TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Tubektomi, Kontrasepsi Mantap untuk Perempuan

Kontrasepsi yang tingkat keberhasilannya sangat tinggi

ilustrasi kontrasepsi tubektomi untuk perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tubektomi dan vasektomi dikenal sebagai kontrasepsi mantap di Indonesia. Jenis kontrasepsi jangka panjang ini bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP) dibuat untuk laki-laki, sedangkan tubektomi atau Metode Operasi Wanita (MOW) ditujukan untuk perempuan.

Tubektomi merupakan tindakan pembedahan tuba fallopi untuk mencegah pertemuan sel telur dan sperma. Tuba fallopi adalah saluran yang menghubungkan ovarium (indung telur) dan uterus (rahim). Buku berjudul Penggunaan Kontrasepsi dalam Praktik Klinik dan Komunitas menyebutkan bahwa tingkat keberhasilan kontrasepsi tubektomi pada tahun pertama adalah sebesar 99 persen.

Mengenal hal-hal seputar tubektomi tentu akan menambah pengetahuan baru, khususnya mengenai kontrasepsi dan sistem reproduksi. Bagaimana cara kerja tubektomi? Yuk, kita cari tahu bersama!

1. Prosedur tubektomi 

ilustrasi prosedur tubektomi (unsplash.com/engin akyurt)

Ligasi tuba atau tubektomi memiliki karakteristik berbeda dengan kontrasepsi lain. Kontrasepsi ini membutuhkan pembedahan sederhana untuk menyumbat tuba fallopi. Cara kerja tubektomi adalah dengan mengikat, memotong, atau memasang cincin pada saluran tuba fallopi, sehingga tubektomi mencegah pertemuan sperma dan ovum.

Jika ingin melakukan tubektomi, kamu dan pasangan harus berkonsultasi dengan dokter. Ada persyaratan khusus serta persiapan sebelum tindakan yang dipenuhi.

Baca Juga: Vasektomi: Prosedur, Keunggulan, Kekurangan, dan Pemulihan

2. Siapa saja yang bisa menjalani tubektomi? 

ilustrasi keluarga (pexels.com/Sofia Shultz)

Tidak semua perempuan bisa menjalani tubektomi. Kriteria khusus sebagai syarat tubektomi harus dilampaui, salah satunya usia. Tubektomi tidak disarankan bagi perempuan yang terdeteksi hamil, pasien tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan perdarahan vagina yang belum bisa dijelaskan. Buku berjudul Asuhan Kebidanan pada Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana menyebutkan syarat-syarat tubektomi antara lain:

  • Berusia lebih dari 26 tahun.
  • Sudah memiliki anak cukup (dua anak), anak bungsu minimal berusia 5 tahun.
  • Yakin memiliki keluarga sesuai kehendaknya.
  • Apabila terjadi kehamilan akan berisiko pada kesehatannya.
  • Ibu setelah persalinan.
  • Ibu setelah keguguran.

3. Kelebihan tubektomi 

ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/Jonathan Borba)

Tubektomi memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Bahkan, beberapa sumber menyebut tubektomi sebagai alat kontrasepsi permanen.

Selain itu, tubektomi tidak memengaruhi menyusui serta tidak mengganggu berhubungan intim. Pasangan suami istri memiliki hak izin sepenuhnya sebelum dilakukan prosedur tubektomi. Persetujuan pasutri diperlukan saat mengambil keputusan penting ini.

4. Kekurangan tubektomi 

ilustrasi nyeri (pexels.com/Kindel Media)

Serupa dengan alat kontrasepsi lainnya, tubektomi memiliki kekurangan yang menjadi pertimbangan bagi pasangan. Rasa nyeri dan tidak nyaman mungkin muncul setelah tindakan.

Buku berjudul Pelayanan Kontrasepsi menyebutkan beberapa kekurangan tubektomi yaitu muncul peradangan dalam rongga panggul, peradangan liang sanggama akut, serta timbul bekas laparotomi.

Baca Juga: Kontrasepsi Suntik Depo-Provera: Efektivitas, Pemakaian, Efek Samping

Verified Writer

Septin SLD

Bukan anak sastra, tapi kadang suka nulis saja

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya