5 Cara Menciptakan Film Horor Anak-Anak yang Menyeramkan

Siapapun yang familier dengan film ParaNorman, Monster House, dan The Nightmare Before Christmas pastinya juga mengetahui film Coraline. Film garapan studio Laika ini pertama kali mewarnai dunia perfilman pada tahun 2009. Meskipun telah lama tayang, hingga sekarang Coraline masih menjadi salah satu film horor kesukaan para pecinta film. Bahkan, banyak orang masih mengakui keseraman film ini terlepas dari fakta bahwa mereka telah beranjak dewasa.
Lantas, apa yang membuat Coraline disebut sebagai film horor anak-anak terbaik? Bagaimana Coraline bisa menjadi film horor anak-anak yang tak lekang oleh masa?
Berikut ini beberapa jawabannya. Yuk, disimak!
1. Menjadikan hal-hal normal di sekitar anak-anak sebagai hal yang menyeramkan
Coraline bercerita mengenai seorang anak perempuan bernama Coraline Jones yang menemukan pintu kecil di rumah barunya. Pintu ini membawanya ke dunia paralel, di mana semua orang yang ia kenal memiliki kancing sebagai pengganti mata mereka. Semua orang di dunia lain itu bersikap sangat baik dan menyenangkan terhadap Coraline. Hingga pada akhirnya, Coraline dipaksa untuk tinggal di dunia itu untuk selamanya dengan cara menjahit kancing ke matanya.
Ditargetkan kepada anak kecil, Coraline mengubah hal-hal yang seharusnya memberikan ketenangan kepada anak-anak menjadi hal yang menakutkan. Orang tua yang seharusnya melindungi anak malah menjadi musuh utama dalam film ini. Boneka yang seharusnya lucu justru digambarkan sebagai hal yang patut diwaspadai.
Coraline sangat bermain dengan psikologi target penontonnya ketimbang bergantung pada kekerasan dan jumpscare belaka.
2. Menggunakan media animasi dengan baik
Visualisasi pada film ini digambarkan melalui animasi stop-motion. Teknik animasi ini memberikan keunggulannya tersendiri yang belum tentu bisa dicapai oleh teknik lainnya.
Pada awalnya, gambar ‘kartun’ akan membuat anak-anak terlena dan memberikan kesan bahwa film ini tidak seram. Setelah terlena, penonton kemudian dikagetkan dengan betapa menakutkannya film ini. Teknik stop-motion juga memberikan gerakan patah-patah yang dapat mendatangkan kesan ketidaknormalan.
3. Desain karakter yang tidak biasa

Kelebihan teknik animasi dalam Coraline yang lainnya adalah teknik itu dapat dengan mudah memberikan desain yang tidak biasa kepada karakter-karakternya. Contohnya adalah desain karakter Mr. Bobinsky yang digambarkan memiliki perut super buncit dengan lengan dan kaki yang terlihat dapat patah jika tersenggol. Desain karakter yang tidak biasa ini bisa memberikan kesan menakutkan kepada anak-anak.
4. Taruhan yang tidak main-main

Setelah dipaksa untuk tinggal di dunia penuh orang bermata kancing, Coraline berusaha untuk keluar dari dunia tersebut. Jika ia tidak berhasil keluar, maka sepasang kancing akan dijahit ke matanya dan ia akan terjebak di dunia itu selamanya.
Meskipun dibuat untuk anak-anak, film ini tidak menahan diri dalam membuat taruhan bagi Coraline. Sebagai hasilnya, konsekuensi yang menyeramkan itulah yang terus tertanam dan menghantui pikiran para penontonnya.
5. Membuat orang dewasa tidak nyaman

Tentu saja film ini menyeramkan untuk ditonton anak-anak karena mereka adalah target penonton utama. Lantas, mengapa para penonton dewasa juga turut merasa tidak nyaman menonton film ini?
Dilansir CBS, Neil Gaiman, penulis novel Coraline, mengatakan bahwa orang dewasa mungkin merasa tidak nyaman karena film ini menunjukkan anak kecil dalam bahaya. Ia berpendapat bahwa orang dewasa secara natural akan merasa khawatir dengan anak dalam kesulitan tersebut dan merasa tidak nyaman.
Itu dia beberapa cara Coraline menciptakan film horor anak-anak yang tak lekang oleh masa. Apakah menurutmu kamu bisa membuat film anak-anak yang lebih menyeramkan dari Coraline?