5 Film Adaptasi Stephen King Era 2010-an yang Layak Diapresiasi Lebih

- Film adaptasi karya Stephen King dari dekade 2010-an tetap relevan dan memikat di industri perfilman modern.
- Beberapa film adaptasi karya Stephen King di era ini luput dari perhatian penonton dan kritikus, padahal menawarkan pengalaman menonton yang unik.
- Adaptasi karya Stephen King seperti "Big Driver", "A Good Marriage", "Cell", "The Dark Tower", dan "In the Tall Grass" patut mendapatkan apresiasi lebih.
Dekade 2010-an menjadi saksi lahirnya sejumlah film adaptasi terbaik dari karya Stephen King. Film-film seperti It (2017) dan Pet Sematary (2019) sukses merajai box office, sementara Gerald’s Game (2017) dan 1922 (2017) mendapat pujian setinggi langit dari kritikus. Semuanya membuktikan bahwa cerita-cerita King tetap relevan dan memikat di industri perfilman modern.
Namun, tak semua adaptasi karya sang "King of Horror" di era ini memperoleh pengakuan yang layak. Beberapa film dengan cerita menarik justru luput dari perhatian penonton dan kritikus. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, film-film ini menawarkan pengalaman menonton yang unik dan mampu memberikan perspektif baru terhadap karya-karya King.
Oleh karena itu, dalam artikel ini, penulis akan membahas lima film adaptasi karya Stephen King paling underrated dari dekade 2010-an yang patut mendapatkan apresiasi lebih. Siapa tahu, setelah membaca artikel ini, kamu akan menemukan film favorit baru yang sebelumnya terlewatkan!
1. Big Driver (2014)

Film thriller kriminal yang diangkat dari novela berjudul sama karya Stephen King ini boleh jadi mendapat sambutan yang kurang meriah saat dirilis. Namun, Big Driver menyimpan banyak elemen menarik yang membuatnya layak diapresiasi lebih. Adaptasi ini menawarkan cerita yang kuat tentang balas dendam yang dibalut penampilan memukau dari para aktornya.
Disutradarai "filmMikael Salomon, Big Driver mengikuti perjalanan Tess Thorne (Maria Bello), seorang penulis novel misteri terkenal. Setelah mengisi sebuah acara, Tess mengambil jalan pintas yang berujung pada peristiwa traumatis. Ia diserang dan diperkosa oleh seorang pria tak dikenal.
Kejadian mengerikan ini menghancurkan Tess secara psikologis dan lebih buruk lagi, mengubahnya menjadi sosok yang haus akan balas dendam. Dengan bantuan Doreen (Olympia Dukakis), sosok imajiner yang menemaninya dalam menghadapi situasi sulit, Tess merencanakan balas dendam. Apakah Tess berhasil membalas dendam atau justru terjebak dalam lingkaran kekerasan yang tak berujung?
2. A Good Marriage (2014)

Pada tahun yang sama dengan Big Driver, hadir satu lagi film thriller adaptasi karya Stephen King, yaitu A Good Marriage. Film ini diadaptasi dari kumpulan cerpen Full Dark, No Stars yang diterbitkan pada tahun 2010. Menariknya, A Good Marriage menjadi film pertama sejak Desperation (2006) di mana Stephen King sendiri terlibat langsung sebagai penulis naskah.
A Good Marriage menceritakan kisah Darcy Anderson (Joan Allen) yang menemukan sebuah ruang rahasia di garasi rumahnya. Di dalamnya, terdapat kartu identitas milik seorang wanita muda yang menjadi korban pembunuhan berantai. Penemuan ini mengguncang kehidupan Darcy, karena suaminya, Bob (Anthony LaPaglia), ternyata menyimpan rahasia gelap yang mengerikan.
Film ini mengikuti perjuangan Darcy dalam menghadapi kenyataan pahit bahwa pria yang dicintainya adalah seorang pembunuh. Ia harus memutuskan antara melindungi keluarganya atau menyerahkan Bob kepada pihak berwajib. Meski premisnya memikat, sayangnya, A Good Marriage tak mampu menyamai kesuksesan adaptasi King lainnya, baik dari segi kritik maupun komersial.
3. Cell (2016)

Tak hanya film horor yang berisi makhluk-makhluk gaib, adaptasi karya Stephen King juga menghadirkan kengerian yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah Cell, yang mengangkat ketakutan akan ketergantungan teknologi dan dampaknya yang mengerikan. Film ini menawarkan kombinasi menarik antara horor survival dan komentar sosial yang relevan.
Cell bercerita tentang Clay Riddell (John Cusack), seorang ayah yang berusaha mencari anaknya di tengah kekacauan global. Kekacauan ini disebabkan oleh sebuah sinyal misterius yang dikirim melalui ponsel dan mengubah penggunanya menjadi makhluk beringas. Bersama dengan Tom (Samuel L. Jackson) dan Alice (Isabelle Fuhrman), Clay harus berjuang melewati kota yang hancur dan dipenuhi oleh orang-orang yang terinfeksi.
Film ini menyajikan adegan-adegan menegangkan dan penuh aksi khas film zombi, tapi dengan sentuhan yang lebih segar. Tak cuma mengandalkan jumpscare, Cell juga membangun ketegangan melalui alur cerita yang menarik dan karakter-karakter yang kuat. Kombinasi antara Cusack dan Jackson turut menjadi magnet tersendiri dengan kontras antara karakter mereka.
4. The Dark Tower (2017)

The Dark Tower awalnya dimaksudkan untuk menyaingi sejumlah waralaba film fantasi populer, seperti The Hunger Games atau Divergent. Sayangnya, film adaptasi novel seri karya Stephen King ini tak beruntung di box office dan di kalangan kritikus. Namun, bukan berarti The Dark Tower sepenuhnya gagal.
Film ini berpusat pada Roland Deschain (Idris Elba), gunslinger terakhir yang berusaha mencapai Menara Gelap, pusat dari segala kekuatan di multiverse. Perjalanannya penuh rintangan, termasuk menghadapi Man in Black (Matthew McConaughey), penyihir jahat yang juga mengincar menara tersebut. Di tengah kekacauan, Roland bertemu dengan Jake Chambers (Tom Taylor), seorang anak dari dunia lain yang memiliki kemampuan khusus dan menjadi kunci penting dalam pencarian menara.
Kritik utama terhadap film ini adalah alur ceritanya yang terburu-buru dan kurang mendalam bagi mereka yang belum membaca novelnya. Meskipun begitu, The Dark Tower tetap menyajikan aksi seru, efek visual yang memukau, dan penampilan solid dari para aktor, terutama McConaughey sebagai villain. Pantang dilewatkan dari watchlist-mu, deh!
5. In the Tall Grass (2019)

Diangkat dari novela berjudul sama karya Stephen King dan sang anak, Joe Hill, In the Tall Grass mempunyai konsep unik tentang ruang dan waktu yang terdistorsi. Film horor Netflix ini disutradarai Vincenzo Natali, sineas yang dikenal dengan kemampuannya membangun ketegangan dalam ruang terbatas. Salah satu karyanya, Cube (1997), dianggap sebagai mahakarya dan berstatus film kultus.
In the Tall Grass mengisahkan tentang Becky dan Cal (Laysla De Oliveira dan Avery Whitted), kakak beradik yang melakukan perjalanan lintas negara. Perjalanan mereka terhenti ketika mendengar teriakan anak kecil dari tengah ladang rumput tinggi di Kansas. Mereka memutuskan masuk ke dalam ladang untuk menolong, tetapi segera menyadari bahwa mereka terjebak dalam labirin waktu yang aneh.
Dibandingkan dua film horor Stephen King keluaran Netflix lainnya, yakni Gerald’s Game dan 1922, In the Tall Grass memang tak menawarkan kedalaman karakter yang signifikan. Namun, bagaimana Natali membangun atmosfer mencekam dan menjaga penonton tetap terpaku pada layar adalah sebuah pencapaian tersendiri. Hal ini membuktikan bahwa meskipun adaptasi karya Stephen King tak selalu sempurna, mereka masih mampu memberikan hiburan yang berkualitas.
Tahun ini, para penggemar horor kembali disuguhkan dengan adaptasi terbaru karya Stephen King, The Monkey (2025), yang telah tayang di Amerika Serikat sejak 21 Februari lalu. Film yang disutradarai Osgood Perkins (Longlegs) ini mengisahkan teror sebuah mainan monyet terkutuk yang membawa malapetaka bagi siapa pun yang berinteraksi dengannya.
Sambil menantikan penayangan The Monkey di Indonesia, tak ada salahnya untuk menyaksikan kembali lima film adaptasi Stephen King dari era 2010-an yang telah dibahas sebelumnya. Selamat menonton dan merasakan sensasi horor khas King!