5 Film Pendek dengan Setting di Yogyakarta, Sarat Pesan Moral

Banyak adegan kocak yang mengundang tawa #LokalIDN

Yogyakarta dikenal sebagai kota dengan sejuta kesenian. Memiliki daya tarik yang mampu membuat orang yang singgah seperti dibius oleh kenangan di sana. Mayoritas para perantau di Yogyakarta berpendapat sulit untuk berpaling dari keindahan kota ini.

Banyak hal yang bisa dikulik dari uniknya Yogyakarta. Kota ini masih sarat dengan unsur kebudayaan Jawa yang sangat kental. Tak heran jika Yogyakarta banyak diincar produser film untuk dijadikan latar tempat dalam sebuah adegan. Berikut lima film pendek yang mengambil setting tempat di Yogyakarta. Catat!

1. Tilik (2018)

5 Film Pendek dengan Setting di Yogyakarta, Sarat Pesan MoralInstagram.com/ravacanafilms

Masih lekat di ingatan dengan sosok Bu Tejo dan Yu Ning yang viral beberapa bulan kemarin. Dua perempuan yang saling adu mulut perihal pro kontra kabar miring dari Dian, si kembang desa Yogyakarta.

Niat awal untuk menengok Bu Lurah yang sedang sakit, selama di perjalanan malah jadi ajang adu gosip antara ibu-ibu di sana. Alhasil, sesampainya di rumah sakit, mereka tidak bisa bertemu Bu Lurah karena masih dirawat di ruang ICU.

Film yang menggambarkan kehidupan ibu-ibu desa ini mengajarkan kita untuk selalu tabayyun atau mencari kebenaran atas informasi yang didapat. Jangan langsung menyebarkannya, karena khawatir bisa menjadi hoaks atau malah berujung pada gosip yang tak baik.

2. Loz Jogjakartoz (2018)

Menceritakan seseorang bernama Artos yang memiliki piaraan burung termahal. Akibatnya ia harus berurusan mulai dengan polisi hingga preman karena mereka juga mengincar burungnya tersebut.

Loz Jogjakartoz lebih menggambarkan tentang kehidupan malam di Kota Pelajar ini dan berbagai karakter masyarakatnya. Anggapan tentang Yogyakarta sebagai kota aman dan nyaman  tidaklah selalu benar. Masih sering terjadi tindak kriminal yang meresahkan warganya.

Baca Juga: 5 Warung Soto Legendaris di Yogyakarta, Cocok buat Sarapan 

3. KTP (2016)

https://www.youtube.com/embed/5Da3APVOFeU

Film ini menceritakan rumitnya pembuatan KTP Mbah Karsono sebagai syarat untuk mendapatkan kartu kesehatan. Saat ditanya tentang agama, Mbah Karsono menjawabnya Kejawen. Namun, negara tidak mengakui secara resmi Kejawen sebagai salah satu agama.

Alhasil, pendataan untuk membuat KTP Mbah Karsono pun macet di tengah jalan. Hal tersirat dari film ini adalah masih adanya diskriminasi di Indonesia. Padahal undang-undang telah memberikan hak kepada warganya untuk beragama sesuai keyakinan.

Selain itu, sikap warga sekitar yang siap mengurus dan membantu Mbah Karsono juga jadi pesan moral penting. Hendaknya kita sebagai makhluk sosial menerapkan asas gotong royong dan saling membantu kepada sesama.

4. Nilep (2015)

Nilep dalam bahasa Jawa artinya mencuri atau mengutil. Film ini bercerita tentang kehidupan polos anak-anak desa di Yogyakarta.

Salah satu dari mereka ketahuan mencuri mainan dari seorang penjual keliling. Ia pun disudutkan oleh teman-temannya dan akhirnya merasa malu atas perbuatan buruknya. Ia pun mengembalikan mainan tersebut kepada si penjual melalui pengiriman pos.

Hal ini menjadi cambukan bagi orang dewasa yang masih suka berbuat tidak jujur dan enggan mengakui kesalahannya. Nggak malu, ya, sama anak kecil?

5. Gegayuhan (2019)

https://www.youtube.com/embed/gwS_BlJEXOo

Gegayuhan artinya cita-cita atau keinginan. Diceritakan dua anak laki-laki bersahabat yang memiliki impian besar menjadi ahli robot. Tapak awal mereka dimulai saat menemukan botol bekas di sungai dan selembar brosur lomba daur ulang barang bekas.

Hasrat dan tekad yang kuat itulah akhirnya mengantarkan mereka berhasil memenangkan kontes robot internasional.

Film ini berpesan bahwa tak ada yang tak mungkin jika punya keyakinan kuat terhadap apa yang dicita-citakan. Manfaatkan semua teknologi dan sumber daya yang ada untuk menggapai cita-cita itu.

Film-film di atas tak hanya mempersembahkan pesan-pesan edukasi, namun juga mengeksplor karisma kota Yogyakarta. By the way, kamu sudah nonton yang mana aja, nih?

Baca Juga: 5 Tempat Makan Berkonsep Alam di Yogyakarta yang Bikin Hati Meleleh

Ana Hanifatul Photo Verified Writer Ana Hanifatul

Perempuan random, absurd, penikmat roti dicelupin susu atau teh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya