8 Lagu yang Membahas Trauma Antargenerasi, Ada Apple Charli XCX

Gak hanya masalah asmara, kesehatan mental juga jadi salah satu materi favorit yang musisi pakai untuk menciptakan lagu. Salah satu yang cukup sering kita dengar belakangan ini tentang hal-hal yang berkaitan dengan adulting (menjadi dewasa), termasuk kesadaran kalau setiap orang mewarisi trauma dan luka dari orangtua mereka. Istilah kerennya trauma antargenerasi, sebuah fenomena yang ramai-ramai kita coba putus siklusnya saat ini.
Penasaran seperti apa saja sih trauma antargenerasi yang dimaksud? Beragam dan bisa saja selama ini tidak kamu sadari, coba buka mata lewat delapan lagu bertema trauma antargenerasi berikut. Liriknya diam-diam menohok.
1. "Apple" (Charli XCX)
"Apple" merupakan salah satu lagu hits Charli XCX yang diambil dari album terbarunya, BRAT (2024). Meski bernada upbeat dan terdengar tak serius, lagu ini sebenarnya sarat pengalaman personal si empu lagu. Terinspirasi dari pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya", Charli ternyata sedang membicarakan rasa khawatir dan takutnya karena mulai melihat sifat-sifat yang tak ia suka dari ibunya dalam dirinya sendiri.
I think the apple's rotten right to the core
From all the things passed down
From all the apples coming before
I split the apple down symmetrical lines
And what I find is kinda scary
2. "Dynasty" (Rina Sawayama)
Beberapa tahun lalu, musisi Inggris keturunan Jepang, Rina Sawayama, pernah bicara hal serupa lewat lagu "Dynasty". Sesuai judulnya, liriknya bicara kesadaran bahwa dirinya secara tak langsung meniru apa yang ia lihat dari orangtuanya. Ia menggambarkan trauma antargenerasi ini seolah seperti kutukan. Sawayama sendiri cukup terbuka soal pengalaman masa kecilnya yang tak menyenangkan karena latar belakangnya sebagai imigran Asia di Inggris.
I'm a dynasty
The pain in my vein is hereditary
Dynasty
Running in my bloodstream, my bloodstream
Dynasty
And if that's all that I'm gonna be
Won't you break the chain with me?
3. "Highlights" (Sasha Alex Sloan)
Dalam album terbarunya, Me Again (2024), Sasha Alex Sloan lebih banyak menulis lagu yang berkaitan dengan kesehatan mental. Album ini lebih spesifik pada keinginan untuk memaafkan kesalahan orang lain pada masa lalu dan melanjutkan hidup dengan lebih legawa. Ini termasuk kaitannya dengan relasinya sendiri dengan sang orangtua yang tak selalu ideal. Dalam lagu "Highlights" misalnya, ia mencoba mendiskusikan bagaimana minimnya afeksi dari orangtua bisa melukai seorang anak hingga dewasa.
Where were you when I was broken?
When I was learnin' not everybody's nice
Where were you when I was empty?
When I had no one else to turn to for advice
I'm not angry anymore for what you did
But who does that to a kid?
4. "Mother I Sober" (Kendrick Lamar ft. Beth Gibbons)
Jadi bagian dari album Mr. Morale & the Big Steppers, Kendrick Lamar dengan gamblang sedang membicarakan bagaimana luka yang dipendam ibunya diam-diam menggerogoti dan menghantui keluarganya, termasuk dirinya sebagai anak. Rasa bersalah dan tak punya harapan jadi momok yang membentuk dirinya. Hal ini pun mendasari berbagai keputusan yang ia dan orang-orang di sekitar sang ibu ambil.
My mother's mother followed me for years in her afterlife
Starin' at me on back of some buses, I wake up at night
Loved her dearly, traded in my tears for a Range Rover
Transformation, you ain't felt grief 'til you felt it sober
5. "We Didn't Start the Fire" (Fall Out Boy)
"We Didn't Start the Fire" sebenarnya adalah lagu lawas yang ditulis dan dipopulerkan Billy Joel pada 1989. Lagu ini kemudian dikover ulang oleh Fall Out Boy dengan memperbarui referensi sosial politiknya jadi lebih relevan dengan kondisi terkini. Inti dari lagu ini ialah trauma, lebih tepatnya keresahan dan kekesalan, antargenerasi yang diwarisi orang-orang Amerika Serikat. Penyebabnya karena kebijakan-kebijakan politik yang pro perang dan mengabaikan perdamaian jangka panjang.
We didn't start the fire
It was always burning since the world's been turning
We didn't start the fire
No, we didn't light it but we're trying to fight it
6. "Desire" (Fontaines D.C.)
"Desire" adalah bagian dari album Romance milik Fontaines D.C. yang rilis 2024. Lagu yang melodinya menghantui ini sebenarnya sedang membicara keresahan khas anak muda yang mulai kehilangan gairah untuk meraih mimpi setelah ditampar realitas. Dulu, kita kira generasi sebelum kita saja yang ogah ambil risiko. Namun, setelah menjalaninya sendiri, ternyata kita tak jauh beda dengan mereka.
I see them driving into nothing where the nothing is sure
(All they want denied)
They drown their wishes in the fountain like their fathers before
(All they want denied)
And in the park the firefighters turned their bodies to glass
(All they want denied)
Some people seem to take their time when they pass
7. "Mockingbird" (Eminem)
Eminem merupakan salah satu musisi yang sering membuat lagu untuk orang-orang terdekatnya, terutama ketiga putrinya. Salah satu yang paling menohok ialah "Mockingbird". Tak hanya berisi surat cintanya pada sang anak, tetapi ini juga sekilas tentang masa kecilnya yang tak menyenangkan. Lewat lagu itu, ia berharap bisa menjadi orangtua yang lebih ideal untuk anak-anaknya dengan memutus rantai trauma yang pernah menjegalnya.
Hailie, I know you miss your mom, and I know you miss your dad
When I'm gone, but I'm tryin' to give you the life that I never had
I can see you're sad, even when you smile, even when you laugh
I can see it in your eyes, deep inside you wanna cry
8. "Posthumous Forgiveness" (Tame Impala)
Ditulis dari perspektif seorang anak pada ayah yang pelit apresiasi, lagu ini cukup menusuk dada. Secara umum, liriknya berisi kekecewaannya yang ia rasakan sebagai anak pada ayah yang tak berakhir melegakan. Bukannya mendapat closure (penyelesaian), ia justru dibuat makin kecewa karena kata maaf tak pernah keluar dari mulut ayahnya hingga sang ayah meregang nyawa. Ini pedih dan mungkin bisa jadi refleksi untuk siapa pun yang kini bertitel orangtua.
Did you think I'd never know?
Never wise-up as I grow?
And you could store an ocean in the
holes in any of the explanations that you gave
And while you still had time, you had a chance
but you decided to take all your sorry's to the grave
Memutus siklus trauma antargenerasi bukan tugas mudah. Perlu kesadaran dan niat keras untuk berubah. Perlu diakui, manusia adalah makhluk yang cenderung meniru apa yang familier, dalam hal ini berarti pola penyelesaian masalah orangtua kita. Apalagi, perasaan terluka sering kali membuat kita jadi orang yang tak menyenangkan. Duh, siapa sangka dari lagu kita bisa mendiskusikan masalah serius macam ini.