Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan 

Memangnya penis bisa patah, ya?

Penis adalah organ penting bagi laki-laki. Selain dapat membantu proses pengeluaran urine, penis berfungsi dalam aktivitas seksual. Oleh karena itu, kesehatan penis perlu dijaga agar tidak terjadi hal-hal buruk, mengingat banyak penyakit kelamin yang mengintai.

Selain itu, ada juga kondisi lain yang bisa membuat penis tidak berfungsi apabila diabaikan, yaitu fraktur penis atau penis patah. Mungkin ada di antara kamu yang baru mendengarnya, ya?

Ya, meskipun tidak bertulang, tetapi penis nyatanya bisa patah! Lantas apa itu fraktur penis? Bagaimana gejala dan penanganannya kalau kondisi ini sampai terjadi? Simak penjelasannya selengkapnya di bawah ini, ya!

1. Apa itu fraktur penis?

Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan ilustrasi penis (unsplash.com/charlesdeluvio)

Tidak seperti patah tulang, penis patah lebih merujuk pada cedera. Kondisi ini terjadi ketika tunica albuginea— lapisan pelindung jaringan berbentuk tabung (corpora cavernosa) yang akan membuat penis mengeras ketika terisi darah—robek atau pecah.

Pecahnya tunica albugenia ini bisa terjadi saat berhubungan seksual atau saat masturbasi, seperti dilansir Cleveland Clinic dan Mayo Clinic.

Penelitian yang dimuat dalam Oman Medical Journal juga mengungkapkan bahwa kelompok usia 16–30 tahun paling banyak mengalami kondisi ini.

Meskipun terbilang jarang, tetapi fraktur penis termasuk kasus darurat medis. Artinya, laki-laki  yang mengalaminya harus segera mendapatkan perawatan medis.

2. Penyebab

Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan ilustrasi berhubungan seksual (pexels.com/Kevin Subiyanto)

Penyebab umum fraktur penis adalah cedera atau bengkoknya penis yang membuat tunica albuginea dan jaringan ereksi di bawahnya (corpus cavernosa) robek. Fraktur penis ini terjadi hanya ketika penis sedang ereksi

Sebuah ulasan dalam jurnal Review in Urology menyebutkan bahwa fraktur penis kebanyakan terjadi saat melakukan hubungan seksual ketika pria mendorong tulang kemaluannya dengan agresif, sehingga menyebabkan penis tertekan dan menimbulkan cedera atau patah, mengutip Medical News Today.

Selain itu, menambahkan dari Healthline dan Cleveland Clinic, fraktur penis juga bisa disebabkan oleh hal-hal meliputi:

  • Berhubungan seksual dengan posisi perempuan di atas. Goyangan yang terlalu agresif bisa membuat penis patah.
  • Masturbasi yang agresif.
  • Memukul penis yang ereksi menggunakan tangan atau benda padat lainnya.
  • Taqaandan atau metode menekuk penis ala orang Timur Tengah untuk menghilangkan ereksi atau meluruskan batang penis.

Fraktur penis nyatanya tidak hanya merusak jalan keluar sperma ketika ejakulasi, tetapi juga pada uretra sebagai saluran keluarnya urine.

Baca Juga: 7 Suplemen Penis Terbaik, Dapat Atasi Disfungsi Ereksi!

3. Gejala

Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan ilustrasi penis (pexels.com/Deon Black)

Mengetahui gejala-gejala fraktur penis sejak awal tentu akan membantu dalam penanganan medisnya bila kondisi ini sampai terjadi. Gejala-gejalanya yang harus diwaspadai antara lain:

  • Terdengar suara retakan pada penis.
  • Hilangnya kemampuan penis untuk ereksi.
  • Merasakan sakit pada penis.
  • Memar pada penis.
  • Penis bengkok.
  • Pembengkakan pada penis.
  • Darah dalam urine.
  • Sulit buang air kecil. 

Karena termasuk kondisi darurat medis, maka fraktur penis harus segera ditangani apalagi jika timbul gejala-gejala di atas. Jika dibiarkan, disfungsi ereksi akan sangat mungkin terjadi.

4. Diagnosis

Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan ilustrasi MRI (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dokter dapat memastikan telah terjadi fraktur penis melalui pemeriksaan atau wawancara dengan pasien. Jika hasil diagnosis belum jelas, maka dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan. Ini dapat meliputi:

  • Sinar-X khusus (kavernosografi), yang memerlukan penyuntikan pewarna khusus ke dalam pembuluh darah penis.
  • Melakukan ultrasonografi (USG) pada penis untuk mengetahui struktur internal melalui gelombang suara.
  • Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) untuk mendapatkan gambaran penis yang lebih detail.

Selain beberapa pemeriksaan di atas, tes urine juga bisa dilakukan. Tes ini pernah dilakukan pada 38 persen pria dalam studi yang dimuat dalam Canadian Urological Association Journal tahun 2013.

Tes urine dilakukan untuk memeriksa apakah uretra telah ikut rusak atau tidak. Tes ini melibatkan penyuntikan pewarna ke dalam uretra untuk kemudian diambil sinar-X. Hasil tes akan mengungkapkan kerusakan atau kelainan yang perlu diketahui saat menjalani perawatan.

5. Penanganan

Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan ilustrasi pembedahan (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Medical News Today melansir, perawatan fraktur penis bisa dilakukan di rumah dan melalui pembedahan. Namun, perawatan di rumah tidak begitu dianjurkan karena bisa menyebabkan komplikasi, seperti rasa sakit saat ereksi, bahkan kehilangan kemampuan untuk ereksi. Membiarkan fraktur penis begitu saja juga bisa menyebabkan disfungsi ereksi dan perubahan bentuk penis.

Karena itu, pembedahan menjadi satu-satunya jalan untuk mengembalikan fungsi penis. Pembedahan dilakukan sesuai dengan tingkat cedera.

Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa pembedahan menunjukkan hasil yang lebih baik ketimbang tidak dirawat sama sekali, seperti yang dimuat dalam Ghana Medical Journal tahun 2010. Enam orang yang mengalami fraktur penis berhasil mendapatkan kembali kemampuan ereksi setelah menjalani tindakan operasi. 

Contoh perbaikan yang biasanya dilakukan dalam penanganan fraktur penis meliputi:

  • Menyingkirkan penumpukan darah pada area penis yang patah.
  • Menghentikan pendarahan pada pembuluh darah yang rusak.
  • Menutup luka yang menyebabkan pendarahan pada penis.
  • Memperbaiki uretra jika mengalami kerusakan juga.

Biasanya, dokter akan membuat sayatan pada kulit penis dan mencari lokasi yang robek atau patah. Kemudian, dokter akan melakukan jahitan pada area tersebut.

6. Pemulihan

Fraktur Penis (Penis Patah): Penyebab, Gejala, dan Penanganan ilustrasi pemulihan dari fraktur penis atau penis patah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setelah operasi, butuh waktu selama berbulan-bulan agar penis bisa pulih. Dokter akan meresepkan obat pereda nyeri dan antibiotik. Selain itu, hubungan seksual juga tidak boleh dilakukan selama pemulihan, setidaknya selama satu bulan. 

Namun, jika dalam proses pemulihan terjadi ereksi yang tidak bisa ditahan, dokter mungkin akan memberi obat penenang atau hormon.

Kasus fraktur penis atau penis patah memang jarang terjadi. Namun, bisa saja hal ini terjadi atau menimpa kamu. Karena itu, mengetahui informasi ini lebih dini dapat membantumu mencegahnya. Yang paling utama, sih, jangan terlalu agresif saat berhubungan seksual maupun masturbasi, ya!

Baca Juga: Penis Shower dan Grower, Apa Perbedaannya?

Arya Sarimata Photo Verified Writer Arya Sarimata

"When life gets you down, you know what you gotta do? Just keep swimming" -Dory-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya