5 Film dengan Karakter Gak Suka Berkompromi, Punk-Rocker!

- Microhabitat (2017): Kisah Miso, perempuan 30 tahunan yang ogah berkompromi dengan idealismenya.
- Waitress (2007): Jenna menolak berkompromi dan mencari jalan sendiri menuju kebebasan.
- Dinner in America (2020): Simon dan Patty membentuk koneksi manis tanpa harus berubah drastis.
Mengikuti perjalanan lakon dalam film yang awalnya kikuk jadi keren itu hal yang biasa. Apalagi pada masa lalu, rasanya evolusi itu tidak bisa dielakkan. Seolah semua orang harus tampak dan berperilaku senormal mungkin. Argumennya sih memang untuk kebaikan bersama, tetapi kalau memang gak merugikan, sebenarnya jadi beda bukan masalah, bukan?
Kalau jenuh dengan trope lawas itu, bolehlah berkelana ke film-film yang berani mengambil risiko dengan mengadopsi plot nonconforming. Ini beberapa rekomendasi film dengan karakter gak mau berkompromi tanpa merugikan siapa pun yang bisa jadi angin segar buatmu.
1. Microhabitat (2017)

Microhabitat adalah kisah Miso (Esom), perempuan 30 tahunan yang bekerja serabutan dan tinggal di apartemen sederhana di Seoul, Korea Selatan. Saat terpaksa pindah dari apartemen itu karena kenaikan biaya sewa, Miso mau gak mau hidup nomaden dengan menumpang di rumah beberapa teman lamanya secara bergantian. Di sini, masa lalu Miso pun terbongkar. Teman-teman lamanya ternyata adalah rekan satu band yang dulu pernah dibantunya.
Namun, seiring stagnannya karier musik mereka, satu per satu memutuskan mundur dan berkompromi dengan realitas yang kejam. Ada yang menikah demi dapat kestabilan finansial, satu lagi kembali ke rumah orangtua untuk menghemat pengeluaran, gak sediki yang jadi pekerja kantoran, dan lain sebagainya. Hanya Miso satu-satunya yang ogah mengorbankan idealismenya.
2. Waitress (2007)

Waitress juga bisa jadi opsi menarik untuk membahas pilihan di luar norma. Film ini mengikuti perspektif Jenna (Keri Russell), perempuan yang terjebak dalam pernikahan toksik dengan seorang pria narsistik dan gemar KDRT. Ia bertekat menabung sebanyak mungkin untuk bisa independen secara finansial dan meninggalkan suaminya. Namun, di tengah upayanya itu, Jenna dinyatakan hamil.
Hidupnya hancur sampai seseorang datang memberinya harapan baru. Namun, pilihan alternatif itu ternyata tak membuat Jenna benar-benar yakin. Ketimbang merugikan orang lain, Jenna pun memutuskan ogah berkompromi dan memilih untuk mencari jalan sendiri menuju kebebasan.
3. Dinner in America (2020)

Dinner in America berfokus pada pertemuan dua muda-mudi yang sama-sama tersisih dari masyarakat. Simon (Kyle Gallner) adalah musisi idealis yang punya problem psikologi dan baru keluar dari rehabilitasi. Parah, ia ternyata terlibat masalah baru dan tanpa sengaja tertolong oleh kehadiran salah satu mantan rekan sekelasnya di sekolah, Patty (Emily Skeggs).
Seperti Simon, Patty juga sosok yang tertolak karena kondisi medisnya. Namun, siapa sangka keduanya ternyata membentuk koneksi yang manis dan kocak sekaligus. Apalagi setelah penonton diberi bocoran kalau keduanya ternyata selama ini sudah pernah berkontak lewat surat. Tidak ada evolusi dan perubahan drastis dari mereka. Sutradara Adam Carter Rehmeier seolah berpesan kalau kamu tak selalu harus menuruti apa kata orang dan norma yang berlaku, selama gak merugikan orang lain tentunya.
4. Faat Kine (2001)

Sosok punk-rocker alias orang yang ogah berkompromi juga bisa kamu temukan dalam film Faat Kine. Digarap legenda Senegal, Ousmane Sembene, film ini memotret Kine (Venus Seye), perempuan yang jadi pergunjingan karena hamil di luar nikah lebih dari sekali. Menariknya, Kine tak ambil pusing dengan kata orang. Ia fokus pada dirinya dan dua putranya sampai meraih sukses.
Pada momen kelulusan putra keduanya dari universitas, Kine mengingat masa lalu pahitnya. Ia gagal meraih gelar sarjana karena hamil, diusir dari rumah orangtuanya dan sempat terkatung-katung. Ada beberapa opsi kompromi yang bisa menyelamatkannya, tetapi Kine memilih untuk menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa bergantung terlalu besar pada belas kasih orang lain.
5. The Tale of The Princess Kaguya (2013)

Ada banyak ekspektasi yang disematkan pada perempuan dan terkadang itu mengungkung dan merugikan. Isu itu yang sepertinya menginspirasi plot The Tale of The Princess Kaguya. Kaguya diceritakan sebagai bayi yang dibesarkan pasangan petani bambu. Saat beranjak dewasa, Kaguya menarik perhatian sejumlah pria yang kemudian melamarnya.
Namun, Kaguya ogah berkompromi dan mengorbankan kebebasannya begitu saja. Ia pun membuat syarat mustahil untuk kelima pelamarnya itu. Secara langsung dan tidak, film Studio Ghibli ini memotret berbagai tekanan dan ekspektasi yang dibebankan pada perempuan seperti harus menolak dengan sopan dan menjaga kehormatan ego lelaki yang melamarnya.
Berkompromi dengan kenyataan memang jalan termudah bagi manusia untuk bertahan hidup. Namun, ada kalanya kita diizinkan untuk mengambil jalan alternatif sesuai kehendak hati. Tentu dengan kesadaran penuh kalau tiap pilihan itu punya konsekuensinya masing-masing.