Belum ada penelitian yang secara spesifik meneliti tentang masokhisme atau masokhis. Namun, kalau konsep BDSM sendiri penelitiannya sudah ada.
Ada sebuah studi yang mengamati kepribadian, gaya keterikatan hubungan, dan kesejahteraan individu pelaku BDSM. Temuannya, seperti yang tertuang dalam The Journal of Sexual Medicine tahun 2013, mereka lebih baik dalam menyesuaikan diri daripada orang lain yang bukan pelaku BDSM.
Partisipan studi pelaku BDSM merasa lebih aman dalam hubungan dengan pasangan, rasa kesejahteraan yang meningkat, lebih berhati-hati dengan orang lain, lebih ekstrover, lebih terbuka untuk mencoba pengalaman baru, penurunan kecemasan, dan lebih tidak peduli terhadap persepsi orang lain.
Selain itu, ada pula temuan studi yang menyebut bahwa tingkat kesadaran pelaku BDSM saat beraktivitas seksual serupa dengan praktisi yoga atau runner's high (euforia dari lari cepat).
Nah, kondisi tersebut punya manfaat sehat, yaitu menurunkan kadar kortisol atau hormon stres dalam tubuh. Partisipasi BDSM disebut-sebut punya efek yang sama.
Sebagai contoh, studi dalam Journal of Positive Sexuality tahun 2015 menemukan bahwa pasangan yang punya peran dominan mengalami penurunan kadar kortisol setelah sesi BDSM. Ini tertuang
Peneliti juga menyebut bahwa aktivitas seksual tersebut dapat meningkatkan rasa keterikatan dan keintiman dengan pasangan. Selain itu, penelitian dalam jurnal Culture, Health & Sexuality tahun 2017 menyebut bahwa partisipan BDSM mengalami pengalaman spiritual.
Panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM–5) dari American Psychiatric Association (APA) mengategorikan masokhisme termasuk dalam parafilia.
Parafilia berhubungan dengan dorongan, perilaku, fantasi, dan keinginan untuk membangkitkan gairah seksual yang kuat, lewat perilaku seks yang menyimpang. Kondisi itu bisa berisiko melukai diri atau orang lain.
Sebetulnya itu mengindikasikan bahwa tendensi seksual masokhisme itu lumrah. Namun, bila ini sudah berkembang menjadi perilaku menyimpang atau adanya masalah psikologis maupun sosial, atau bahkan sampai melukai diri sendiri maupun orang lain, sebaiknya cari bantuan profesional.
Itulah tanda-tanda masokhis. Menjadi seorang masokis tidak selalu merupakan hal yang negatif. Menikmati jenis rasa sakit tertentu dalam konteks tertentu bukanlah hal yang aneh, dan bahkan bisa menyehatkan. Namun, jika kecenderungan masokis menyebabkan bahaya, kesusahan, atau mengarah pada perilaku yang berpotensi berisiko, penting untuk mencari bantuan dan menemukan cara yang efektif untuk mengatasinya.