebersihannya.
Dalam kondisi penuh ketidakpastian, banyak penyintas akhirnya harus mengandalkan metode yang lebih “manusiawi” dan langsung, atau yang kini kerap disebut human-powered sanitation, kondisi ketika manusia harus beradaptasi dengan ruang, alat, dan situasi yang terbatas untuk bisa tetap buang air secara aman. Konsep ini muncul bukan karena pilihan, tetapi karena kebutuhan mendesak.
Di titik inilah risiko kesehatan dan keselamatan meningkat. Ketika skala bencana membesar dan fasilitas tidak mengimbangi, masyarakat menghadapi situasi yang rentan. Mulai dari penyebaran penyakit berbasis air hingga tantangan menjaga martabat dan privasi.
