Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Perjalanan Prostetik di Perfilman Indonesia dari Anwar Gepeng

Cerita Perjalanan Dunia Prostetik di Film Indonesia dari Anwar Gepeng (dok. IDN Times/Aditya Pratama)
Cerita Perjalanan Dunia Prostetik di Film Indonesia dari Anwar Gepeng (dok. IDN Times/Aditya Pratama)

Surabaya, IDN Times - Prostetik menjadi salah satu departemen di perfilman Indonesia yang bertanggung jawab untuk menciptakan efek visual. Kepada IDN Times, Anwar Gepeng, Prosthetic Coordinator dari film Pabrik Gula (2025) berbagi soal perjalanan dunia prostetik di perfilman Indonesia.

Perjalanan Anwar mendalami bidang prostetik di mulai dari bangku perkuliahan. Saat itu, alih-alih mengambil jurusan Penyutradaraan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Anwar memilih Teater untuk mempelajari dramatisasi.

Seiring berjalannya waktu, Anwar yang semula mendalami seni peran mulai merambah bidang make up dua dimensi hingga tiga dimensi. Simak wawancara khusus IDN Times bersama Anwar Gepeng di program #COD (Cerita Orang Dalam)!

 

1. Beda prostetik dan efek menurut Anwar Gepeng

Pratito Wibowo sebagai Dalboh di film Pabrik Gula (dok. Pribadi/Pratito Wibowo)
Pratito Wibowo sebagai Dalboh di film Pabrik Gula (dok. Pribadi/Pratito Wibowo)

Sebelum mencari tahu lebih dalam tentang dunia prostetik, Anwar Gepeng sempat menjelaskan makna dari efek yang berarti mengakali. Efek hadir untuk mengakali make up, properti, hingga kondisi tertentu di film agar terlihat nyata, namun tidak membahayakan para aktor.

"Ada satu kata maknanya. Jamak jatuhnya. (Efek adalah) akal-akalan atau mengakali," ucap Anwar singkat.

Meski berada di departemen yang sama, namun efek dan prostetik memiliki tingkat kesulitan, serta kegunaan berbeda. Make up berupa luka-luka, codet, memar, hingga lebam dalam bentuk dua dimensi merupakan bagian dari efek. Lalu, bagaimana dengan prostetik, ya?

"Prostetik itu maknanya ada tambahan daging dan kulit. Ada tambahan daging baru atau kulit baru di atas kulit pemain. Makanya dia tiga dimensi dan berbentuk," jelas pemilik akun Instagram @rumah_efek ini.

2. Perjalanan prostetik di perfilman Indonesia dari latex hingga silikon

Anwar Gepeng, Prosthetic Coordinator film Pabrik Gula (dok. Pribadi/Anwar Gepeng)
Anwar Gepeng, Prosthetic Coordinator film Pabrik Gula (dok. Pribadi/Anwar Gepeng)

Anwar Gepeng memulai perjalanan di dunia prostetik atau make up tiga dimensi menggunakan latex. Namun, untuk menciptakan sosok creaturelatex saja tidak cukup, melainkan harus ada dagingnya.

"Jadi kemudian saya mencari tahu cara mengisi dagingnya. Alhamdulillah saya dapat info dari kawan-kawan yang membuat fake body dan kaki-kaki palsu. Ternyata ini agak mirip gitu, bahannya seperti spon jok motor," tuturnya.

Di era film Kuntilanak (2006) karya Rizal Mantovani, Hollywood lewat film Pirates of Caribbean sudah beralih dari latex foam ke silikon. Kala itu, pergeseran dari kamera seluloid ke kamera digital tanpa filter di Indonesia membuat hasil dari latex terlihat kurang begitu halus di layar.

"Pada saat itu, kamera digital tidak ada filter, melainkan main high contrast. Dan kemudian ditambah lagi Hollywood mengeluarkan film Pirates of the Caribbean. Ternyata mereka sudah lama gak pakai latex. Bahkan latex foam juga sudah ditinggalkan. Mereka pakai silikon," ungkap Anwar.

Kehadiran Orlando Bassi, penata rias film Habibie & Ainun 3 (2019), sekaligus pemilik pabrik rambut di Bali membuka jalan Anwar untuk mempelajari prostetik dari silikon. Saat itu, silikon adalah ilmu baru bagi departemen prostetik di Indonesia.

"Saat itu, silikon adalah ilmu baru yang orang Indonesia belum mengerti. Berkat dia kita dapat bahan, walaupun lebih mahal dibandingkan yang kita beli di luar negeri," lanjut Anwar.

3. Alasan prostetik lebih baik menggunakan silikon atau latex yang sudah dicetak

Nyi Wilengi (dok. Pribadi/Anwar Gepeng)
Nyi Wilengi (dok. Pribadi/Anwar Gepeng)

Ternyata ada alasan krusial kenapa saat ini departemen prostetik lebih mengandalkan latex atau silikon yang sudah dicetak. Tujuannya agar mempermudah proses pengerjaan dan juga menjaga continuity.

"Continuity itu jadi gini, ketika bikin satu sobekan di pipi hari ini, di hari lain letak dan bentuk sobekannya harus sama, meski sudah dihapus. Nah, apa yang paling tepat supaya continuity terjaga, ya dengan cetakan," ungkapnya.

Salah satu tantangan di bidang prostetik adalah mahalnya harga yang harus dikeluarkan saat membeli bahan dasar. Namun, racikan prostetik Anwar Gepeng berhasil menjawab masalah itu.

"Kalau teman-teman mengejar bentuk, saya mengejar penguasaan bahan. Silikon racikan saya sendiri menghemat 90% budget daripada membeli silikon bahan di luar negeri," jelas filmmaker yang pernah membuat prostetik untuk body double karakter Sinto Gendeng di Wiro Sableng (2019) ini.

Selain itu, kelenturan racikan yang Anwar buat juga 300% lebih baik. Hal ini dibuktikan lewat prostetik yang dipakai Hayati Azis, pemeran karakter Nyi Wilengi di film Pabrik Gula (2025). Dengan prostetik yang lentur, maka aktor akan lebih leluasa berekspresi.

"Sementara dari kelenturannya, 300% kali lebih lentur daripada mereka. Poin eksperimen saya meracik silikon sendiri sudah memenuhi unsur yang paling urgent dari efek, yaitu kelenturan," cerita Anwar.

Anwar Gepeng sudah 30 tahun mendalami dunia prostetik sejak era latex hingga silikon. Termasuk jajaran filmmaker senior, Anwar terus berkarya dan bereksperimen di dunia prostetik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aulia Supintou
Indra Zakaria
Aulia Supintou
EditorAulia Supintou
Follow Us