Acting Coach Stephanus Tjieproet Bongkar Cara El-Leya Bangun Chemistry

- Para pemain Rangga & Cinta harus terbuka dan saling menceritakan pengalaman keseharian untuk membangun chemistry.
- El dan Leya disarankan untuk nongkrong bersama di bawah pengawasan acting coach untuk mendalami karakter.
- Leya sering menjemput El saat hendak reading, fokus tim produksi hanya pada kisah Rangga dan Cinta.
Surabaya, IDN Times - Chemistry Rangga dan Cinta menjadi nyawa dari film musikal adaptasi Ada Apa dengan Cinta? (2002) arahan Miles Films ini. Mayoritas penonton mungkin sependapat dengan saya, gak cuma bikin baper di depan layar, tapi saat promosi, kebersamaan El Putra Sarira dan Leya Princy pun menggemaskan.
Banyak penonton yang memuji akting El dan Leya seperti Rangga dan Cinta banget. Melalui wawancara eksklusif bersama IDN Times pada Rabu (22/10/2025), Stephanus Tjieproet, acting coach untuk film Rangga & Cinta (2025) berkata, bahwa mereka tidak perlu menjadi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo.
"Kenapa tidak perlu menjadi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo? Karena pengalaman-pengalaman hidupnya berbeda, backgorund budaya kesehariannya berbeda. Jadi, kami acting coach dan juga Mas Riri menggali perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman dari yang para pemain sudah punya," ungkap acting coach yang akrab disapa Tjieproet ini.
Lalu, bagaimana sih cara membangun chemistry pemeran Rangga dan Cinta yang berhasil bikin baper penonton? Simak selengkapnya #COD (Cerita Orang Dalam) bersama Stephanus Tjieproet, acting coach film Rangga & Cinta (2025) berikut ini.
1. Saling menceritakan apa yang mereka alami di keseharian, agar lebih terbuka dan saling percaya

Saat saya memuji chemistry El dan Leya, Stephanus Tjieproet tersenyum sambil menganggukkan kepala, tanda setuju. Ternyata, cara pertama untuk membangun chemistry pemeran Rangga dan Cinta itu adalah membuat mereka terbuka kepada satu sama lain.
"Ini sih yang biasa kami lakukan sebelum mulai reading gitu ya, kami biasa kayak, kami selalu bertanya, 'how’s today' gitu? Masing-masing bercerita ke yang lain gitu, ke kami, terus ke El, Leya juga seperti itu. Begitu juga ketika gabung dengan pemain yang lebih lebar lagi, dengan geng Cinta dan semuanya. Jadi mereka terbiasa memang terbuka gitu satu sama lain," jelas Tjieproet yang berbicara selama menjelaskan sambil tersenyum.
Sebelum proses reading dimulai, para pemain juga harus melewati latihan dasar, seperti olah tubuh, olah vokal, dan olah rasa, lho. Selain itu, acting coach dan para pemain juga harus membangun rasa percaya terhadap satu sama lain.
"Membangun trust building satu sama lain, terutama dengan acting coach dulu, supaya mereka percaya," ungkapnya yang ternyata dibantu dengan satu acting coach lainnya, yaitu Syafrudin Bhakti dalam proses latihan.
2. El dan Leya disuruh nongkrong bareng, tapi dalam pengawasan acting coach
Gak cuma diminta saling terbuka, tapi tim produksi juga menyarankan El dan Leya buat nongkrong bareng. Eitss, tapi gak cuma berdua aja, mereka nongkrong tetap di bawah pengawasan acting coach.
"Itu dimulai dari situ, terus ada beberapa kali kalau gak salah memang kami menyarankan buat, coba kita keluar atau kalian berdua gitu. Tapi dengan pengawasan kami tentu saja, dengan pengawasan kami untuk, coba nongkrong di kafe. Untuk beberapa saat sih mereka sempat melakukan itu," tutur pemeran Pak Lurah di film Abadi Nan Jaya (2025) ini.
3. Leya kadang jemput El pas mau berangkat reading, lho
Selain nongkrong bareng, gak jarang Leya menjemput El saat hendak reading. Jadi mereka bisa memiliki waktu lebih lama untuk saling mengenal dan mendalami karakter masing-masing.
"Dan juga saling jemput. Leya sih yang jemput El gitu, karena kan El ngekos, terus kemudian Leya yang punya kendaraan. Jadi beberapa kali Leya jemput El untuk ke tempat reading," tuturnya.
Selain El dan Leya, penonton juga kerap dibuat baper dengan momen Katyana Mawira, serta Rafly Altama. Ternyata, tim produksi sejak awal ingin fokus dengan kisah Rangga dan Cinta di film ini, bukan Milly dan Mamet.
"Gak, karena fokus kami memang di kisah ini di cerita ini. Jadi memang tidak berusaha menggali lebih jauh. Karena memang fokusnya cuman di Rangga dan Cinta ini," jelas Tjieproet sambil menggelengkan kepalanya
Meski begitu, gestur-gestur kecil yang Milly dan Mamet tunjukkan di dalam film Rangga & Cinta (2025) ternyata berhasil ditangkap oleh penonton. Maka tidak mengherankan, penonton tetap dibuat baper dengan chemistry keduanya.
"Di beberapa scene yang mereka berdua itu di satu frame itu sempat kami... tapi kecil, gestur-gestur kecil yang memang punya perhatian satu sama lain. Kayak di yang di JiFest itu, terus di mana lagi ya? Tapi hanya gestur-gestur kecil, tidak menjurus ke arah sana, tidak menggiring coba ke arah lebih jauh, hanya fokus di situasi pada saat itu," lanjutnya.
Ternyata memang ada usaha dari tim produksi hingga para pemainnya untuk membangun chemistry Rangga dan Cinta. Apakah kamu juga menjadi korban dari chemistry menggemaskan mereka?


















