7 Episode SpongeBob Squarepants Terbaik tentang Squidward

Di episode ini, Squidward diminta tampil dalam pertunjukan marching band demi membalas saingan lamanya, Squilliam Fancyson. Awalnya ia pesimis karena harus melatih warga Bikini Bottom yang musikalitasnya nol besar. Namun, keajaiban terjadi—band asuhannya tampil sempurna mengalahkan ekspektasi semua orang.

Episode ini menampilkan sisi ambisius Squidward yang jarang terlihat berhasil. Penonton dibuat tersentuh melihat Squidward akhirnya mendapatkan pengakuan setelah sekian lama direndahkan. Episode ini dianggap sebagai salah satu episode terbaik sepanjang sejarah SpongeBob, dan ending-nya menjadi salah satu ending paling memuaskan.

Merasa muak hidup di tengah SpongeBob dan Patrick, Squidward pindah ke komunitas khusus cumi-cumi bernama Tentacle Acres. Di awal, hidupnya terasa damai dan ideal karena ia bisa bermain klarinet, bersepeda, dan hidup tenang tanpa gangguan. Namun, lama-kelamaan, ia justru bosan karena semuanya terlalu monoton dan membosankan.

Squidville menyoroti bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari rutinitas ideal. Meski awalnya Squidward mengidamkan ketenangan, ternyata ia butuh dinamika dan ketidakterdugaan dari hidup di Bikini Bottom. Episode ini penuh satir sosial, tapi tetap ringan dan lucu.

Squidward membuka kelas seni dan berharap bisa menjadi guru besar yang dihormati. Sayangnya, hanya SpongeBob yang muncul sebagai murid—dan ironisnya, ia sangat berbakat. Karena cemburu, Squidward justru mencoba menahan potensi SpongeBob agar dirinya terlihat lebih unggul.

Episode ini menyajikan konflik klasik antara ego dan bakat. Meski secara emosional Squidward cukup menyedihkan, penonton tetap dibuat tertawa karena tingkahnya yang absurd. Artist Unknown memperlihatkan sisi rapuh Squidward saat berhadapan dengan kegagalan, terutama ketika ia kalah oleh muridnya sendiri.

Ketika Jim, mantan koki legendaris Krusty Krab, datang berkunjung, Squidward mulai merenungkan posisinya dalam hidup. Ia merasa tidak berkembang, terjebak dalam rutinitas yang membosankan, dan makin muak dengan SpongeBob yang terlalu semangat bekerja.

Episode ini menggambarkan krisis eksistensi yang dialami banyak orang dewasa. Hal itu meliputi rasa gagal, membandingkan diri dengan orang lain, dan mempertanyakan jalan hidup. Meski ceritanya ringan, The Original Fry Cook punya muatan emosional yang kuat dan membuat Squidward jadi lebih dari sekadar karakter pelengkap.

Squidward tanpa sengaja memberikan SpongeBob kue yang ternyata adalah bom. Squirdward merasa bersalah dan yakin bahwa SpongeBob akan meledak. Oleh karena itu, Squidward menghabiskan waktu seharian untuk membuat hari-hari terakhir SpongeBob penuh dengan kebahagiaan.

Episode ini jadi salah satu momen langka ketika Squidward menunjukkan kepedulian yang tulus, meskipun enggan untuk mengakuinya. Di balik sikap ketusnya, tersimpan rasa empati dan rasa bersalah yang menyentuh. Ending-nya terbilang lucu karena ternyata SpongeBob masih menyimpan kue tersebut dan berusaha memberikannya kepada Squidward.

Episode ini bercerita tentang Patrick yang harus menyamar menjadi perempuan bernama Patricia agar tidak diusir dari Bikini Bottom. Ia tinggal bersama Squidward. Awalnya Squidward sangat tidak nyaman, tapi ia mulai percaya bahwa Patricia menyukainya.

Episode ini penuh komedi situasi yang absurd, dan memperlihatkan sisi Squidward yang canggung dan kikuk saat berurusan dengan romansa. Momen ini memperlihatkan bahwa meskipun cuek, Squidward tetap menginginkan perhatian dan pengakuan—terkadang sampai membuatnya terlihat konyol.

Squidward merasa minder setelah rumahnya dibandingkan dengan rumah mewah milik Squilliam. Ia lalu memulai proyek renovasi yang berakhir bencana, apalagi saat SpongeBob mulai membantu dengan cara yang tidak terduga dan destruktif.

Episode ini adalah potret klasik Squidward, yaitu penuh ego, ambisius, dan kehancuran. Gaya visualnya juga sangat over-the-top, dengan beberapa adegan slapstick yang ikonik. Meski penuh kekacauan, episode ini tetap jadi favorit karena memperlihatkan seberapa besar Squidward ingin membuktikan dirinya—meski selalu gagal pada akhirnya.