5 Film Terbaik Shinya Tsukamoto, Kenalan dengan Genre Cyberpunk

Selain melodrama ala Hirokazu Koreeda dan Naomi Kawase, semesta sinematik Jepang adalah gudangnya film thriller. Gak cuma ngeri dan menegangkan, banyak juga film thriller mereka yang nyeleneh dan keterlaluan mengganggunya.
Ada beberapa tokoh penting di genre thriller Jepang, seperti Takashi Miike (Ichii The Killer, Audition) dan Kiyoshi Kurosawa (Cure, Pulse, Chime). Namun, jangan lupakan pula sosok bernama Shinya Tsukamoto.
Tsukamoto disebut salah satu pelopor genre cyberpunk di Jepang. Apa itu dan bagaimana gaya sinematik sang sineas? Mari kenalan lebih jauh lewat lima film terbaik Tsukamoto berikut.
1. Tetsuo: Iron Man (1989)

Muncul pertama kali pada Blade Runner (1982), genre cyberpunk merambah Jepang pada periode yang sama tepat saat negeri itu mengalami economic miracle. Disrupsi teknologi terjadi dan menginspirasi sineas berfantasi. Tetsuo: Iron Man (1989) adalah salah satu film cyberpunk yang pertama kali dirilis di Jepang.
Tsukamoto memerankan sendiri protagonis dalam film garapannya tersebut, yakni seorang pria dengan ketertarikan berlebih pada logam yang berubah jadi tak waras gara-gara parasit yang hidup di salah satu luka di tubuhnya. Satu malam, dua sejoli tak sengaja menabrak dan melindas si pria saat berkendara. Kabur dari TKP untuk menghindari pertanggungjawaban hukum, keduanya ternyata menemukan logam tumbuh di tubuh mereka.
2. Bullet Ballet (1998)

Dalam Bullet Ballet, Tsukamoto memerankan Goda, pemuda 30-an yang hidupnya lempeng sampai sebuah insiden tak terduga terjadi. Kekasihnya ditemukan tewas bunuh diri di apartemen mereka dengan luka tembak di kepala.
Masalahnya, dari mana sang kekasih mendapatkan senjata api itu? Rasa duka dan sakit Goda mengantarnya menjelajahi skena kriminal bawah tanah Jepang. Tujuan awalnya ingin mendapat senjata api dan menyusul kekasihnya.
3. Tokyo Fist (1995)

Tsukamoto memerankan Tsuda Yoshiharu dalam film garapannya yang berjudul Tokyo Fist. Ia diceritakan sebagai pebisnis yang curiga tunangannya berselingkuh dengan teman masa kecilnya yang satu profesi dengan sang kekasih, sama-sama petinju amatir. Rasa cemburunya memotivasi Tsuda mempelajari tinju untuk membalas dendam pada kedua orang yang mengkhianatinya itu.
4. Kotoko (2011)

Kotoko mengikuti pergumulan batin seorang ibu muda yang berjuang membesarkan anaknya di tengah kondisi mentalnya yang tak baik-baik saja. Saat kerabatnya tahu kondisinya, ia dipisahkan dari sang putra. Bukannya membaik, kondisi mentalnya makin memburuk dan ia dihantui rasa khawatir berlebih.
Hingga satu hari seorang pria bernama Seitaro Tanaka (Tsukamoto) yang mengaku sebagai penulis mencoba mendekatinya. Jangan harap kamu akan menemukan ketenangan dan akhir bahagia, yang ada justru sebaliknya. Tsukamoto terkenal suka menyiksa batin lakon-lakonnya, lho.
5. Shadow of Fire (2023)

Shadow of Fire adalah film teranyar Tsukamoto yang dibuatnya sebagai bagian dari Trilogi Perang. Sebelumnya, ia sudah pernah membuat film bertema perang Fires on the Plain (2014) dan Killing (2018). Dalam Shadow of Fire, Tsukamoto menggunakan perspektif bocah laki-laki dan perempuan muda yang harus berjuang bertahan hidup di Jepang setelah Perang Dunia II.
Meski tak punya hubungan darah, mereka membentuk ikatan keluarga dari berbagai kesulitan hidup yang harus mereka lalui saat itu. Sama dengan film sebelumnya, jangan menaruh ekspektasi tinggi pada Tsukamoto soal akhir bahagia. Itu jelas bukan gaya dan spesialisasinya sebagai sutradara.
Dari cyberpunk sampai thriller-psikologi, Shinya Tsukamoto adalah sosok ideal untuk mengenal keberagaman semesta sinematik Jepang. Bila butuh tontonan yang menantang dan memaksamu keluar dari zona nyaman, Tsukamoto bisa jadi salah satu referensinya.