TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Atrofi Vagina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Banyak dialami perempuan menopause

ilustrasi kanker vagina (unsplash.com/timothy meinberg)

Atrofi vagina atau vaginitis atrofi ialah penipisan, pengeringan, dan peradangan pada dinding vagina yang dapat terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen tubuh. Kondisi ini paling sering terjadi pada perempuan yang telah memasuki masa menopause.

Atrofi vagina sering kali menyebabkan hubungan seksual menjadi menyakitkan dan gejala kencing yang mengganggu. Untungnya, ada banyak perawatan sederhana dan efektif untuk mengatasi gejala.

1. Gejala

ilustrasi peegasm (freepik.com/gpointstudio)

Dilansir Cleveland Clinic, gejala atrofi vagina meliputi:

  • Vagina menjadi kering.
  • Sensasi terbakar dan gatal pada vagina.
  • Nyeri saat berhubungan seks.
  • Keluarnya cairan berwarna kuning dari vagina.
  • Pendarahan atau flek.
  • Vulva terasa gatal.

Ini juga dapat memengaruhi sistem kandung kemih dan menyebabkan gejala, seperti:

  • Sering ke kamar mandi.
  • Mengalami nyeri saat buang air.
  • Infeksi saluran kemih (ISK).
  • Peningkatan frekuensi buang air kecil.
  • Inkontinensia stres.
  • Sakit saat buang air kecil (disuria).
  • Adanya darah dalam urine.
  • Sensasi terbakar saat buang air kecil.

Baca Juga: 5 Perubahan pada Vagina selama Masa Kehamilan, Apakah Normal?

2. Penyebab

ilustrasi pil KB kombinasi (pexels.com/Karolina Grabowska)

Penyebab utama atrofi vagina adalah penurunan kadar estrogen, dilansir WebMD. Berkurangnya kadar estrogen tubuh membuat jaringan genital menjadi lebih rapuh.

Saat memasuki masa menopause, kadar estrogen bisa turun sekitar 85 persen. Menopause menjadi alasan paling umum untuk atrofi vagina. Namun, kadar estrogen juga dapat turun karena:

  • Menyusui.
  • Mengonsumsi obat anti-estrogen.
  • Mengonsumsi beberapa jenis pil KB.
  • Pengangkatan kedua indung telur.
  • Kemoterapi.
  • Terapi radiasi panggul.
  • Terapi hormonal.

3. Diagnosis

ilustrasi urine (freepik.com/drobotdean)

Diterangkan lama Mayo Clinic, diagnosis atrofi vagina mungkin melibatkan:

  • Pemeriksaan panggul. Dokter merasakan organ panggul dan secara visual memeriksa alat kelamin luar, vagina, dan leher rahim.
  • Tes urine. Melibatkan pengambilan dan pengujian urine.
  • Tes keseimbangan asam. Melibatkan pengambilan sampel cairan vagina atau menempatkan strip indikator kertas di vagina untuk menguji keseimbangan asamnya.

4. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan, salah satu penyebab keguguran (pexels.com/Pixabay)

Rencana perawatan untuk atrofi vagina melibatkan kerja sama dari penyedia layanan kesehatan dan pasien. Tim medis akan membantu memutuskan rencana mana yang paling efektif berdasarkan gejala dan tingkat keparahannya. 

Beberapa perawatan ditujukan untuk mengobati gejala atrofi. Lainnya dilakukan untuk mengatasi hilangnya estrogen dan meredakan gejala. Berikut beberapa pilihan pengobatan untuk atrofi vagina:

  • Pelumas. Ini berguna untuk meningkatkan kelembapan vagina dan kenyamanan saat berhubungan seks.
  • Dilator. Ini adalah alat yang digunakan untuk memperlebar vagina agar dapat kembali berhubungan seks dengan nyaman. Untuk hasil terbaik, dilator sebaiknya digunakan bersama dengan terapi hormon lokal.
  • Terapi hormonal. Untuk memperbaiki gejala atrofi vagina dan mengembalikan kesehatan kulit dengan mengembalikan keseimbangan asam vagina, menebalkan kulit, menjaga kelembapan alami, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri baik.
  • Terapi estrogen. Terapi ini tersedia dalam bentuk krim, pil, atau cincin yang diletakkan di vagina selama tiga bulan. Terapi ini dimaksudkan untuk mengobati gejala.
  • Terapi hormon sistemik. Banyak perempuan yang menjalani terapi hormon sistemik mendapat manfaat dari peningkatan kesehatan tulang, kesehatan vagina, tidur yang lebih baik, lebih sedikit hot flash, dan peningkatan suasana hati.

Baca Juga: Mengenal Spa Vagina, Penguapan pada Organ Intim Wanita

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya