ilustrasi seks anal (unsplash.com/Deon Black)
Tidak ada bentuk seks yang bebas dari risiko. Namun, untuk seks anal, ada banyak hal yang perlu lebih diwaspadai. Efek negatifnya lantas memicu jawaban kontra bagi sebagian individu ketika ditanya seputar berhubungan intim lewat belakang.
Meski ada yang menikmati, rasa sakit saat seks anal jadi alasan kenapa variasi gaya bercinta ini dihindari. Hal ini diungkapkan terutama oleh individu yang bertindak sebagai penerima. Kasarnya, sfingter tidak di-setting untuk hubungan intim. Penetrasi ataupun stimulasi lainnya pada anus menyebabkan ketidaknyamanan yang tidak bisa ditoleransi.
Selain itu, anus tidak menghasilkan cairan pelumas layaknya vagina. Hal tersebut lantas membuat penetrasi perlu dilakukan dengan gerakan yang sangat lambat. Terlalu kasar sedikit saja dapat menyebabkan robekan, baik di pintu masuk maupun sepanjang jalur anus, melansir Medical News Today.
Masih berhubungan, adanya area terbuka tersebut mempermudah infeksi masuk. Bakteri dan virus yang dibawa oleh alat penetrasi maupun ketika buang air besar dapat menyebabkan penyakit serius. Termasuk di antaranya Human Papilloma Virus (HPV) yang memicu kutil dubur dan kanker, infeksi saluran kemih, dan gangguan kesehatan pada vagina.
Di sisi lain, WebMD menyebutkan seks melibatkan anus 30 kali lebih berisiko terhadap penularan HIV daripada penetrasi vagina. CDC mengungkapkan bahwa mitra reseptif (yang di bawah) lebih berisiko daripada menjadi mitra insertif (yang di atas). Meski demikian, keduanya tetap berpotensi mengalami masalah kesehatan karena virus bisa melewati saluran uretra.
Di samping itu, luka terbuka akibat robekan ketika penetrasi anus bisa menyebabkan rasa tidak nyaman. Dalam beberapa kasus, luka tersebut bisa cukup dalam dan sulit disembuhkan.
Selain itu, ada kalanya seks anal tidak berjalan mulus. Inkontinensia tinja sering terjadi pasca seks anal, melansir Journal of Gastroenterology. Melakukannya berulang mungkin membuat tinja keluar tanpa disengaja.
Berhubungan intim lewat belakang sah-sah saja selama kamu memang concern untuk melakukannya. Namun, perhatikan risiko yang mungkin timbul dan sebaiknya lakukan pencegahan. Di samping itu, tidak ada salahnya keputusan menghindari sepenuhnya.