ilustrasi hipertrofi labia (pexels.com/Cliff Booth)
Kata perawan identik dengan himen atau selaput dara. Padahal, keduanya merupakan konteks berbeda. Keperawanan merupakan konstruksi sosial, bukan medis. Adapun ‘keperawanan’ yang dimaksud dalam artikel ini tak berkaitan dengan selaput dara atau aktivitas seksual apapun.
Perlu diketahui, selaput dara merupakan jaringan tipis yang terletak di dalam vagina. Faktanya, bentuk selaput dara bisa bermacam-macam. Dilansir Medical News Today, ada yang keliling, bulan sabit, septate, gak berlubang, mikroperforasi (menutupi sebagian besar lubang, menyisakan lubang kecil), hingga scibiform.
Aneka bentuk selaput dara ini membuat perempuan ada yang bisa menggunakan tampon dengan mudah. Namun, ada pula yang gak bisa sama sekali. Menariknya, ada juga perempuan yang gak punya himen.
Konstruksi sosial masih mengaitkan antara himen dengan keperawanan. Sebagian besar menganggap bahwa rusaknya himen menandakan seorang perempuan gak perawan.
Bahkan rusaknya himen dikaitkan dengan hal yang belum pasti, seperti berdarah saat melakukan seks pertama kali. Padahal, himen bisa saja meregang atau robek tanpa tanda-tanda apapun. Hingga kini, berdarah atau tidaknya vagina masih dianggap sebagai ukuran 'kesucian' perempuan secara moral. Hmm, sedih, ya?