5 Ending Film Adaptasi Stephen King yang Gak Sama dengan Novelnya

Stephen King dikenal sebagai maestro horor dengan imajinasi tak terbatas, dan banyak karya-karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. Namun, tak semua film mengikuti alur atau akhir cerita dari novelnya. Beberapa sutradara memilih untuk mengambil jalan berbeda, menciptakan ending yang lebih mengejutkan, tragis, atau bahkan berlawanan dari versi aslinya.
Perbedaan ini sering memicu perdebatan di kalangan penggemar. Ada yang merasa versi film justru lebih kuat, ada pula yang menganggap hal itu merusak pesan asli dari novel. Terkadang, perubahan ini dilakukan demi kebutuhan dramatis film atau untuk memberikan twist yang lebih mengguncang.
Apa pun alasannya, lima film berikut menunjukkan bagaimana akhir cerita bisa diubah secara drastis tanpa menghilangkan daya tarik cerita itu sendiri.
1. The Mist (2007)

Dalam versi film The Mist, sutradara Frank Darabont membuat keputusan mengejutkan yang tidak ada dalam novel aslinya. Film diakhiri dengan tokoh utama, David, yang memutuskan mengakhiri nyawa keluarganya dan rekan-rekannya demi menghindari kematian yang lebih mengerikan di tangan makhluk kabut.
Namun, hanya beberapa detik setelah ia menembak mereka, militer datang dan menyelamatkan para korban. Penonton pun dibuat hancur karena tragisnya keputusan yang sebenarnya bisa dihindari.
Berbeda dengan itu, ending dalam cerita pendek Stephen King jauh lebih terbuka. Tidak ada adegan pembantaian tragis tersebut. Tokoh utama tetap bertahan hidup bersama anaknya dan berharap ada harapan di luar sana. Stephen King sendiri mengaku menyukai versi film karena keberaniannya.
2. The Shining (1980)

Stanley Kubrick mengadaptasi The Shining menjadi salah satu film horor paling ikonik sepanjang masa, tetapi ia mengubah banyak elemen dari novel aslinya terutama bagian akhir. Dalam film, Jack Torrance mati membeku di labirin salju setelah mengejar putranya. Ending ini memberi kesan bahwa kekuatan Overlook Hotel berhasil menghancurkan Jack sepenuhnya.
Sedangkan dalam novel, Jack masih memiliki momen terakhir kesadaran sebelum hotel sepenuhnya menguasainya. Ia bahkan berusaha menyelamatkan keluarganya sebelum hotel meledak karena ketel uap yang meledak, unsur penting yang sama sekali dihilangkan dalam film.
Perbedaan ini membuat King kecewa berat, dan ia pernah menyebut film Kubrick “dingin dan kosong secara emosional.”
3. Pet Sematary (1989)

Ending film Pet Sematary mempertahankan nuansa horor dari novel, tapi tetap ada perbedaan mencolok dalam detail dan suasananya. Di versi film, Louis memakamkan istrinya Rachel di tanah terkutuk meskipun ia sudah tahu akibat mengerikannya. Ketika Rachel kembali, ia membunuh Louis dalam adegan yang sadis dan mengejutkan.
Dalam novel, suasana lebih suram dan tragis tanpa eksploitasi visual yang terlalu ekstrem. Rachel memang kembali dari kematian, tapi adegannya ditutup dengan sentuhan halus namun menyeramkan saat tangan Rachel menyentuh Louis dan berkata, “Hi, darling.”
Ending versi novel lebih menggantung dan psikologis, sementara film memilih klimaks berdarah-darah yang lebih frontal.
4. Carrie (1976)

Brian De Palma membuat film Carrie menjadi salah satu horor klasik dengan ending yang sangat ikonik yaitu adegan mimpi di mana tangan Carrie muncul dari tanah dan mencengkeram tangan Sue, temannya. Adegan ini mengejutkan banyak penonton dan menjadi salah satu jump scare paling dikenang dalam sejarah film.
Tapi di novel, tidak ada tangan yang mencuat dari kuburan. Ending-nya lebih fokus pada kehancuran emosional dan sosial setelah tragedi prom night. Sue tidak mendapat pengalaman mimpi buruk, melainkan diceritakan mengalami trauma panjang dan harus menulis surat tentang kejadian itu.
Perbedaan ini memperlihatkan bagaimana film lebih memilih efek kejutan, sementara novel lebih memilih pendekatan psikologis.
5. Doctor Sleep (2019)

Sebagai sekuel dari The Shining, Doctor Sleep memiliki tantangan besar yaitu menggabungkan dunia novel dengan dunia film Kubrick. Sutradara Mike Flanagan akhirnya memutuskan mengubah akhir cerita agar selaras dengan film pertama. Dalam versi film, Dan Torrance meninggal saat Overlook Hotel terbakar dan akhirnya bertemu kembali dengan ayahnya dalam bentuk roh.
Namun di novel, Dan tetap hidup dan berhasil membantu Abra mengendalikan kekuatannya. Ending-nya lebih memberi harapan dan terasa seperti pemulihan dari trauma masa lalu. Perbedaan ini cukup besar, karena film memilih akhir yang lebih emosional dan mengikat kisah dengan The Shining versi Kubrick, sementara novel memilih jalan penyembuhan dan kelanjutan hidup.
Adaptasi memang tak harus selalu setia pada sumber aslinya, namun perubahan ending bisa membuat cerita terasa benar-benar berbeda. Baik lebih mengena secara emosional maupun lebih brutal dari versi bukunya, semuanya memberi pengalaman baru bagi penonton. Menurut kamu, mana dari ending film Stephen King ini yang justru lebih berhasil daripada versi novelnya?