Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Horor Terburuk 2025 Sejauh Ini Versi Rotten Tomatoes

poster film 825 Forest Road dan Fear Street: Prom Queen. (dok. Shudder/825 Forest Road | dok. Netflix/Fear Street: Prom Queen)
Intinya sih...
  • The Woman in the Yard (2025) — 39 persenFilm ini gagal menyelamatkan pondasi ceritanya yang goyah meski akting Danielle Deadwyler tampil total.
  • 825 Forest Road (2025) — 36 persenTerjebak dalam formula horor klasik yang klise, hanya sosok boneka manekin menyeramkan yang sedikit menyelamatkan film ini.
  • Bloat (2025) — 29 persenMemadukan format screenlife dan kisah horor folk Jepang, namun terasa kurang relevan dan sulit dinikmati.

Sepanjang paruh pertama 2025, para pencinta film dimanjakan oleh deretan tontonan berkualitas dari berbagai genre. Namun, film horor tetap menjadi salah satu genre yang paling mencuri perhatian dengan kehadiran cerita-cerita menyeramkan yang segar dan penuh teror.

Sejumlah judul horor telah mendominasi sepanjang tahun ini, mulai dari Sinners, The Ugly Stepsister, hingga Final Destination: Bloodlines yang memuaskan penggemar waralaba lawas. Bahkan, film terbaru, seperti Bring Her Back dan 28 Years Later, pun sukses menciptakan hype besar. Sayangnya, di balik film-film tersebut, masih ada beberapa judul horor yang gagal memikat kritikus dan terpuruk di situs ulasan film terkemuka seperti Rotten Tomatoes.

Penasaran film horor apa saja yang dianggap paling mengecewakan oleh para kritikus sejauh ini? Mulai dari eksekusi cerita yang lemah hingga penyajian horor yang klise, berikut lima film horor 2025 dengan skor terendah di Rotten Tomatoes yang wajib kamu simak!

1. The Woman in the Yard (2025) — 39 persen

adegan dalam film The Woman in the Yard. (dok. Blumhouse Productions/The Woman in the Yard)

Disutradarai Jaume Collet-Serra dan dibintangi Danielle Deadwyler, The Woman in the Yard sejatinya berpotensi menggali isu kesehatan mental melalui pendekatan horor psikologis. Cerita berpusat pada Ramona (Deadwyler), seorang ibu yang tengah berduka setelah kehilangan suaminya dalam kecelakaan mobil. Belum cukup dengan trauma fisik dan mental yang dialaminya, Ramona dan kedua anaknya juga diteror oleh sosok misterius berjubah hitam yang duduk mengawasi dari halaman rumah.

Deadwyler memang tampil total sebagai perempuan rapuh yang berjuang menghadapi trauma dan halusinasi. Namun, naskah garapan Sam Stefanak terasa terlalu menggampangkan simbolisme duka dan kesehatan mental tanpa memberi eksplorasi yang lebih dalam. Alhasil, The Woman in the Yard jadi contoh nyata bahwa akting yang apik sekalipun tak mampu menyelamatkan sebuah film horor jika pondasi ceritanya sendiri sudah goyah sejak awal.

2. 825 Forest Road (2025) — 36 persen

adegan dalam film 825 Forest Road. (dok. Shudder/825 Forest Road)

Kamu mungkin akan berharap disuguhi teror rumah berhantu ala The Conjuring ketika melihat poster film garapan Stephen Cognetti (Hell House LLC, Hell House LLC Origins) ini. Sayangnya, alih-alih menawarkan atmosfer mencekam dan misteri solid, 825 Forest Road malah terjebak dalam formula horor klasik yang klise, datar, dan gagal menggali potensi ketegangan yang menjanjikan. Satu-satunya hal yang sedikit menyelamatkan film ini hanyalah sosok boneka manekin menyeramkan bernama Martha.

Film ini berkisah tentang keluarga kecil yang pindah ke rumah baru di kota kecil bernama Ashland Falls demi melupakan masa lalu yang kelam. Mereka adalah Chuck Wilson (Joe Falcone), istrinya, Maria (Elizabeth Vermilyea), dan adik perempuannya yang seorang seniman, Isabelle (Kathryn Miller). Namun, kedamaian mereka tak bertahan lama setelah munculnya sosok supranatural bernama Helen Foster (Diomira Keane), yang merasuki Martha, boneka tua antik milik Maria.

3. Bloat (2025) — 29 persen

adegan dalam film Bloat. (dok. XYZ Films/Bloat)

Memadukan format screenlife dan kisah horor folk Jepang, Bloat jadi film horor 2025 selanjutnya yang gagal mendapat sambutan hangat dari kritikus. Film ini mengisahkan Jack Reynolds (Ben McKenzie), operator militer yang memantau keluarganya dari jauh lewat komputer saat istri dan dua anaknya liburan ke Jepang. Namun, liburan damai tersebut berubah menjadi mimpi buruk ketika putranya menunjukkan perilaku aneh setelah hampir tenggelam di sebuah danau.

Bloat mungkin akan terasa lebih relevan jika dirilis dua dekade lalu, saat tren Japanese horror alias J-horror sedang berada di puncaknya. Film ini punya elemen-elemen klasik horor Jepang, seperti roh penasaran yang merasuki anak kecil, kutukan dari danau tua, dan referensi ke cerita rakyat lokal. Akan tetapi, penggunaan format screenlife yang canggung, narasi yang terburu-buru, dan karakterisasi yang dangkal membuat film ini sulit dinikmati, bahkan oleh penggemar genre horor sejati.

4. Fear Street: Prom Queen (2025) — 28 persen

adegan dalam film Fear Street: Prom Queen. (dok. Netflix/Fear Street: Prom Queen)

Penantian 4 tahun penggemar terhadap kelanjutan trilogi Fear Street harus berujung kecewa saat sekuel terbarunya, Fear Street: Prom Queen, resmi tayang di Netflix pada 23 Mei lalu. Bagaimana tidak, meski masih menyajikan adegan-adegan brutal khas franchise ini, filmnya justru terjebak dalam naskah lemah dan penyutradaraan yang kurang gereget. Dengan skor tak lebih dari 30 persen di Rotten Tomatoes, Fear Street: Prom Queen otomatis menjadi film dengan rating terburuk dalam waralabanya.

Masih berlatar kota Shadyside, bedanya, kali ini penonton dibawa ke tahun 1988. Ceritanya berfokus pada Lori Granger (India Fowler), siswi pendiam dengan sejarah keluarga kelam, yang harus bersaing dengan Tiffany Falconer (Fina Strazza), si queen bee berlidah tajam, dalam pemilihan ratu prom sekolah. Sialnya, di tengah persaingan tersebut, muncul sosok pembunuh bertopeng mengenakan jas hujan merah yang mulai membantai satu per satu kandidat ratu prom.

5. The Ritual (2025) — 6 persen

adegan dalam film The Ritual. (dok. XYZ Films/The Ritual)

Di posisi terbawah, ada The Ritual yang sempat menyapa layar bioskop Indonesia pada 29 Mei lalu. Film garapan David Midell ini menampilkan Dan Stevens dan Al Pacino dalam kisah pengusiran setan yang diangkat dari kasus nyata di Iowa, AS, tentang Emma Schmidt alias Anna Ecklund. Di sini, keduanya memerankan Pastor Joseph Steiger dan Pastor Theophilus Riesinger, yang berupaya menyelamatkan seorang gadis muda bernama Emma (Abigail Cowen) dari kerasukan iblis.

Menariknya, meski mendapat kritik karena gaya visual dokumenternya yang memusingkan, The Ritual justru meraih skor Popcornmeter yang cukup lumayan dari penonton, yaitu sebesar 62 persen. Banyak penonton yang mengapresiasi bagaimana film ini lebih menekankan isu-isu penting, seperti dilema iman, kesehatan mental, dan tekanan institusi keagamaan alih-alih sekadar jumpscare. Meski pada akhirnya, respons audiens ini pun tak mampu menyelamatkan The Ritual dari rating jeblok.

Meski tahun ini dihiasi banyak film horor berkualitas, kelima judul di atas jadi pengingat bahwa nama besar dan konsep menjanjikan belum tentu menghasilkan eksekusi yang memuaskan. Beberapa di antaranya gagal dalam naskah, sementara yang lain terpeleset oleh karakterisasi lemah dan gaya visual yang membingungkan.

Jadi, sebelum kamu memasukkan film-film ini ke dalam watchlist, pertimbangkan dulu ekspektasimu. Atau mungkin, justru kamu penasaran ingin menilai sendiri?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us