TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Priapismus, Ereksi dalam Waktu Lama yang Menyakitkan  

Kondisi serius yang berisiko sebabkan kerusakan jaringan  

pexels.com/Andrea Piacquadio

"Ah, enak kali ya kalau ereksinya bisa bertahan lama banget?" — kalau kamu sempat berpikiran begini, kamu akan berubah pikiran dan waspada setelah baca artikel ini.

Priapismus merupakan kondisi yang menyebabkan ereksi menyakitkan dan berlangsung lama. Kondisi tersebut biasanya terjadi selama empat jam atau bahkan lebih dan tidak dikarenakan rangsangan seksual. Ereksi yang berlangsung lebih dari empat jam tidak dapat disepelekan karena hal tersebut termasuk kondisi serius yang berisiko merusak jaringan di penis.

Jika priapismus tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan disfungsi ereksi permanen. Dilansir Mayo Clinic dan Healthline, priapismus umumnya terjadi pada laki-laki berusia 30 tahun-an atau lebih tua.

1. Jenis priapismus yang biasa terjadi

pexels.com/Andrea Piacquadio

Kondisi priapismus dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang meliputi priapismus iskemik termasuk di dalamnya recurrent atau berulang dan priapismus non-iskemik. 

Priapismus iskemik atau dikenal juga dengan priapisme aliran rendah terjadi ketika aliran darah tidak dapat mengalir ke penis akibat pembuluh darah penis mengalami penyumbatan dan merupakan kondisi paling umum terjadi. Sementara itu, priapismus recurrent atau berulang yang mana termasuk dalam jenis priapismus iskemik biasanya terjadi pada laki-laki penderita anemia sel sabit.

Sedangkan priapismus non-iskemik atau dikenal juga priapisme aliran tinggi merupakan jenis priapismus yang disebabkan aliran darah tidak teratur di dalam penis. Priapismus non-iskemik biasanya tidak terlalu menyakitkan jika dibandingkan dengan priapismus iskemik. 

Baca Juga: Ini 10 Jenis Bentuk Penis yang Perlu Diketahui Setiap Orang Dewasa

2. Ereksi berkepanjangan tanpa stimulasi seksual merupakan salah satu gejala priapismus

pexels.com/Andrea Piacquadio

Priapismus jenis iskemik umumnya menunjukkan tanda dan gejala seperti nyeri penis yang progresif, penis terasa kaku dengan ujung lunak, serta ereksi berlangsung lama bahkan bisa lebih dari empat jam tanpa adanya rangsangan secara seksual.

Sedangkan gejala dan tanda yang umum ditunjukkan ketika laki-laki mengalami priapismus non-iskemik adalah batang penis tegak namun tidak sepenuhnya kaku dan kondisi ereksi berlangsung lama bisa lebih dari empat jam tanpa adanya minat atau dorongan seksual.

3. Masalah aliran darah ke penis menjadi penyebab terjadinya priapismus

pexels.com/Andrea Piacquadi

Priapismus diduga kuat berhubungan dengan masalah aliran darah ke penis akibat kondisi tertentu yang mempengaruhinya. Beberapa kondisi tersebut salah satunya berkaitan dengan kelainan darah seperti anemia sel sabit, leukemia, serta diskrasia darah seperti talasemia dan multiple myeloma. Diperkirakan sekitar 42 persen laki-laki dewasa mengalami anemia sel sabit yang membuat mereka terkena priapismus pada fase tertentu kehidupannya.

Selain itu, priapismus dapat terjadi karena konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat untuk mengobati disfungsi ereksi (misal: papaverine), antidepresan (misal: sertraline), alpha blockers (misal: prazosin), obat untuk mengobati kecemasan atau gangguan psikotik (misal: hidroksizin), obat untuk mengobati penggumpalan darah (misal: warfarin), obat hormon, dan obat yang digunakan untuk mengobati ADHD (misal: atomoxetine), serta termasuk penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Cedera tertentu juga dapat menyebabkan priapismus khususnya pada jenis non-iskemik. Faktor lain yang juga dapat menyebabkan priapismus adalah gangguan metabolisme seperti amiloidosis, syok neurogenik seperti cedera tulang belakang, gigitan laba-laba atau sengatan kalajengking, serta kanker yang melibatkan kinerja penis.

4. Diagnosis priapismus biasanya dimulai dari riwayat medis dan pemeriksaan fisik

pexels.com/Gustavo Fring

Mengetahui riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik dilakukan dokter untuk membantu penderita priapismus segera mendapat diagnosis sehingga langkah selanjutnya menentukan pengobatan secara tepat.

Selain itu, pengujian diagnostik yang meliputi prosedur pengambilan sampel darah dari area penis atau pengukuran gas darah dilakukan untuk mendapat informasi lebih akurat. Jika darah berwarna hitam (kekurangan oksigen) menunjukkan priapismus iskemik sedangkan jika darah berwarna merah penderita cenderung mengalami priapismus non-iskemik.

Tes diagnostik lain yaitu tes darah untuk mengukur jumlah sel darah merah dan trombosit yang ada, ultrasonografi dan tes toksikologi dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab spesifik dari priapismus serta memutuskan jenis priapismus.

Baca Juga: 8 Cara Memperbesar Penis Secara Alami, Gak Perlu Pakai Obat!

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya