[EKSKLUSIF] Joko Anwar soal Film Superhero-nya: Gak Ada yang Berhenti

- Dibutuhkan model bisnis yang bisa membuat film superhero Indonesia sustainable
- Selain Gundala, film superhero lain di Indonesia belum ada yang balik modal
- Meski sulit, semua pihak berusaha mencari model bisnis agar proyek film superhero bisa dilanjutkan
Jakarta, IDN Times - Sutradara dan produser film Indonesia, Joko Anwar, angkat bicara terkait kabar film-film superhero yang pernah jadi proyek besarnya beberapa tahun silam. Sudah merilis film Gundala (2019), Sri Asih (2022), Virgo and the Sparklings (2023), serta serial Tira (2023), sederet jagoan dan patriot yang direncanakan akan naik layar, belum lagi terlihat 'hilal'-nya.
Dalam wawancara bersama IDN Times pada Rabu (15/10/2025), sang sineas menjabarkan kendala yang dihadapi dalam memproduksi film superhero di Indonesia. Dari bujet yang fantastis hingga ekspektasi penonton, berikut penjelasannya.
1. Film superhero butuh bujet besar, tapi sayangnya sepi penonton

Dalam kasus film superhero, sutradara yang juga akrab disapa Jokan ini mengatakan, harus ada model bisnis yang bisa membuat filmnya sustainable atau berkelanjutan. Sebab, film superhero dibuat dengan modal yang sangat besar, tapi sayangnya, sepi penonton.
"Artinya, ketika kita membuat film dengan genre yang mahal, kan harus dipastikan penontonnya juga ada gitu," katanya.
Di Indonesia, sulit meraih penonton film superhero, karena orang-orang kerap membandingkannya dengan karya dari luar negeri yang memiliki sumber daya dan modal yang jauh lebih besar.
"Orang yang menyukai film superhero akan menyamakan film superhero dari mana saja dengan superhero yang dibuat di negara yang memiliki resources yang lebih besar, misalnya di Amerika gitu ya. Ada Marvel, ada DC, dengan satu film bisa 100 sampai 400 juta dolar, which is triliunan, sampai dengan 7 triliun, bikin film gitu gimana caranya. Nah, ketika kita di Indonesia mau bikin film superhero juga gak mungkin bikin film 7 triliun, ya kan? Kalau di korupsi mungkin," jelasnya.
2. Selain Gundala, film superhero lain di Indonesia belum ada yang balik modal

Sineas peraih Piala Citra untuk Sutradara Terbaik FFI 2020 ini dengan getir menyampaikan, tidak mungkin Indonesia membuat film dengan modal triliunan rupiah. Ia pun mengungkap, film superhero dengan penonton terbanyak yang pernah ia garap, Gundala, hanya untung tipis.
"Jadi penonton kita, satu film superhero yang paling tinggi itu kan Gundala ya, 1,7 juta penonton. Itu kalau misalnya dikalikan dengan tiket yang 17 ribu itu juga balik modal plus sedikit gitu. Tapi film-film lain dari mana saja di Indonesia kan belum ada yang balik modal yang film superhero. Karena memang ketika orang Indonesia menonton film superhero, mereka langsung membandingkan dengan film superhero yang mahal gitu," kata Joko.
3. Joko Anwar minta didoakan ada jalan untuk kembali garap film superhero

Meski saat ini sulit untuk mengerjakan film superhero, Joko Anwar mengatakan, semua pihak masih berusaha untuk mencari model bisnis yang tepat agar bisa melanjutkan proyek akbar tersebut. Sebanyak 17 film dengan cerita yang luar biasa sudah siap, ia hanya meminta semua orang bantu mendoakan.
"Sudah siap 17 film, wah, ceritanya keren banget. Didoakan saja ada jalannya. Gak ada yang berhenti. Makanya kalau ada yang nanya, 'Kapan bikin lagi?' Sedang dicari. Kita juga lagi bertanya kapan bisa bikin lagi. Kalau bisa besok!" serunya.
Buat penggemar film superhero Indonesia dari Joko Anwar, harap bersabar lebih lama lagi, ya!



















