Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Clapperboard? Ini Fungsinya dalam Pembuatan Film!

behind the scene La La Land (dok. Summit Entertainment/La La Land)
behind the scene La La Land (dok. Summit Entertainment/La La Land)

Terdapat segudang peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan film. Layaknya instrumen dalam sebuah orkestra, masing-masing memiliki peran penting dalam menciptakan sebuah karya yang harmonis. Beberapa di antaranya bahkan menjadi bagian dari sejarah film sendiri. Clapperboard adalah salah satunya. 

Menjadi ikon industri perfilman, kehadiran clapperboard sangat membantu dalam tahap produksi maupun pasca produksi. Meskipun begitu, masih belum banyak yang mengetahui fungsi dan cara penggunaannya. 

Lantas, apa itu clapperboard ? Simak penjelasannya berikut ini, ya!

1. Apa itu clapperboard?

behind the scene The Woman King (dok. TriStar Production/The Woman King)
behind the scene The Woman King (dok. TriStar Production/The Woman King)

Clapperboard merupakan papan berbentuk persegi panjang yang digunakan dalam pembuatan film untuk memberikan informasi pada suatu adegan. Juga dikenal dengan nama slate, benda ini turut digunakan untuk membantu editor dalam mensinkronkan antara adegan dan audio dalam tahap pasca produksi. 

Clapperboard sendiri terdiri dari dua bagian yakni slate dan clapper stick. Slate merupakan bagian utama yang memuat informasi berupa kode unik. Terbuat dari plastik atau akrilik, slate sengaja dibuat dengan warna terang agar terlihat menonjol di lokasi pengambilan gambar. Sementara bagian tongkat yang tertaut di bagian atasnya disebut clapper stick. Berwarna hitam dengan akses garis putih yang khas, tongkat tersebut menghasilkan bunyi "clack" yang tajam dan dijadikan sebagai patokan oleh tim editor.

2. Sejarah clapperboard

behind the scene The Artist (dok. France 3/The Artist)
behind the scene The Artist (dok. France 3/The Artist)

Clapperboard pertama kali digunakan pada era film bisu di awal abad ke-19. Kala itu para kru menggunakan slate tanpa clapper stick untuk mengidentifikasi adegan. Bahannya pun masih terbuat dari kayu dan ditulis manual menggunakan kapur.

Ketika suara memasuki industri film pada 1920-an, para kru film dibuat kebingungan dalam menskrinkonkan antara audio dan visual mengingat keduanya direkam menggunakan alat yang berbeda. Clapper stick lantas ditambahkan untuk membuat efek lonjakan suara yang tajam pada rekaman audio. Bunyi "clack" yang dihasilkan lantas dijadikan patokan tim editor dalam proses menyelaraskan audio dan visual dalam proses editing.

Sutradara F.W. Thring tercatat sebagai sutradara pertama yang menggunakan clapperboard dalam proses pembuatan film. Clapperboard lantas disempurnakan teknisi suara Leon M. Leon dengan menambahkan clapper stick dan masih digunakan hingga saat ini.

Seiring berkembangnya jaman, kini mayoritas clapperboard terbuat dari bahan plastik yang jauh lebih tahan lama. Ada juga smart slate yang dilengkapi dengan teknologi khusus, sehingga dapat menampilkan metadata dan kode waktu yang lebih spesifik. Selain itu, smart slate dapat disinkronkan dengan peralatan lain melalui aplikasi khusus.

3. Fungsi clapperboard dalam pembuatan film

behind the scene The Dark Knight (dok. Warner Bros. Pictures/The Dark Knight)
behind the scene The Dark Knight (dok. Warner Bros. Pictures/The Dark Knight)

Tujuan utama dari penggunaan clapperboard tidak lain dan tidak bukan untuk mempermudah tahap pascaproduksi. Seperti yang kita ketahui, mayoritas pengambilan gambar dan suara direkam secara terpisah. Bunyi "clack" yang khas menjadi acuan bagi para editor untuk menyatukan antara gambar dan suara dengan tepat.

Clapperboard juga memuat informasi penting dalam setiap adegan. Informasi yang tertera sangat membantu editor untuk melacak dan mengidentifikasi setiap potongan adegan sebelum merangkainya dengan adegan lain dalam proses editing. 

4. Informasi apa saja yang tercantum dalam clapperboard?

detail informasi yang dimuat dalam clapperboard (studiobinder.com)
detail informasi yang dimuat dalam clapperboard (studiobinder.com)

Memiliki berbagai macam jenis dan ukuran, hampir seluruh clapperboard memuat tiga bagian yang sama yakni roll atau reel number, scene number, dan take number. Ketiga informasi penting tersebut juga dikenal dengan sebutan Head ID.

Roll number merupakan kode unit yang digunakan untuk melabeli adegan dalam produksi film. Kode ini diawali dengan huruf untuk menunjukkan kamera yang digunakan dan diikuti oleh tiga angka yang merujuk pada gulungan film. Di era digital, tiga angka tersebut mengacu pada media penyimpanan seperti hard drive tempat rekaman akan disimpan.

