6 Lagu Macklemore yang Melek Sosial, Terbaru Hind's Hall

Amerika Serikat punya banyak musisi hiphop yang bisa kamu ikuti. Namun, boleh jadi hanya segelintir dari mereka yang setia suarakan isu-isu sosial. Selain Kendrick Llamar, Macklemore (Ben Haggerty) dan kolaboratornya, Ryan Lewis bisa masuk dalam daftar itu. Musisi keturunan imigran Irlandia itu pertama kali menembus arus utama pada 2013 saat single-nya "Thrift Shop" mendulang sukses.
Sejak itu, Macklemore tak berhenti berkarya. Ia pun tak segan menyertakan pesan dan kritik sosial seperti yang dilakukannya dengan lagu tersuksesnya itu. Meski belum ada lagu yang bisa menandingi kejayaan "Thrift Shop", rasanya tak adil bila tak mengapresiasi karya-karya briliannya sejauh ini. Berikut rekap lagu Macklemore yang melek sosial, bahan renungan.
1. "Thrift Shop" kritik pola konsumsi berlebih
Sesuai judulnya, "Thrift Shop" adalah lagu yang diciptakannya untuk mempromosikan budaya thrifting (berburu barang bekas layak pakai). Secara tak langsung, lagu ini juga berisi kritiknya terhadap budaya konsumerisme yang didorong gengsi belaka. Dengan melodi groovy dan video musik yang seru, ini salah satu cara efektif memperkenalkan gaya hidup alternatif dengan dampak besar. Siapa sangka lagu hits ini ternyata mengandung pesan sesederhana ini?
2. "Hind's Hall", lagu dukungan untuk HAM dan Palestina
"Hind's Hall" adalah lagu terbaru Macklemore yang dirilisnya sebagai respons atas kejahatan kemanusiaan yang sedang terjadi di Palestina. Sebagai seorang Irlandia yang pernah jadi korban okupasi Inggris berabad-abad lalu, bukan hal mengejutkan melihat Macklemore berada di pihak Palestina. Lagu ini sendiri berisi kritik terhadap standar ganda para pemimpin dunia saat menghadapi krisis kemanusiaan yang berlangsung di Ukraina dan Palestina.
Judulnya bahkan diambil dari nama Hind Rajab, bocah Arab Palestina berusia 6 tahun yang ditemukan tewas di dalam mobil bersama keluarga dan dua orang staf palang merah pada akhir Januari 2024. Diketahui Rajab dan keluarganya hendak mengungsi ke tempat aman, tetapi mobil mereka diserang oleh pasukan Israel. Ia berhasil selamat bersama satu sepupunya dan sempat meminta bantuan palang merah. Namun, dalam proses penyelamatan itu, Rajab dan dua staf palang merah kembali diserang dan tak selamat.
3. "Otherside" bicara soal adiksi narkoba
"Otherside" memang salah satu lagu terawal yang pernah dirilis Macklemore. Liriknya terinspirasi dari pengalamannya sendiri yang pernah terjebak dalam lingkaran setan narkoba. Ia bahkan turut mengkritik para rapper yang sering menyertakan narkoba dalam lirik mereka seolah menormalisasi penggunaannya. Ini salah satu lagu yang cukup emosional dari sang musisi.
4. "Same Love" adalah anthem untuk persamaan akses dan hak bagi semua orang
Dibesarkan di tengah keluarga Katolik taat dan bukan bagian dari komunitas LGBTQ+ ternyata tak membuat Macklemore jadi sosok yang homofobik. Ia mengonfirmasi pandangan konsistennya tentang HAM lewat lagu "Same Love". Lagu ini disertakannya dalam album debutnya The Heist (2012) dan dinyanyikannya bersama Mary Lambert. Lagu itu dirilis pada 2014, setahun sebelum Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama gender.
5. "White Privilege II", pengakuannya terhadap eksistensi ketidakadilan rasial
Sebagai seorang kulit putih, orang tak bakal banyak berharap kalau Macklemore bakal bicara soal sesuatu yang tak pernah dirasakannya, yakni rasisme. Namun, ia berhasil melampaui ekspektasi dengan merilis lagu "White Privilege II" yang dengan gamblang mendiskusikan perilaku dan regulasi rasis yang menyasar orang-orang non-kulit putih di Amerika Serikat. Lagunya berdurasi hampir 9 menit, sebuah komitmen untuk membuka diskursus dan mengangkat isu sensitif itu ke permukaan.
6. "Need to Know" bicara bagaimana kapitalisme mengubah hidup kita selamanya
Lagu "Need to Know" yang ditulisnya bareng Chance the Rapper tak kalah pedas. Lagu yang terdengar menenangkan itu sebenarnya berisi kekhawatiran terhadap tatanan ekonomi kapitalis yang mengubah hidup manusia selamanya. Orang berlomba untuk beli barang mahal, bekerja tiada henti sampai mengonsumsi obat terlarang, hingga objektifikasi dan alienasi yang mengancam kita sebagai manusia. Liriknya benar-benar mengena dan bikin was-was. Miris, tapi itu realitanya.
Konsistensi Macklemore menyuarakan isu sosial lewat lagunya memang sebuah komitmen yang patut diapresiasi. Apalagi untuk kasus sensitif seperti Palestina, tak sedikit musisi dan figur publik yang memilih bungkam.