Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Rekomendasi Film Mirip Civil War yang Bisa Bikin Kamu Melek Politik

Donbass (dok. European Film Awards/Donbass)
Donbass (dok. European Film Awards/Donbass)

Civil War (2024) disebut sebagai salah satu film antiperang terbaik yang pernah dibuat. Menariknya, film ini digarap Alex Garland yang lebih sering berkecimpung pada genre sains fiksi. Uniknya lagi, film ini dirilis A24 yang tak biasanya merilis film bergenre politik semacam ini.

Civil War sendiri merupakan gambaran ulang bilamana Amerika Serikat terjebak dalam perang sipil berkelanjutan karena rezim otoriter tak bersedia turun jabatan. Jika kamu menyukai Civil War, film-film berikut bisa kamu tonton. Datang dari berbagai genre dan latar negara, akan ada banyak wawasan politik dan nilai antiperang yang bisa kamu jadikan bahan renungan dan pelajaran. Mari, tonton!

1. Donbass (2018)

Donbass (dok. Arthouse Traffic/Donbass)
Donbass (dok. Arthouse Traffic/Donbass)

Kalau Civil War membahas perang sipil fiktif, Donbass merupakan sebuah cerminan realitas yang terjadi di wilayah bernama Donbass sejak Euromaidan (demonstrasi pro-Uni Eropa) pecah pada 2013. Adapun, saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Ukraina. Sebagai wilayah paling Timur yang berbatasan langsung dengan Rusia dan dihuni sebagian penduduk beretnik Rusia, Donbass menjelma jadi kontestasi kelompok nasionalis Ukraina dan separatis yang hendak memisahkan diri.

Film ini ditulis dari beberapa sudut pandang sekaligus. Ada sudut pandang rakyat biasa yang hanya ingin hidup damai, tentara separatis, warga sipil yang dibayar oleh pihak tertentu untuk kepentingan propaganda, hingga jurnalis asing yang ditugaskan meliput situasi di sana. Bedanya, Donbass dikemas dengan pendekatan satire dan dark comedy. 

2. Beasts of No Nation (2015)

Beasts of No Nation (dok. Criterion/Beasts of No Nation)
Beasts of No Nation (dok. Criterion/Beasts of No Nation)

Mengangkat isu perang sipil dan kudeta militer yang sering terjadi di negara-negara Afrika sub-Sahara, Beasts of No Nation makin getir karena ditulis dari perspektif anak-anak. Namanya Agu (Abraham Attah), bocah yang berhasil kabur dari pembataian yang terjadi desanya. Namun, tak lama dari itu, ia jatuh ke tangan satuan faksi pemberontak dan dipaksa bergabung dengan mereka terlepas dari usianya yang masih belia.

Di sinilah, Agu mengalami berbagai kejadian horor selama perang. Pada usia sekecil itu, ia dipaksa dewasa sebelum usianya dengan menyaksikan, bahkan terlibat dalam berbagai tindak kekerasan. Pedih, getir, dan mengganggu, ini bukan tipe film yang mudah buat ditamatkan.

3. Bacurau (2019)

Bacurau (dok. MUBI/Bacurau)
Bacurau (dok. MUBI/Bacurau)

Sama dengan Civil War, film Brasil Bacurau berlatarkan sebuah semesta fiktif alias distopia. Sutradara Kleber Mendonça Filho dan Juliano Dornelles menulis film ini dengan latar sebuah desa fiktif di Pernambuco, Brasil, yang didominasi penduduk berkulit berwarna. Desa itu diceritakan miskin dan mengalami kekeringan. Parahnya, politisi korup hanya datang saat mereka butuh suara. Tak heran kalau penduduk desa biasa menghadapi masalah mereka sendiri karena absennya pemerintah. 

Namun, satu hari, teror mulai melanda desa itu, mulai dari terbunuhnya dua pemuda desa hingga kehadiran pendatang yang mengacau. Bacurau disebut sebagai salah satu film political thriller terbaik. Gak heran kalau Jury Prize Cannes Film Festival mereka raih. 

4. Incendies (2010)

Incendies (dok. Entertainment One/Incendies)
Incendies (dok. Entertainment One/Incendies)

Layaknya Civil War milik Alex Garland, film Incendies juga cukup hati-hati saat menyinggung ras dan entitas politik dalam perang sipil. Dibuat sutradara kawakan Denis Villeneuve, film ini dimulai dari investigasi mandiri yang dilakukan kakak beradik atas masa lalu ibunya. Dari situ, ia baru tahu kalau ibunya adalah penyintas perang sipil di sebuah negara di Timur Tengah. 

Bukan hanya penyintas, sang ibu pernah terpaksa bergabung dengan milisi pemberontak yang nantinya akan menjelaskan berbagai rahasia kelam putra dan putrinya. Pada dasarnya, film ini mencoba mengulik dampak perang di level individu, terutama bagi perempuan. Incendies bukan tontonan untuk yang berhati lemah. Siap-siap remuk dibuatnya!

5. Buried (2010)

Buried (dok. Orange Studio/Buried)
Buried (dok. Orange Studio/Buried)

Buried memang tak semegah Civil War dari berbagai segi. Cakupan latarnya saja terisolasi di satu tempat yang spesifik, yakni sebuah peti kayu yang hanya muat satu orang dewasa. Namun, dengan cermat, sutradara Rodrigo Cortés dan penulis naskah Chris Sparling berhasil menjelaskan dampak dan intrik dari perang yang Amerika Serikat inisiasi di Irak pada 2003. Semuanya mereka ejawantahkan lewat satu karakter bernama Paul (Ryan Reynolds), sopir truk untuk tentara Amerika Serikat yang ditugaskan di Irak. 

Saat bekerja, ia tiba-tiba distop kelompok militan dan bangun dalam keadaan terkubur di dalam peti mati. Oleh penyanderanya, Paul hanya diberi satu korek api dan ponsel untuk meminta tebusan dengan ganti kebebasannya. Cara pemerintah dan perusahaan perekrutnya memperlakukan Paul sungguh bikin geregetan. Silakan kamu simpulkan sendiri, deh.

6. Mr. Jones (2019)

Mr. Jones (dok. British Film Institute/Mr. Jones )
Mr. Jones (dok. British Film Institute/Mr. Jones )

Mr. Jones adalah film tentang wartawan politik yang berhasil dapat janji temu untuk mewawancarai Stalin. Ini dibantu oleh riwayatnya yang melakukan wawancara dengan beberapa petinggi Nazi sebelum Perang Dunia II. Namun, saat hendak menuju tempat pertemuan, ia yang penasaran memilih jalur lain dan melewati Ukraina.

Di sanalah, ia menyaksikan sebuah tragedi besar mengerikan yang tak pernah diberitakan oleh siapa pun. Film ini merupakan upaya Agnieszka Holland menguak betapa krusialnya peran propaganda dan sensor dalam peta politik pemimpin. Sayangnya, film ini dianggap terlalu panjang dan sedikit bertele-tele, terutama sepertiga awal. 

 

7. In Syria (2017)

In Syria (dok. Film Movement/In Syria)
In Syria (dok. Film Movement/In Syria)

In Syria atau Insyriated memang satu dari sekian banyak film yang mengangkat isu perang sipil menahun di Suriah. Namun, pendekatan dan fokus ceritanya patut diacungi jempol. Film ini berkutat pada perjuangan dan kebimbangan satu keluarga yang terjebak di tengah pertempuran kelompok pemberontak serta milisi pemerintah Suriah. 

Mereka tahu kalau rumah itu tak aman lagi, tetapi pergi dari kota ternyata tak semudah yang dibayangkan. Ada banyak penembak jitu, entah dari kubu mana yang bisa saja salah sasaran. Berbagai risiko dan pertimbangan lain juga harus mereka pikirkan. In Syria bak cerminan betapa warga sipil yang paling menderita saat konflik bersenjata pecah. 

Ketujuh film tadi siap menjejalimu dengan kenyataan pahit soal perang, konflik, dan intrik politik yang mendasarinya. Getir dan benar-benar jadi sesuatu yang bisa membuka mata. Tonton deh kalau kamu suka gaya berceritanya film Civil War (2024).

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us