6 Lagu Rock Paling Ikonik yang Dibuat karena Amarah, Sakit Hati?

Amarah bukan hanya bahan bakar untuk pertengkaran atau kerusuhan. Dalam musik rock, emosi ini sering kali justru menjadi pemicu terciptanya karya yang kuat dan tak terlupakan. Ketika para musisi merasa dikhianati, diremehkan, atau sekadar muak dengan sekitar, mereka tidak hanya mengeluh melainkan menuangkannya dalam lagu yang meledak-ledak.
Dari konflik pribadi hingga kritik terhadap industri musik, lagu-lagu ini lahir dari emosi yang intens dan tak bisa ditahan. Hasilnya bukan hanya teriakan kosong, tapi ekspresi jujur yang dibalut aransemen memukau, lirik tajam, dan semangat memberontak. Kira-kira lagu rock apa saja yang tercipta dari perasaan kesal dan amarah, ya?
1. "Right Next Door to Hell" – Guns N' Roses
Tinggal satu atap dengan personel Guns N’ Roses saat mereka naik daun bisa jadi mimpi buruk. Band ini berasal dari jalanan keras Los Angeles dan saat kesuksesan menghampiri lewat “Appetite for Destruction”, mereka belum sepenuhnya siap untuk jadi superstar.
Saat membuat album berikutnya, Axl Rose harus menghadapi konflik dengan tetangganya yang merasa terganggu oleh kebisingan. Lagu pembuka ini lahir dari pertengkaran Axl dengan tetangganya, yang akhirnya dibawa ke pengadilan sebelum akhirnya diselesaikan diam-diam.
Dalam lagu ini, Axl meluapkan kemarahannya secara total, terutama saat dia meneriakkan “Fu*k you” berulang kali di bagian tengah lagu. Lagu ini jadi pengingat bahwa meski mereka kini hidup mewah, Guns N’ Roses tetap tak kehilangan sisi liar dan pemberontaknya.
2. "The Rain Song" – Led Zeppelin
Jimmy Page tak suka mengulang formula lama. Saat George Harrison dari The Beatles berkomentar bahwa Led Zeppelin tidak pernah membuat balada sejati, Page merasa tertantang. Ia pun menciptakan "The Rain Song", sebuah lagu lembut namun rumit, penuh eksperimen nada dan suasana, sebagai jawaban halus untuk Harrison.
Menariknya, bagian awal lagu ini terdengar seperti mengutip lagu Harrison, “Something”. Meskipun dibuat dari sindiran kecil antarsesama legenda, hasil akhirnya justru menjadi salah satu karya terindah Led Zeppelin. Terkadang, amarah kecil bisa melahirkan sesuatu yang begitu memukau.
3. "Bring It On Down" – Oasis
Oasis dikenal dengan sikap besar kepala mereka, tapi lagu ini justru lahir dari ketegangan internal. Drummer Tony McCarroll merasa diremehkan oleh Noel Gallagher, yang menyarankan agar lagu ini dimainkan oleh drummer sesi. Merasa diremehkan, McCarroll bangkit dan menunjukkan kemampuannya secara penuh.
Lagu ini menjadi satu-satunya track bernuansa punk di album Definitely Maybe, dan berkat kemarahan McCarroll, energi lagu ini terasa sangat liar dan mentah. Lucunya, justru di tengah perselisihan itu muncul salah satu penampilan drum terbaik dalam kariernya.
4. "Blood From a Clone" – George Harrison
Di awal 1980-an, George Harrison mengalami konflik dengan labelnya. Mereka menolak albumnya karena dianggap tidak cukup komersial dan memintanya membuat lagu cinta yang bisa laku di pasar. Harrison memenuhi permintaan itu, tapi sambil menyelipkan sindiran tajam lewat lagu “Blood From a Clone”.
Lagu ini jadi pembuka album Somewhere in England, dan langsung memperlihatkan sikap sinis Harrison terhadap industri musik yang terlalu mengatur. Meski mungkin bukan album terbaiknya, lagu ini tetap ikonik karena keberaniannya melawan sistem.
5. "In Bloom" – Nirvana
Kurt Cobain tidak suka tipe penggemar yang hanya menikmati lagu-lagunya tanpa memahami pesan di baliknya. “In Bloom” ditujukan untuk orang-orang seperti itu, yakni mereka yang terlihat tangguh, menyukai musik keras, tapi tak peduli dengan lirik atau makna.
Ironisnya, banyak dari orang yang disindir justru menjadi penggemar berat lagu ini, tanpa menyadari bahwa mereka sedang jadi sasaran. Lagu ini membuktikan bahwa Cobain punya cara unik untuk menyindir tanpa kehilangan daya tarik musikal.
6. "Steel and Glass" – John Lennon
Setelah The Beatles bubar, konflik bisnis tak kunjung usai. John Lennon sempat memercayakan manajemen ke Allen Klein, tapi kemudian menyadari bahwa Klein justru memecah belah band. “Steel and Glass” adalah respons Lennon terhadap pengkhianatan itu.
Lagu ini terdengar penuh kemarahan, bahkan memakai nada yang mirip dengan “How Do You Sleep?”, lagu sindirannya untuk Paul McCartney. Kali ini, Lennon mengalihkan amarahnya dari Paul ke Klein, menunjukkan bahwa luka lama masih terasa dan musik tetap jadi saluran pelampiasan yang kuat.
Meski lahir dari amarah, lagu-lagu ini justru meninggalkan kesan yang dalam. Mereka jadi bukti bahwa emosi negatif pun bisa diubah menjadi karya yang bermakna dan menginspirasi. Dari semua lagu di atas, mana yang paling terasa amarahnya buatmu?