Alasan Rachel Amanda Pakai Poni Palsu di Film Suka Duka Tawa

- Aco Tenri terinspirasi dari rambut di tempat sampah
- Poni palsu sebagai media Tawa untuk menutupi luka batinnya
- Meski filmnya bergenre komedi, Aco tidak mau penonton cuma tertawa
Jakarta, IDN Times – Rachel Amanda kembali menyapa penonton layar lebar lewat film Suka Duka Tawa yang dijadwalkan tayang pada awal tahun 2026. Dalam film ini, Rachel memerankan Tawa, seorang anak yang tumbuh di tengah keluarga broken home.
Selain pendalaman karakter, ada satu detail visual yang langsung mencuri perhatian penonton sejak trailer dirilis. Rachel Amanda terlihat melempar wig atau poni palsu. Detail kecil ini ternyata bukan sekadar gaya, melainkan punya makna penting dalam perjalanan karakter Tawa. Sutradara Aco Tenri pun buka suara soal alasan di balik pilihan artistik tersebut.
1. Aco Tenri rupanya terinspirasi dari rambut di tempat sampah

Inspirasi poni palsu untuk karakter Tawa rupanya datang dari hal yang sama sekali tak terduga. Aco mengaku ide tersebut muncul dari pengalaman absurdnya.
"Aku tuh pernah waktu ke sebuah toilet menemukan segumpalan rambut kayak, 'Weh, apa ini?' Biasanya 'kan itu katanya ada kuntilanak, gitu,” ceritanya diselingi tawa penonton saat konferensi pers di XXI Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2025).
Rasa penasaran itu kemudian berujung pada penemuan yang justru membumi. Rambut itu ternyata bukan sesuatu yang mistis, melainkan aksesori fesyen.
"Ternyata, waktu tanya ke teman-teman gue, ternyata itu poni. Baru tau lah kalau di situ ternyata ada beberapa manusia yang menggunakan poni bohongan gitu. Buat gaya sebenarnya," lanjut Aco.
2. Sebut poni palsu sebagai media Tawa untuk menutupi luka batinnya

Lebih dari sekadar pemanis visual, poni palsu yang dikenakan Tawa justru sarat akan makna emosional. "Cuma ketika kita ngomongin Tawa, film ini adalah tentang bagaimana tawa menutupi lukanya, gitu," jelas Aco.
Dalam trailer, penonton sempat diperlihatkan masa kecil Tawa yang menyisakan trauma. Luka tersebut, baik secara emosional maupun fisik, menjadi bagian dari perjalanan hidupnya hingga dewasa.
"Kita tahu tadi ada adegannya juga, si Tawa kecil 'kan dapat luka. Dan ya ini journey-nya tentang bagaimana Tawa mencoba menutupi lukanya," tambahnya.
Poni palsu pun hadir sebagai simbol dari upaya Tawa untuk menutupi luka fisik sekaligus batinnya.
"Jadi, si poni itu selain emang style-nya Tawa, tapi dia juga malu dengan lukanya dia. Dia menutupi itu dari teman-temannya. Lukanya secara harfiah pun dia coba tutupin," ungkap Aco.
3. Meski filmnya bergenre komedi, Aco tidak mau penonton cuma tertawa

Meski judulnya mengandung kata "tawa" dan dibalut dengan nuansa komedi, Aco menegaskan film ini tidak dibuat untuk menertawakan penderitaan tokoh utamanya. Bersama penulis naskah Indriani Agustina, ia sejak awal memilih pendekatan yang lebih empatik.
"Sebenarnya waktu nulis ini, kita tuh beneran tidak mencoba melucu atau membuat sedih penonton. Kita mencoba masuk ke dalam karakter Tawa, memahami Tawa, dan orang-orang sekitarnya," tutur Aco.
Dalam proses penulisan, mereka bahkan kerap merasa tak tega menempatkan Tawa dalam adegan yang terlalu muram. Sebaliknya, adegan komedi pun sengaja "dipatahkan" agar tidak berubah menjadi lawakan kosong.
"Ketika scene-scene drama, kita tuh enggak nyaman membiarkan Tawa terlalu sedih. Sebaliknya juga, ketika dia terlalu bercanda, gua patahin kebahagiaan lo," akunya.
Pendekatan ini membuat Suka Duka Tawa berjalan di garis tipis antara tawa dan luka. Aco menyebut keseimbangan itulah yang terus ia jaga sepanjang film.
"Jadi memang kita selalu berusaha mem-balance itu. Kita aware di mana penonton akan tertawa dan di mana rasanya intimate, dan mungkin menangis," pungkasnya.


















