Mengenal Terapi Sel Punca, Metode Penanganan HIV

Membantu regenerasi sel rusak

Mungkin kamu pernah mendengar mengenai terapi sel punca. Ini merupakan sebuah terapi yang biasanya digunakan sebagai metode pengobatan penyakit degeneratif dan sel kanker. 

Melansir Kebijakan Kesehatan Indonesia (KKI), di Indonesia sendiri baru terdapat dua rumah sakit yang menyediakan layanan ini, yaitu Rumah Sakit dr Soetomo dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Baru-baru ini, metode terapi ini digunakan untuk pengobatan HIV. Sebagaimana diketahui penderita HIV/AIDS membutuhkan pengobatan serta pengawasan seumur hidupnya. Terapi yang biasanya diterapkan pada pasien adalah terapi antiretroviral (ARV).

Namun, baru-baru terapi sel punca disebut sebagai terobosan baru yang memberikan pemulihan lebih baik. Akan tetapi, pengobatan ini masih membutuhkan banyak penelitian lagi. Berikut penjelasannya dalam artikel di bawah ini.

Apa itu terapi sel punca?

Mengenal Terapi Sel Punca, Metode Penanganan HIVilustrasi sel punca (unsplash.com/Anirudh)

Sebelum kamu mengetahui terapi ini lebih jauh, terlebih dahulu pahami dulu mengenai sel punca itu sendiri. mengenai Sel punca atau stem cell adalah sel yang belum memiliki peran atau fungsi khusus, sehingga sel punca ini dapat menyesuaikan, mengubah, serta memperbanyak diri dengan cara membelah.

Hal inilah yang membuat jenis sel ini kerap digunakan pengobatan medis untuk bahan transplantasi. Prosedurnya adalah dengan memindahkan stem cell ini ke organ tubuh tertentu dan menjadi sel khusus dengan fungsi yang lebih spesifik. Terapi ini pun ternyata bisa menjadi alternatif penanganan HIV (Human Immunodeficiency Virus), lho!

HIV  adalah sebuah virus yang merusak sel-sel sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuhmu tidak mampu untuk melawan infeksi atau penyakit yang datang. Infeksi ini memicu gejala AIDS, seperti kanker, infeksi patogen, dan bisa berujung pada kematian.

Baru-baru ini terapi sel punca digunakan sebagai pengobatan HIV. Dilansir Medical News Today, seorang perempuan positif HIV melakukan terapi sel punca yang dinyatakan sembuh dan terbebas dari virus tersebut selama 14 bulan terakhir.

Bagaimana cara kerja terapi ini?

Mengenal Terapi Sel Punca, Metode Penanganan HIVilustrasi pengembangan sel punca (pexels.com/Edward Jenner)

Adapun terapi punca untuk HIV ini adalah jenis sel punca rekayasa genetika. Sel punca diambil dari rekayasa genetika sel induk progenitor anti-HIV (HSPC) dalam tubuh pasien. Tujuannya tidak lain agar tubuh pasien lebih kebal terhadap infeksi HIV.

Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa sel punca HSPC dapat mengganggu perkembangan HIV dan menghambat virus lain dalam tubuh masuk. Selain itu, sel ini menjadi pelindung sel darah putih (leukosit) yang sangat penting bagi tubuh. 

Sel HSPC ini akan terus membelah dan menyerang virus HIV. Oleh sebab itu, terapi sel punca sangat memiliki potensi besar untuk mengendalikan produksi HIV dalam tubuh.

Kasus terapi sel punca sembuhkan HIV

Melansir World Health Organization, The International Maternal Pediatric Adolescent AIDS Clinical Trial Network (IMPAACT) P1107 melaporkan kasus pertama perempuan yang positif HIV sembuh setelah menjalani transplantasi sel terapi punca.

Adapun transplantasi yang dilakukan adalah dengan sel punca yang diambil berasal dari sel induk darah yang digunakan untuk pengobatan pasien penderita leukemia myelogenous akut. Sel punca ini kemudian terus bermutasi, sehingga pasien menjadi kebal infeksi HIV.

Adapun sel transplantasi ini berasal dari dua sumber, yaitu:

  • Sel induk kerabat atau sumsum tulang yang biasanya digunakan untuk pengobatan kanker dan komplikasi infeksi HIV.
  • Sel punca yang berasal dari tali pusar berasal dari ibu yang baru saja bersalin. Hal ini digunakan untuk pemulihan darah jangka panjang.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dengan seorang perempuan yang berasal dari New York. Sebelumnya, perempuan tersebut melakukan terapi ARV (antiretroviral) selama 37 bulan. Kemudian, setelah melakukan terapi punca, selama 14 bulan tidak terdeteksi HIV. 

Tidak bisa diterapkan pada semua penderita HIV

Menurut Direktur Medis Terrence Higgins Trust , Dr Brady, terapi sel punca atau transplantasi sel induk ini sangat berisiko. Walau begitu, terapi ini merupakan metode penanganan yang cukup efektif untuk jutaan penderita HIV di seluruh dunia. 

Meski perempuan dalam kasus terapi sel punca tidak memiliki gejala HIV lagi, tetapi hal ini sejatinya untuk penundaan jangka panjang, bukan sembuh total. Para peneliti juga mencatat bahwa terapi punca hanya dilakukan bagi pasien HIV yang sedang mengalami kanker dan membutuhkan terapi ini.

Apa manfaat lain dari sel punca?

Mengenal Terapi Sel Punca, Metode Penanganan HIVilustrasi pengembangan sel punca (pexels.com/Martin Lopez)

Dilansir Mayoclinic, para peneliti menjelaskan sel punca induk akan membelah diri menjadi sel-sel lain atau disebut dengan sel anak. Adapun sel anak ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu sel punca baru dan sel dewasa.

Sel punca baru akan terus membelah diri dan tidak memiliki fungsi khusus. Sedangkan, sel dewasa yang ditempatkan pada organ tertentu akan memiliki fungsi spesifik, yakni mulai dari sel darah, sel tulang, hingga sel otak.

Adapun manfaat dari pengembangan sel punca ini antara lain:

  • Digunakan dalam ilmu kedokteran untuk memahami bagaimana penyakit terjadi dan kondisi berkembangkan.
  • Menghasilkan sel-sel yang lebih sehat guna menggantikan sel lain yang terkena penyakit melalui terapi sel punca.
  • Meregenerasi serta memperbaiki jaringan pada tubuh manusia yang rusak ataupun terkena penyakit.

Sel punca memiliki potensi yang lebih besar untuk menumbuhkan jaringan baru. Hal ini yang menyebabkan sel ini sering digunakan dalam pengobatan regeneratif dan transplantasi. Adapun orang-orang yang mengikuti terapi sel punca biasanya memiliki riwayat penyakit ini:

  • Cedera tulang belakang
  • Penyakit parkinson
  • Diabetes tipe 1
  • Penyakit jantung
  • Alzheimer
  • Luka bakar
  • Kanker
  • Osteoartritis
  • Amyotrophic lateral sclerosis.

Itulah tadi beberapa informasi mengenai terapi sel punca. Meski percobaan terapi ini telah berhasil dilakukan pada penderita HIV, metode ini masih diperlukan beberapa penelitian lebih lanjut dengan harapan dapat menjadi alternatif pengobatan pasien HIV di masa mendatang.

Topik:

  • Surti Risanti
  • Nadia Agatha Pramesthi

Berita Terkini Lainnya