Film Budi Pekerti Buat Prilly Latuconsina Belajar Hadapi Komen Netizen
Jakarta, IDN Times - Prilly Latuconsina sudah membintangi puluhan film dan sinetron sepanjang kariernya. Dari sekian banyak karya yang pernah ia kerjakan, ia memilih Budi Pekerti sebagai salah satu karya yang paling berkesan di hatinya. Dalam proyek garapan Wregas Bhanuteja ini, Prilly berperan sebagai Tita.
Filmnya sendiri menceritakan Ibu Prani yang mengalami kesulitan setelah video pertengkarannya dengan pengunjung lain viral. Keluarganya lalu dirundung oleh netizen. Jadi, apa alasan Prilly memutuskan Budi Pekerti sebagai film yang paling ngena di hatinya?
1. Film Budi Pekerti jadi yang paling ngena di hati Prilly Latuconsina
Prilly Latuconsina merasa paling berkesan ketika membintangi film Budi Pekerti. Menurutnya, isu yang diangkat oleh film ini sangat relevan dengan yang ia alami dalam kesehariannya.
"Karena kan tentang cyberbullying yang aku alami setiap hari, gitu ya. Di Budi Pekerti itu kan dilihat, orang itu bisa memotong video kita, terus nge-framing kita jadi orang jahat, padahal itu bukan kejadian sebenarnya," tutur Prilly di kantor IDN, Jakarta, pada Rabu (22/10/2025).
2. Prilly kerap dapat komentar dan DM aneh dari netizen
Prilly Latuconsina mengungkapkan bahwa ia sering menerima pesan langsung alias DM berisi hal-hal aneh dari orang asing. Bahkan, teman-temannya ikut terkejut saat ia memperlihatkan isi pesan-pesan tersebut.
"Karena adanya komen netizen setiap hari, DM aneh-aneh, pemberitaan yang gak sesuai dengan diri kita. Itu kan kalau gak kuat-kuat mental, bisa gila sih sebenarnya. Mau nangis, ya," ujarnya sambil bercanda.
3. Prilly Latuconsina belajar banyak dari Budi Pekerti
Lewat film Budi Pekerti, Prilly Latuconsina belajar untuk menanggapi komentar miring. Bahkan, ia juga bisa menanggapi pemberitaan yang tak benar terkait dirinya. Bukan lagi klarifikasi, aktris kelahiran 1996 ini memilih untuk merefleksikan diri.
"Itu yang paling mengubah aku sih, bahwa ketika kita di-bully sama orang, jawabannya itu bukan klarifikasi sana-sini. Jawabannya itu kita harus refleksi diri, salahnya di mana, apa strategi yang tepat untuk menghadapi satu pemberitaan ini. Dan itu ngaruh banget," pungkasnya.
