Fakta Film Perang Kota, Diadaptasi dari Novel Klasik Mochtar Lubis

Setelah kesuksesan film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017), sutradara Mouly Surya kembali dengan film terbarunya berjudul Perang Kota atau This City Is a Battlefield. Awalnya, film ini sudah berencana untuk memulai proses syuting pada 2020. Namun rencana tersebut urung diwujudkan, karena COVID-19.

Kini lewat wawancaranya bersama Variety, Mouly Surya mengumumkan film terbarunya tersebut, sudah memasuki tahap pasca-produksi, lho.

Menariknya, film ini diadaptasi dari sebuah novel klasik berjudul Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Mouly mengatakan, ia sudah lama membaca novelnya dan langsung kagum dengan visual yang digambarkan.

"Saat membaca beberapa halaman pertama, saya kagum dengan visualnya. Saya bisa membayangkan adegan pertama itu di kepala saya dan bahkan sebelum menyelesaikan bukunya," kata Mouly Surya dilansir Variety, Kamis (21/3/2024).

Dalam kesempatan yang sama, sang sutradara juga mengungkap film pertamanya yang diadaptasi dari novel ini memiliki setting tidak lama setelah kejadian perang dunia II, tepatnya di Yogyakarta (dulu Yogyakarta) pada 1947. Kala itu, Belanda melancarkan perang baru dan mencoba untuk merebut kembali Indonesia.

Perang Kota juga melibatkan aktor papan atas Indonesia menjadi pemain. Salah satunya adalah Chicco Jerikho yang didapuk menjadi pahlawan laki-laki bernama Guru Isa yang menerima misi untuk membunuh seorang pejabat penting Belanda.

Di sisi lain, ada pula Jerome Kurnia yang hadir sebagai seorang pria kaya raya yang bertekad untuk melaksanakan misi bawah tanah, tetapi dia juga berusaha untuk menggaet istri dari pria yang lebih tua yang diperankan oleh Ariel Tatum.

Meski membingkai ulang sejarah Indonesia, Mouly Surya menegaskan bahwa film Perang Kota bukanlah film sejarah. Pasalnya, ia mencoba untuk menggarap film ini dengan perspektif sendiri.

"Ini memiliki latar sejarah, tapi ini bukan film sejarah. Saya mencoba untuk memiliki perspektif saya sendiri."

Alih-alih film sejarah, Mouly lebih suka menyebut film terbarunya ini mendekat ke arah drama perang neo klasik yang mirip seperti American classic atau Casablanca yang menampilkan perang dengan setiap karakter memiliki misi tersendiri.

Mouly juga menambahkan, produksi film Perang Kota sangat berbeda dari film studio Netflix yang didanai oleh pemodal tunggal, karena memiliki anggaran yang sangat ambisius untuk standar Indonesia.

Jika tidak ada halangan, pasca produksi Perang Kota akan selesai pada akhir tahun ini. Wah, jadi semakin gak sabar, nih!