Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Peran alat kontrasepsi penting bagi pasangan usia subur. Pengetahuan tentang kontrasepsi bukan hanya dibutuhkan istri, suami juga perlu mengetahuinya. Selain mencegah kehamilan, kontrasepsi dapat berfungsi sebagai merencanakan momongan dan mencegah infeksi menular seksual (IMS).
Tak sedikit orang yang berganti alat kontrasepsi. Berawal dari kontrasepsi pil berubah memilih kontrasepsi suntik atau yang lain. Namun sebenarnya, apakah gonta-ganti kontrasepsi boleh dilakukan? Supaya tidak bingung lagi, mari simak ulasan berikut.
1. Berganti alat kontrasepsi sering dilakukan banyak orang
ilustrasi kontrasepsi (pixabay.com/GabiSanda) Fenomena ganti metode kontrasepsi sudah umum terjadi. Beberapa alasan bisa menjadi landasan di balik penggantian kontrasepsi. Setiap alat kontrasepsi memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Apabila ibu berniat mengganti alat kontrasepsi secara aman, alangkah baiknya berkonsultasi dengan dokter atau bidan sebelumnya. Dokter akan memberikan edukasi terkait kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi. Selain itu, dokter dapat memberikan saran mengenai alat kontrasepsi yang pas sesuai kebutuhan ibu.
Baca Juga: 7 Fakta Silphium, Pil Kontrasepsi Kuno yang Hilang
2. Jenis-jenis kontrasepsi
ilustrasi kondom (pixabay.com/Wounds_and_Cracks) Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jenis kontrasepsi dikelompokkan berdasarkan jangka waktu pemakaian dan komposisinya. Sesuai jangka waktu pemakaiannya dibagi menjadi jangka pendek dan panjang. Beberapa pilihan kontrasepsi jangka pendek yaitu suntikan, pil, dan kondom. Kontrasepsi jangka panjang berupa kontrasepsi mantap, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD, serta alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)/implan.
Sedangkan, jenis kontrasepsi berdasarkan komposisinya dikelompokkan menjadi kontrasepsi hormonal dan non-hormonal. Contoh kontrasepsi hormonal (mengandung hormon progestin atau kombinasi) yaitu pil, suntikan, dan implan. Di sisi lain, jenis kontrasepsi non-hormonal berupa kontrasepsi mantap, AKDR, kondom, serta metode amenore laktasi.
3. Alasan ganti kontrasepsi
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi minum obat (pexels.com/Mikhail Nilov) Beragam metode kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seseorang yang tidak cocok salah satu jenis kontrasepsi memutuskan berganti ke lainnya. Apa alasan lain beralih kontrasepsi?
Dilansir dari laman WebMD, penyebab ganti jenis kontrasepsi antara lain lupa minum pil KB, tidak nyaman dengan efek sampingnya, tidak suka siklus menstruasi abnormal, serta ragu terhadap perlindungannya. Jika kamu tipe orang yang mudah lupa minum obat, kontrasepsi pil kurang cocok untuk dipilih. Telat minum KB pil bisa membuat fungsinya tidak optimal.
4. Faktor yang memengaruhi pemilihan kontrasepsi
ilustrasi pasangan suami istri (pexels.com/Pixabay) Pemakaian kontrasepsi disesuaikan dengan kebutuhan individu. Buku berjudul Pelayanan Kontrasepsi menyebutkan ada faktor internal dan eksternal yang terlibat dalam pemilihan kontrasepsi. Faktor internal melibatkan diri sendiri dalam mengambil keputusan. Beberapa di antaranya yaitu pilihan selera individu, pemahaman tentang kontrasepsi, ekonomi keluarga, serta kesehatan pemakai.
Di sisi lain, terdapat faktor eksternal yang berasal dari luar jangkauan pengguna kontrasepsi. Faktor eksternal yang terlibat antara lain dukungan sosial, kabar beredar tentang kontrasepsi, akses pelayanan, dan ketersediaan edukasi dari media massa.
Baca Juga: 5 Fakta Kontrasepsi Vasektomi, Bisa Turunkan Kenikmatan Bercinta?