Misalnya, "A001" berarti adegan direkam menggunakan kamera A dengan media penyimpanan yang terpasang pada kamera tersebut. Untuk kamera B ditandai dengan "B001" dan seterusnya. Sementara untuk audio, huruf paling bawah dalam alfabet digunakan, seperti "W001," "X001," dan seterusnya. Huruf I dan O dilewat karena identik dengan angka 1 dan 0. 

Scene number artinya menandai adegan sesuai dengan adegan yang tertulis dalam naskah. Di Amerika Serikat, scene number menggunakan kombinasi angka dan huruf. Angka mewakili nomor adegan dalam naskah sementara huruf menandai shot yang dipakai. Jadi, setiap kali kamera berganti posisi atau sudut, maka huruf di belakangnya berubah sesuai urutan alfabet.

Misalnya, untuk setup kamera pertama adegan 42 akan ditandai dengan "42." Ketika posisi kamera berubah maka setup kedua akan ditandai dengan "42A," setup ketiga "42B," dan seterusnya hingga seluruh shot rampung. Untuk adegan yang menggunakan VFX, huruf V akan ditambahkan di awal nomor. Sementara R merujuk pada re-shoot atau adegan yang direkam ulang dan X untuk second unit atau adegan yang diambil untuk kebutuhan tambahan adegan. 

Take number artinya menandai adegan dengan urutan angka mulai dari 1 hingga seterusnya, sebanyak yang diperlukan hingga sutradara merasa puas. Dalam beberapa adegan, catatan khusus ditambahkan di bawah take number.

Misalnya, untuk merekam serangkaian reaksi dari satu aktor, adegan tersebut diambil dalam satu kali take karena lebih efisien. Take number tersebut lantas diberi tambahan "series" atau "SER." Sementara jika adegan direkam ulang karena beberapa faktor seperti aktor lupa dialog, kesalahan teknis, atau sutradara ingin mengulang baris dialog tertentu, maka ditambahkan "P/U" atau "pickup."

Selain tiga elemen utama di atas, clapperboard turut memuat sejumlah kolom informasi lainnya. Sebut saja Production untuk judul proyek yang sedang digarap, Director untuk nama sutradara, dan Camera untuk menulis nama director of photography atau sinematografer yang diikuti dengan CAM untuk unit kamera yang digunakan dan FPS jika adegan tersebut direkam dengan frame rate tertentu seperti adegan slow motion.

Kemudian, di bagian paling bawah terdaftar kolom date untuk menuliskan tanggal dan kolom berisi rincian adegan tersebut. Interior dan Exterior merujuk pada latar lokasi adegan–di dalam atau di luar ruangan. Day dan Night merujuk pada latar waktu adegan–siang atau malam. Cukup lingkari detail tersebut sesuai dengan kebutuhan adegan.

Melingkari Sync di clapperboard sama dengan memberitahu editor bahwa rekaman video dan audio diambil secara terpisah. Jika tidak ada audio sama sekali yang direkam, maka MOS yang akan dilingkari.

5. Cara menggunakan clapperboard

behind the scene Creed III (dok. Metro-Goldwyn-Mayer/Creed III)
behind the scene Creed III (dok. Metro-Goldwyn-Mayer/Creed III)

Script supervisor bertanggung jawab untuk mengisi seluruh informasi pada clapperboard. Script supervisor turut mencatat hal penting yang terjadi selama proses produksi berlangsung secara rinci yang nantinya akan digunakan dalam tahap pasca produksi. Sementara second assistant camera yang juga akrab dengan sapaan clapper atau loader bertugas dalam menggunakan clapperboard. 

Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan sebelum menggunakan clapperboard. Pertama, clapper akan berdiri di titik yang telah ditentukan oleh operator kamera dengan fokus kamera tertuju pada clapperboard. Jika setup sudah tepat, first assistant director meminta tenang dengan instruksi "call for the roll" yang diikuti dengan "picture’s up," dan "roll sound, roll camera." Sound recordist akan merespon dengan ‘sound speed,’ diikuti oleh operator kamera dengan "camera speed." 

Clapper lalu akan menunjukkan clapperboard ke arah kamera dan menyebutkan informasi adegan dengan lantang. Gunakan abjad fonetik untuk membedakan angka dan huruf yang mirip, seperti "scene 15 alpha, take six." Akhiri dengan "mark," dan ketuk clapper stick pada slate. Setelah itu keluar dari frame dan tunggu aba-aba "action" dari sutradara sebelum adegan dimulai. Untuk mengakhiri adegan, clapperboard akan diketuk dalam keadaan terbalik. 

Clapperboard terus berevolusi mengikuti perkembangan teknologi untuk memudahkan proses produksi film. Tidak hanya menjadi elemen penting, clapperboard juga menjelma sebagai ikon tak tergantikan dari industri perfilman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febby Arshani
EditorFebby Arshani
Follow Us