Peneliti utama dalam studi tersebut, Dr. Minjee Kim, menjelaskan lebih lanjut mengenai pengukuran tidur para partisipan. Dipantau selama 7 hari, para partisipan mengenakan sebuah alat yang dipasang di pergelangan tangan.
"Daripada membawa para partisipan lansia ke laboratorium, kami mengumpulkan data dari lingkungan sehari-hari mereka," ujar Dr. Minjee.
Para peneliti terkejut saat mengetahui bahwa lebih dari setengah populasi partisipan lansia tidur dengan cahaya. Dokter Minjee mengatakan bahwa umumnya, para partisipan lansia tidur sambil terpapar cahaya redup. Jadi, apa dampak tidur dengan cahaya untuk para partisipan lansia?
Penelitian bertajuk "Light at night in older age is associated with obesity, diabetes, and hypertension" ini menemukan bahwa tidur dengan cahaya meningkatkan risiko hipertensi 74 persen, obesitas 82 persen, dan diabetes 100 persen. Menariknya, tidur dengan cahaya tidak berpengaruh terhadap risiko hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi).
"Tampak bahwa sedikit paparan cahaya pun berdampak pada respons tubuh. Studi hewan dan manusia lampau menunjukkan hubungan antara paparan cahaya yang tak tepat (kurang pada siang hari dan terlalu banyak pada malam hari) dengan risiko obesitas," kata Dr. Minjee pada Medical News Today.