Di balik statistik global tentang imunisasi, ada jutaan orang tua yang menunggu anaknya diberi vaksin pertama, mengantre di fasilitas kesehatan primer, atau mungkin ada petugas kesehatan yang membawa boks vaksin mengetuk pintu demi pintu.
Tahun 2024 ini, data terbaru WHO dan UNICEF mencatat ada 115 juta bayi, atau sekitar 89 persen dari bayi di dunia, yang sudah mendapat setidaknya satu dosis vaksin DTP, vaksin yang melindungi mereka dari difteri, tetanus, dan batuk rejan (pertusis). Dari jumlah itu, sekitar 109 juta anak sudah menyelesaikan tiga dosis penuh. Ada kenaikan dibanding tahun lalu. Memang tidak banyak, tetapi cukup berarti. Setidaknya 171 ribu anak lagi terselamatkan dengan satu dosis, dan satu juta anak berhasil melengkapi dosisnya.
Di atas kertas, angka ini patut disyukuri. Namun, di lapangan, pekerjaan rumah masih banyak, karena nyatanya masih ada hampir 20 juta bayi di berbagai belahan dunia yang belum terlindungi sepenuhnya. Bahkan, 14 juta bayi di antaranya sama sekali belum pernah divaksinasi apa pun.
Kalau target Agenda Imunisasi 2030 mau dikejar, angka bayi yang belum divaksinasi ini seharusnya sudah turun 4 juta lagi pada 2024. Nyatanya, justru masih lebih tinggi dibanding tahun 2019, tahun terakhir sebelum pandemi datang dan membuat imunisasi di banyak negara tertunda.
Banyak faktor yang membuat anak-anak ini belum divaksinasi, mulai dari akses layanan imunisasi yang terbatas, pasokan vaksin yang terganggu, konflik, situasi kemanusiaan yang sulit, sampai informasi yang salah soal vaksin.
Padahal, perlindungan dari vaksinasi bisa menjadi penentu hidup seorang anak. Karenanya, memastikan satu anak pun tidak ketinggalan vaksinasi dapat memberi anak kesempatan hidup yang sama, di mana pun anak dilahirkan.