Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Film Bertema Relasi Rumit Ibu dan Anak Perempuan

Lady Bird (dok. A24/Lady Bird)

Kabar tentang perseteruan publik figur dengan anak atau orangtua memang bukan hal baru. Namun, bila bisa dirangkum, perselisihan anak dan orangtua yang jadi konsumsi publik lebih banyak melibatkan sesama perempuan, yakni ibu dan anak perempuannya. Mengapa?

Ada tulisan menarik dari Shrier dkk. berjudul "Adult Mother-Daughter Relationships: A Review of the Theoretical and Research Literature" dalam Journal of the American Academy of Psychoanalysis and Dynamic Psychiatry. Mereka merangkum dan mengulas beberapa riset soal hubungan kompleks (antara cinta dan benci) ibu dan anak perempuannya. Kompleksitas yang bermuara pada konflik itu ternyata bisa bersumber pada satu sebab: opresi. 

Opresi atau kekerasan kejam dan tidak adil terhadap perempuan ini membekas dan diteruskan ibu pada anak perempuannya sendiri. Opresi ini bisa berupa misogini dan diskriminasi peran gender yang membuat ibu dan anak perempuan dapat tanggung jawab lebih besar di ranah domestik, tetapi dibatasi gerak-geriknya di ruang publik. Ini bisa pula berupa kemarahan dan rasa kecewa yang muncul dari anak perempuan karena melihat ibu mereka jadi korban opresi. Namun, ia memilih tidak melawan atau berperilaku lain. 

Kasus psikoanalisis macam ini jelas tak heran jadi topik menarik buat para pekerja kreatif. Sudah banyak produk seni yang membahas relasi rumit ibu dan anak perempuan, termasuk film. Relevan dan bisa jadi bahan refleksi, berikut rekomendasinya buatmu.

1. Lady Bird (2017)

Lady Bird (dok. A24/Lady Bird)

Sejak adegan awal, Lady Bird sudah mengekspos konflik ibu dan anak perempuannya.  Filmnya sebenarnya berpusar pada remaja bernama Christine (Saoirse Ronan) yang tinggal di sebuah kota kecil dan bersekolah di institusi pendidikan berbasis agama. Ini kontras dengan karakternya yang ingin mengecap kebebasan dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya pengalaman.

Film kemudian mengikuti upayanya bisa kuliah di kota besar. Tentu prosesnya tidak mudah, tetapi seru. Relasi Christine dan ibunya juga dapat porsi lumayan. Deskripsi hubungan benci dan cinta mereka benar-benar relevan dengan pengalaman personal banyak orang.

2. Everything Everywhere All at Once (2022)

Everything Everywhere All at Once (dok. A24/Everything Everywhere All at Once)

Tanpa sadar, ibu bisa jadi agen opresi utama anak perempuannya sendiri merupakan tema besar film peraih Oscar, Everything Everywhere All At Once. Film mengikuti perempuan paruh baya keturunan Asia di Amerika Serikat. Ia menemukan dirinya bisa berpindah ke berbagai semesta dan jadi dirinya dalam beragam versi serta profesi. Namun, ada satu sosok yang terus mengincar dan ingin membahayakannya. Sosok jahat itu tak lain adalah putrinya sendiri.

3. Petite Maman (2021)

Petite Maman (dok. Unifrance/Petite Maman)

Relasi rumit ibu dan anak perempuan juga bisa kamu temukan dalam film Prancis berjudul Petite Maman. Film ditulis dari perspektif Nelly (Joséphine Sanz), bocah perempuan yang ikut orangtuanya untuk membereskan rumah neneknya. Ceritanya, sang nenek baru saja meninggal dunia. Saat bermain di hutan dekat rumah nenek, Nelly bertemu dengan bocah seusianya yang ternyata ibu Nelly saat kecil dulu. Pertemuan ajaib lintas waktu itu jadi sumber refleksi untuk keduanya karena selama ini ibu Nelly cukup tertutup dan lebih memilih mengisolasi diri saat merasa tak enak hati ketimbang membicarakannya langsung.

4. Turning Red (2021)

Turning Red (dok. Pixar/Turning Red)

Turning Red boleh saja berformat animasi, tetapi bukan Pixar namanya kalau tak menyertakan elemen psikoanalisis dalam karya mereka. Film ini berlakonkan Mei Lee, bocah praremaja keturunan Asia di Amerika Serikat yang sedang menghadapi pubertas. Di sisi lain, ia dibesarkan seorang ibu yang asertif dan suka menuntutMei Lee selama ini cukup penurut, tetapi akhirnya ia memberanikan diri membantah larangan ibunya demi pergi ke konser boy group favoritnya. 

5. Wasp (2003)

Wasp (dok. FilmFour/Wasp)

Wasp adalah balada ibu tunggal dengan empat anak. Jenuh dengan rutinitasnya, ia mencoba mencuri waktu untuk memprioritaskan kebutuhan personalnya. Ketika tak ada orang yang bisa membantunya mengasuh keempat anaknya selama ia pergi, sang ibu nekat membawa serta anak-anak itu dan melimpahkan beban pengasuhan pada anak perempuan tertuanya.

Ini jelas bukan situasi ideal dan jelas bakal bikin orang menghakimi sang ibu. Namun, bukan Andrea Arnold bila tak menyisipkan elemen multifaset dalam filmnya yang akhirnya memantik diskusi. Tak heran piala Oscar kategori Film Pendek Terbaik diraihnya. 

6. I, Tonya (2017)

I, Tonya (dok. NEON/I, Tonya)

Hubungan ibu dan anak perempuan yang tak selamanya ideal disuguhkan film I, Tonya. Dibintangi Margot Robbie yang memerankan tokoh nyata bernama Tonya Harding, film ini sedikit banyak mengekspos sisi gelap hidup sang atlet. Salah satu mimpi buruk Harding ialah sosok ibu abusive yang merasa berjasa besar atas kesuksesannya.

Sang ibu kemudian merasa berhak untuk mengatur hidup sang anak. Ketika Harding dewasa, sang ibu tak henti-hentinya mengkritik keputusan-keputusan Harding yang menurut hematnya tidak ideal. Ironisnya, Harding masih mengemis validasi sang ibu. Ini bukan kecenderungan yang eksklusif terjadi pada satu orang. Hampir semua korban punya kecenderungan mirip Harding. 

7. The Second Mother (2015)

The Second Mother (dok. Madman Films/The Second Mother)

Kalau ibu dalam film I, Tonya jelas-jelas abusive, sosok ibu dalam film Brasil The Second Mother bisa dibilang serbasalah. Ia diceritakan bekerja sebagai asisten rumah tangga. Karena profesinya itu, ia terpaksa menitipkan putrinya di rumah kerabat. Satu hari, sang putri menumpang di rumah majikan ibunya untuk mengikuti tes masuk universitas. Pada momen inilah, kemarahan dan rasa kecewanya pada sang ibu yang absen dari hidupnya belasan tahun pecah.

8. The Joy Luck Club (1993)

The Joy Luck Club (dok. Hollywood Pictures/The Joy Luck Club)

Diadaptasi dari novel klasik berjudul sama, The Joy Luck Club adalah eksplorasi hubungan kompleks keempat perempuan dengan ibu mereka masing-masing. Datang dari keluarga imigran, ada trauma antargenerasi yang diturunkan ibu mereka sebagai imigran generasi pertama pada keluarga tersebut. Menyentuh dan kaya wawasan, ini film yang bakal mendorongmu untuk mencoba memahami alasan di balik gaya asuh ibumu sendiri.

9. Janet Planet (2024)

Janet Planet (dok. A24/Janet Planet)

Janet Planet agak beda dari film-film sebelumnya yang bicara dua sisi relasi ibu dan anak. Dengan suasana yang cenderung lebih positif, kita akan diajak menyelami relasi penuh afeksi antara seorang anak perempuan dengan ibu tunggalnya. Kedekatan mereka bahkan bisa dibilang hangat dan spesial. Namun, tetap saja sang ibu punya banyak kelemahan dan kekurangan yang tanpa sadar bakal diwariskannya secara tak langsung pada sang putri. Ini sebuah film melodrama yang observasional, tetapi kaya bahan renungan.

10. Saint Omer (2023)

film Saint Omer (dok. Unifrance/Saint Omer)

Film Prancis ini awalnya tentang perempuan muda yang tertarik pada isu pembunuhan yang dilakukan seorang ibu pada bayinya sendiri. Setelah menyelami kasus itu, ia secara tak sadar mulai mengingat relasi rumitnya sendiri dengan sang ibu yang cenderung dingin padanya sejak kecil. Film lalu mengikuti prosesnya mencari jawaban atas sikap dan gaya asuh ibunya itu. 

Budaya opresi bahkan menuntut sesama perempuan untuk berkompetisi. Ini bisa jadi salah satu faktor yang bikin hubungan sesama perempuan jadi rumit dan berlapis. Bahkan, ibu dan anak perempuannya sendiri sering kali terjebak dalam skema itu dan berpengaruh besar dalam cara mereka berinteraksi. Jadi tugas kita ialah menghentikan siklus itu dengan tidak meneruskan trauma dan kultur opresi terhadap perempuan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us