Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Intrauterine device (IUD), juga dikenal sebagai alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), KB spiral, atau KB IUD, merupakan alat kontrasepsi berbentuk T dan diletakkan di dalam uterus atau rahim. KB IUD cukup banyak diminati karena lebih tahan lama dan tidak memerlukan perawatan ekstra.
Namun, di sisi lain banyak mitos beredar mengenai alat kontrasepsi ini. Kehadiran IUD dianggap cukup mengganggu pasangan ketika berhubungan seks. Apakah benar demikian?
Dirangkum dari Women's Health Magazine dan Healthline, mari kupas deretan fakta mengenai IUD berikut ini.
1. IUD hormonal memengaruhi siklus menstruasi
ilustrasi menstruasi (pexels.com/Cliff Booth) KB IUD hadir dalam dua jenis, yakni yang berlapis tembaga dan berisi hormon.
IUD hormonal biasanya memiliki kandungan hormon progesteron sintesis atau progestin. Tujuannya untuk mengentalkan lendir serviks atau mulut rahim sehingga sperma sulit berenang melewatinya.
Dijelaskan melalui laman Medical News Today, IUD hormonal membawa dampak positif bagi siklus menstruasi sebab IUD dapat meringankan perdarahan dan memperpendek periode haid. Ini karena levonorgestrel, jenis progestin yang terdapat di dalam IUD hormonal, dapat menipiskan dinding rahim sehingga intensitas darah yang keluar berkurang secara signifikan.
Baca Juga: 5 Kesalahan Umum Penggunaan Alat Kontrasepsi, Hindari!
2. Mengalami pendarahan setelah berhubungan seks
ilustrasi mengalami pendarahan (pexels.com/Karolina Grawboska) Beberapa perempuan pengguna IUD hormonal mengalami pendarahan saat berhubungan seks, apalagi jika dilakukan cukup kasar. Ini cukup lumrah terjadi khususnya di bulan-bulan awal pemakaian. Sebab, tubuh berusaha beradaptasi dengan alat asing di dalamnya.
Selain itu, dinding rahim yang lebih tipis berkat kinerja progestin dinilai menjadi lebih rentan. Jika pendarahannya terjadi lebih lama dan banyak, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.
3. Umur pemakaian IUD relatif lama
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi intrauterine device (IUD) (womensgroupofgwinnett.com) Salah satu kelebihan IUD yang tak dimiliki alat kontrasepsi lainnya ialah umurnya yang panjang dan tak memerlukan perawatan khusus. Untuk IUD non-hormonal, usianya bisa mencapai 10 tahun, sedangkan IUD hormonal dapat bertahan hingga 7 tahun.
Di samping itu, penggunanya bisa lebih nyaman berhubungan intim sebab tak perlu repot meminum morning pill usai melakukan seks. Karenanya, peluang kehamilan jauh lebih rendah karena risiko lupa konsumsi pil dan lain sebagainya berkurang.
4. Lebih efektif cegah kehamilan
ilustrasi pasangan melakukan tes kehamilan (pexels.com/Andrea Piacquadio) Selain tahan lama dan tak membutuhkan perawatan khusus, IUD juga memiliki tingkat efektivitas yang sangat tinggi, yakni lebih dari 99 persen. Kurang dari 1 dari 100 perempuan hamil saat memakai IUD selama 3 sampai 5 tahun, mengutip informasi dalam laman National Health Service.
Dua jenis IUD memiliki mekanisme berbeda dalam mencegah kehamilan. IUD non-hormonal menggunakan pelapis tembaga yang dapat menghalangi sperma berenang menuju tuba falopi, tempat pembuahan sel telur.
Sementara itu, IUD hormonal mengandung progestin yang mencegah kehamilan dengan cara mempertebal dan mengentalkan lendir di mulut rahim. Tujuannya sama, yaitu memblokade sperma agar tak bertemu sel telur.
Selain itu, progestin juga berfungsi untuk mencegah ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium ke tuba falopi untuk dibuahi.
Baca Juga: Tak Bisa Ditemukan? Ini Cara Mengecek Posisi Benang IUD