Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleks

Mengganti paru-paru yang sudah rusak parah dengan yang sehat

Transplantasi paru-paru adalah satu dari sejumlah pilihan penanganan untuk penyakit yang menyerang paru-paru stadium akhir. Ini bukan untuk semua orang, dan tidak boleh dipertimbangkan kecuali jika semua opsi perawatan lain tidak berhasil.

Menurut laporan dalam jurnal European Respiratory Review tahun 2020, lebih dari 4.600 transplantasi paru-paru dilakukan dilakukan setiap tahunnya, yang mana 55 persen dilakukan di Amerika Utara dan 36 persen di Eropa.

Untuk pasien dengan penyakit paru-paru yang parah, transplantasi bisa membuat pernapasan menjadi lebih mudah dan memberikan kehidupan selama bertahun-tahun. Akan tetapi, operasi transplantasi paru-paru ini merupakan operasi besar, kompleks, serta biaya dan risiko komplikasinya tinggi.

Untuk mengetahui prosedur transplantasi paru-paru lebih mendalam, simak ulasan lengkapnya berikut ini, ya!

1. Apa itu transplantasi paru-paru?

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi paru-paru (consultqd.clevelandclinic.org)

Mengutip Johns Hopkins Medicine, transplantasi paru-paru adalah operasi yang dilakukan untuk mengangkat paru-paru yang sudah rusak parah dan menggantinya dengan paru-paru sehat dari orang lain. Transplantasi bisa dilakukan pada satu maupun kedua paru-paru.

Prosedur ini dapat dilakukan pada hampir semua usia, mulai dari bayi baru lahir hingga orang dewasa, hingga usia 65 tahun bahkan bisa juga di atas itu.

Jenis prosedur transplantasi paru-paru meliputi:

  • Transplantasi paru-paru tunggal: transplantasi satu paru-paru
  • Transplantasi paru-paru ganda: transplantasi kedua paru-paru
  • Transplantasi sekuensial bilateral (bilateral sequential): transplantasi kedua paru-paru yang dilakukan satu per satu. Ini juga disebut bilateral single
  • Transplantasi jantung-paru: transplantasi paru-paru dan jantung yang diambil dari donor tunggal

Donornya sendiri biasanya dari orang yang sudah meninggal dunia, yang disebut dengan transplantasi kadaver. Orang dewasa yang sehat dan tidak merokok yang cocok mungkin dapat menyumbangkan sebagian dari paru-parunya, yaitu bagian lobus. Jenis transplantasi ini disebut dengan living transplant atau transplantasi dari pendonor yang masih hidup. Orang-orang yang mendonorkan lobus paru-parunya tetap bisa hidup sehat dengan paru-paru yang tersisa.

2. Kondisi apa yang membuat seseorang membutuhkan transplantasi paru?

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi pasien yang dirawat di rumah sakit (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Paru-paru yang tidak sehat atau rusak bisa menyulitkan tubuh untuk mendapatkan oksigen yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup. Berbagai penyakit dan kondisi dapat merusak paru-paru dan menghambat kemampuannya untuk menjalani fungsinya secara efektif, mengutip Mayo Clinic.

Transplantasi paru-paru mungkin direkomendasikan untuk:

  • Memiliki masalah paru-paru serius yang tidak dapat diperbaiki dengan perawatan lain
  • Memiliki harapan hidup 12 hingga 24 bulan tanpa transplantasi

Transplantasi juga mungkin diperlukan untuk pasien dengan kondisi berikut:

Beberapa penyebab seseorang membutuhkan transplantasi paru-paru antara lain:

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), termasuk emfisema
  • Displasia bronkopulmoner
  • Jaringan parut pada paru-paru (fibrosis paru)
  • Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
  • Fibrosis kistik
  • Penyakit jantung atau cacat jantung yang memengaruhi paru-paru
  • Penyakit lainnya yang bisa menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah, seperti sarkoidosis, histiocytosis, dan lymphangioleiomyomatosis. Beberapa kondisi keturunan juga dapat memengaruhi paru-paru

Selain itu, transplantasi paru-paru juga sudah dilakukan untuk beberapa pasien COVID-19.

Kerusakan pada paru-paru sering kali bisa diobati dengan obat-obatan atau dengan alat bantu pernapasan khusus. Namun, bila perawatan tersebut tidak membantu atau fungsi paru-paru jadi mengancam jiwa, dokter mungkin akan merekomendasikan transplantasi tunggal ataupun ganda.

Beberapa orang dengan penyakit arteri koroner mungkin memerlukan prosedur untuk mengembalikan aliran darah ke arteri yang tersumbat atau menyempit di jantung, selain transplantasi paru-paru. Dalam beberapa kasus, orang dengan kondisi jantung dan paru-paru yang serius mungkin memerlukan transplantasi jantung-paru.

Baca Juga: 9 Gejala Awal Kanker Paru-Paru, Jangan Luput dari Perhatian!

3. Faktor-faktor yang memengaruhi kelayakan seseorang untuk menjalani transplantasi paru

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi pasien di rumah sakit (pexels.com/RODNAEProductions)

Transplantasi paru-paru bukanlah pengobatan untuk semua orang. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yang menentukan apakah seseorang kandidat untuk transplantasi yang baik atau tidak.

Prosedur medis ini mungkin tidak bisa dilakukan para pasien dengan kondisi ini:

  • Memiliki infeksi aktif
  • Memiliki riwayat medis kanker beberapa waktu belakangan
  • Kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya (metastasis)
  • Punya penyakit serius seperti penyakit ginjal, hati, atau jantung
  • Tidak mau atau tidak mampu untuk mengubah gaya hidup yang diperlukan untuk menjaga kesehatan paru-paru donor, seperti tidak minum alkohol dan tidak merokok
  • Masalah kesehatan yang membuat seseorang tidak dapat menoleransi prosedur operasi
  • Kondisi kesehatan serius selain penyakit paru-paru yang tidak membaik setelah transplantasi
  • Tidak memiliki dukungan dari keluarga atau teman

4. Apa saja persiapan untuk transplantasi paru-paru?

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi sampel darah (freepik.com/rawpixel.com)

Mengutip National Health Service, umumnya sebelum seseorang dimasukkan ke daftar penerima transplantasi, ada beberapa tes yang diperlukan untuk memastikan organ vital lainnya, seperti jantung, ginjal, dan hati akan berfungsi dengan baik setelah transplantasi dilakukan.

Pasien juga perlu melakukan perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok dan menurunkan berat badan bila overweight. Intinya, pasien harus dalam kondisi sesehat mungkin saat transplantasi paru-paru dilakukan.

Menurut American Lung Association, mungkin persiapan mental juga dibutuhkan. Bisa dengan bantuan ahli kesehatan mental maupun mendapatkan dukungan lewat keluarga dan orang-orang terdekat.

Lengkapnya, persiapan tersebut mungkin meliputi:

  • Evaluasi psikologis dan sosial
  • Tes darah untuk membantu menemukan donor yang sesuai
  • Tes diagnosis untuk memeriksa kesehatan paru-paru dan kesehatan secara keseluruhan, seperti sinar-X, ultrasound, CT scan, tes fungsi paru, biopsi paru, dan pemeriksaan gigi. Untuk calon penerima transplantasi perempuan, mungkin akan butuh Pap smear, evaluasi ginekologi, dan mamografi
  • Vaksinasi tertentu mungkin diperlukan untuk meminimalkan risiko infeksi yang dapat memengaruhi paru-paru yang ditransplantasi

5. Bagaimana prosedur transplantasi paru-paru?

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi transplantasi paru-paru tunggal (nhsbt.nhs.uk)

Transplantasi paru-paru biasanya makan waktu antara 4 hingga 12 jam, tergantung kerumitan operasi.

Dilansir University of Pittsburgh Medical Center, saat prosedur transplantasi paru, ahli bedah akan melakukan langkah-langkah ini:

  • Membuat sayatan di dada
  • Memotong saluran udara dan pembuluh darah ke paru-paru yang sakit
  • Membuat paru-paru yang sakit atau rusak dan menggantinya dengan paru-paru donor yang sehat
  • Memasang kembali saluran udara dan pembuluh darah
  • Menutup sayatan

Koordinator atau ahli bedah dapat memberikan rincian lebih lanjut tentang operasi spesifik pasien.

Selama prosedur berlangsung, paling sering pada kasus transplantasi paru-paru ganda, pasien akan dihubungkan ke mesin jantung-paru. Mesin ini akan mendukung kedua organ tersebut selama operasi, yang tugasnya adalah mengoksidasi darah di luar tubuh dan memompanya kembali ke tubuh pasien.

Transplantasi paru-paru adalah operasi besar yang mungkin butuh waktu setidaknya 3 bulan untuk pulih.

Baca Juga: 5 Fakta Transplantasi Tangan Manusia, Beresiko dan Biayanya Mahal

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi operasi transplantasi paru-paru (unsplash.com/ABRAHAM POPOCATL)

Untuk lebih lengkapnya, inilah kurang lebih yang terjadi di ruang operasi:

  • Pasien akan diminta mengenakan pakaian operasi yang telah disediakan.
  • Pasien akan diberikan gelang yang berisi informasi nama dan nomor identifikasi. Gelang lainnya juga mungkin akan dipasang bila pasien memiliki alergi tertentu
    Pemasangan intravena di tangan.
  • Kateter akan dipasangkan di leher, pergelangan tangan, di bawah tulang selangka (subklavia), atau selangkangan. Tujuannya untuk memantau jantung dan tekanan darah dan pengambilan sampel darah.
  • Pasien akan dibaringkan di meja operasi. Untuk transplantasi paru tunggal, pasien akan dibaringkan menyamping. Untuk transplantasi sekuensial bilateral, pasien akan dibaringkan telentang dengan posisi tangan di atas kepala.
  • Pasien akan diberikan anestesi umum untuk mencegah rasa sakit dan membuat pasien tertidur selama operasi.
  • Tabung pernapasan akan dimasukkan ke tenggorokan pasien dan dihubungkan ke mesin pernapasan (ventilator). Detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan akan dipantau selama prosedur.
  • Kateter akan dipasangkan ke saluran kemih untuk mengeluarkan urine saat operasi.
  • Rambut di area operasi mungkin akan dicukur dan kulit akan dibersihkan dengan cairan antiseptik.
  • Ahli bedah akan membuat sayatan di dada. Untuk transplantasi paru-paru tunggal, sayatan akan dibuat di sisi dada di mana paru-paru pasien akan digantikan. Untuk transplantasi sekuensial bilateral, sayatan akan dibuat horizontal melintasi dada di bawah payudara.
  • Tergantung kondisi paru-paru dan jenis transplantasinya, pasien mungkin akan ditempatkan pada mesin bypass cardiopulmonary (mesin jantung-paru). Mesin ini mengirimkan darah dan oksigen ke tubuh selama prosedur.
  • Paru-paru yang rusak atau sakit akan diangkat dan digantikan dengan paru-paru dari donor. Pembuluh darah dan saluran udara paru-paru baru akan dipasang. Untuk transplantasi sekuensial bilateral, paru-paru akan dipasang satu per satu.
  • Sayatan akan ditutup dengan jahitan atau staples bedah.
  • Perban atau pembalut akan dipasang di tempat sayatan.
  • Satu atau lebih kateter akan dimasukkan ke dalam dada untuk mengeluarkan udara, cairan, dan darah dari dada untuk memungkinkan paru-paru mengembang sepenuhnya.
  • Kateter epidural juga bisa dipasangkan ke pasien untuk mengirim obat nyeri ke punggung. Ini bisa dilakukan di ruang operasi atau ruang pemulihan.

6. Apa saja risiko yang harus diwaspadai?

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi pembedahan atau operasi (unsplash.com/Piron Guillaume)

Setiap prosedur medis tentu membawa potensi risiko. Risiko dari transplantasi paru-paru meliputi:

  • Perdarahan
  • Infeksi
  • Penyumbatan pembuluh darah ke satu atau kedua paru-paru
  • Penyumbatan saluran udara
  • Edema parah (penumpukan cairan di paru-paru)
  • Pembekuan darah
  • Tubuh menolak paru-paru baru

Tubuh yang menolak paru-paru baru adalah risiko paling besar dari transplantasi. Ini merupakan reaksi normal tubuh terhadap objek atau jaringan asing. Saat organ baru ditransplantasikan ke tubuh penerima, sistem imun akan menganggapnya sebagai ancaman dan mulai menyerang organ tersebut.

Supaya organ yang ditransplantasikan dapat bertahan hidup, obat-obatan digunakan untuk "mengelabui" sistem imun untuk tidak menyerangnya. Obat-obatan untuk mencegah atau mengobati penolakan organ baru ini juga memiliki banyak efek samping, yang akan bergantung pada obat spesifik yang digunakan.

Baca Juga: Baru Menjalani Transplantasi Ginjal? Kamu Harus Melakukan 7 Hal Ini!

7. Proses pemulihan

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi pemulihan pasien di rumah sakit (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setelah operasi selesai, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan, lalu akan dibawa ke ruang perawatan intensif (ICU). Di sini, pasien akan dimonitor secara ketat selama beberapa hari. Pasien mungkin harus tetap di rumah sakit selama 4 hingga 14 hari, atau lebih lama sesuai kondisi.

Dilansir Johns Hopkins Medicine, saat di ICU, pasien akan:

  • Terhubung ke monitor yang akan terus menunjukkan ritme jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan tingkat oksigen.
  • Kateter akan tetap terpasang di saluran kemih hingga pasien bisa kembali berkemih sendiri.
  • Tabung pernapasan di tenggorokan yang terhubung ke ventilator akan tetap terpasang hingga pasien bisa bernapas sendiri. Ini mungkin butuh waktu selama beberapa jam hingga beberapa hari.
  • Mungkin akan dipasangkan tabung tabung plastik tipis yang dimasukkan melalui hidung dan masuk ke perut. Ini untuk menghilangkan udara yang ditelan. Tabung akan dikeluarkan saat usus kembali berfungsi normal. Pasien tidak bisa makan atau minum sampai tabung dilepas.
  • Sampel darah akan diambil beberapa kali dalam sehari untuk mengecek kesehatan paru-paru baru, ginjal, hati, dan sistem darah.
  • Mungkin akan diberikan obat secara intravena untuk membantu tekanan darah dan jantung, serta untuk mengontrol masalah perdarahan.
  • Mungkin akan diberikan obat pereda nyeri.
  • Saat tabung pernapasan dan perut dilepas dan kondisi pasien stabil, pasien akan mulai mengonsumsi cairan terlebih dulu, lalu perlahan beralih ke makanan padat bila kondisi pasien memungkinkan.
  • Obat imunosupresan untuk mencegah penolakan tubuh akan adanya organ baru akan dipantau ketat untuk memastikan dosis yang diberikan tetap dan kombinasi terbaik obat-obatan.
  • Perawat, terapis pernapasan, dan terapis fisik akan bekerja dengan pasien saat memulai terapi fisik dan latihan pernapasan.

Saat pasien dinilai sudah stabil dan siap, pasien akan dipindahkan dari ICU ke kamar pribadi unit perawatan biasa atau unit transplantasi. Pemulihan akan dilanjutkan di sana. Pasien bisa meningkatkan aktivitas fisik dengan bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan dalam waktu lama. Kateter dan tabung akan dilepas. Pola makan pun akan meliputi makanan padat.

Perawat, apoteker, ahli diet, ahli terapi fisik, dan anggota lain dari tim transplantasi akan mengajari pasien dan anggota keluarganya tentang cara perawatan yang tepat setelah pasien sudah boleh pulang ke rumah.

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi pemulihan pasien (unsplash.com/Dominik Lange)

Untuk perawatan di rumah, pasien dan/atau orang-orang yang merawatnya harus menjaga sayatan bekas operasi tetap bersih dan kering. Penyedia layanan kesehatan akan memberikan instruksi untuk mandi dengan hati-hati. Jahitan atau staples bedah akan dilepas selama kontrol rutin lanjutan.

Kontrol rutin lanjutan akan diperlukan, yang meliputi:

  • Tes darah
  • Tes fungsi paru-paru
  • Sinar-X dada
  • Bronkoskopi
  • Biopsi

Program rehabilitasi bisa berlangsung selama berbulan-bulan.

Segera temui dokter bila pasien mengalami:

  • Demam 38 derajat Celcius atau lebih
  • Kemerahan atau pembengkakan di sayatan bekas operasi
  • Perdarahan atau keluarnya cairan dari luka sayatan
  • Nyeri di area sekitar sayatan yang memburuk
  • Napas pendek
  • Sulit bernapas

8. Mewaspadai tubuh yang menolak paru-paru baru

Fakta Transplantasi Paru-Paru, Prosedur Operasi yang Kompleksilustrasi paru-paru (pixabay.com/kalhh)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, risiko utama transplantasi paru-paru adalah tubuh menolak organ baru yang ditransplantasikan. Segera cari bantuan medis bila pasien mengalami ini:

  • Demam 38 derajat Celcius atau lebih atau sesuai yang disarankan tim dokter
  • Gejala mirip flu seperti nyeri tubuh
  • Cairan di paru-paru
  • Kelelahan
  • Napas pendek
  • Batuk
  • Mengalami nyeri dada 

Demikianlah fakta seputar transplantasi paru-paru, mulai dari pengertian, siapa-saja yang bisa mendapatkannya, prosedur, potensi risiko, hingga proses pemulihannya.

Prospek pasien yang menjalani prosedur medis ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan terus membaik. British Transplantation Society memperkirakan sekitar 9 dari 10 orang selamat dari transplantasi paru-paru, dengan sebagian besar bertahan setidaknya satu tahun setelah menjalani operasi.

Sekitar 5 dari 10 orang akan bertahan hidup setidaknya selama 5 tahun setelah menjalani transplantasi paru-paru, dengan banyak orang yang hidup setidaknya selama 10 tahun.

Ada juga laporan tentang beberapa orang yang hidup selama 20 tahun atau lebih setelah transplantasi paru-paru.

Baca Juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Melakukan Transplantasi Jantung? 

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya