5 Film Horor Terinspirasi Dongeng Klasik, Lebih Gelap dari Aslinya

- The Lure (2015) menghadirkan reinterpretasi gelap dari dongeng The Little Mermaid dengan atmosfer misterius, sensual, dan penuh tragedi.
- November (2017) adalah film horor rakyat asal Estonia yang mengisahkan tentang cinta, obsesi, dan perjanjian gelap di tengah musim dingin brutal.
- Gretel & Hansel (2020) memberikan pendekatan visual yang lebih gelap terhadap dongeng klasik dengan simbolisme tentang kekuasaan dan kedewasaan.
Dongeng masa kecil identik dengan keajaiban, pangeran tampan, dan akhir bahagia. Namun, beberapa sineas melihat sisi lain dari cerita-cerita tersebut yakni sisi yang gelap, aneh, dan mengerikan. Ketika unsur magis dalam dongeng dipadukan dengan gaya bercerita modern, hasilnya bisa jadi lebih menegangkan dibanding kisah aslinya.
Film-film berikut membuktikan bahwa dongeng klasik tidak selalu harus berakhir manis. Dengan pendekatan visual yang unik, atmosfer kelam, dan reinterpretasi berani, masing-masing judul memberikan pengalaman horor yang berbeda. Jika selama ini dongeng terasa aman dan menyenangkan, kelima film berikut akan membuatmu melihatnya dengan cara yang baru.
1. The Lure (2015)

Film asal Polandia ini menghadirkan perpaduan aneh namun memikat antara romansa remaja, kanibalisme, dan putri duyung pemangsa manusia. Berlatar di Warsawa versi 1980-an yang alternatif, kisahnya mengikuti dua putri duyung bernama Golden dan Silver. Mereka tampil sebagai penyanyi di sebuah klub malam dan mencoba menyesuaikan diri dengan dunia manusia.
Namun ketika Silver jatuh cinta pada seorang musisi, naluri alamiahnya mulai berkonflik dengan perasaannya yang menciptakan ketegangan antara kedua saudari itu. The Lure merupakan reinterpretasi gelap dari dongeng The Little Mermaid karya Hans Christian Andersen.
Namun alih-alih menonjolkan romansa lembut, film ini justru menghadirkan suasana yang misterius, sensual, dan penuh tragedi. Dengan gaya visual unik dan alur tidak terduga, film ini berhasil memberi warna baru pada dongeng klasik yang jauh lebih suram dari versi aslinya.
2. November (2017)

November adalah film horor rakyat asal Estonia yang sering dipuji berkat atmosfer kelam dan visual hitam-putihnya yang ikonik. Ceritanya mengikuti Liina, seorang gadis desa yang diam-diam mencintai Hans. Namun karena cintanya tak berbalas, ia mencoba berbagai cara supernatural untuk menarik perhatian pria itu.
Di sisi lain, desa mereka tengah bersiap menghadapi musim dingin brutal, membuat penduduk terpaksa menggunakan sihir dan makhluk gaib demi bertahan hidup. Film ini diadaptasi dari novel Rehepapp ehk November karya Andrus Kivirähk dan dikenal sebagai salah satu film paling surealis dari Eropa Timur.
Suasananya mengingatkan pada karya-karya Robert Eggers yang mencekam, dengan dunia yang terasa asing namun memikat. November bukan sekadar horor, tetapi juga kisah tentang cinta, obsesi, dan perjanjian gelap yang membawa konsekuensi mengerikan.
3. Gretel & Hansel (2020)

Dongeng karya Grimm Brothers ini sudah diadaptasi berkali-kali, tetapi versi tahun 2020 menghadirkan pendekatan visual yang lebih gelap. Setelah kematian ayahnya, Gretel dan Hansel diusir oleh ibu mereka yang mengalami gangguan mental. Dalam perjuangan bertahan hidup di hutan, mereka bertemu seorang wanita tua yang ternyata adalah seorang penyihir.
Tanpa menyadari rencana jahat sang penyihir, kedua anak ini perlahan terperangkap dalam jebakan yang semakin mengerikan. Film ini memperdalam sisi psikologis karakter Gretel, yang akhirnya mengambil keputusan mengejutkan dengan memilih jalannya sendiri sebagai penyihir.
Dengan desain produksi yang memukau dan suasana hutan yang menakutkan, Gretel & Hansel memberikan interpretasi baru terhadap dongeng klasik yang menjadikannya lebih kelam dan penuh simbolisme tentang kekuasaan dan kedewasaan.
4. The Pied Piper (1986)

Film stop-motion karya Jiri Barta ini menampilkan kembali legenda The Pied Piper of Hamelin dengan nuansa yang jauh lebih gelap. Ketika sebuah desa diserang wabah tikus, penduduk menyewa seorang peniup seruling misterius untuk menyingkirkan mereka. Ia berhasil, tetapi kisahnya tidak berhenti di situ karen lapisan gelap tersembunyi mulai muncul.
The Pied Piper tak hanya menggambarkan ketakutan terhadap tikus, tetapi juga menyajikan kritik sosial tentang kerakusan, eksploitasi, dan kerakusan masyarakat. Dengan gaya animasi yang kasar namun memukau, film ini mengubah dongeng abad pertengahan menjadi refleksi horor tentang sifat manusia. Hasilnya adalah kisah klasik yang terasa lebih relevan dan menohok.
5. A Tale of Two Sisters (2003)

Tidak banyak yang tahu bahwa film horor Korea populer ini terinspirasi dari dongeng rakyat The Story of Janghwa and Hongryeon. Ceritanya mengikuti Soo-mi yang baru keluar dari rumah sakit jiwa dan kembali ke rumah bersama adiknya. Namun hubungan mereka yang rapuh diperburuk oleh kehadiran ibu tiri yang bersikap dingin dan penuh rahasia.
Saat mereka mencoba menjalani hidup normal, kejadian-kejadian mengerikan mulai terjadi di rumah tersebut. Film ini dipenuhi twist yang mengejutkan dan menjelajahi trauma serta rasa bersalah yang selama ini terpendam dalam keluarga tersebut.
Dibungkus dengan visual cantik namun mencekam, A Tale of Two Sisters mampu menghadirkan horor yang bukan hanya menakutkan secara fisik, tetapi juga emosional. Inilah salah satu contoh terbaik bagaimana dongeng lama bisa diubah menjadi psikodrama yang menegangkan.
Film-film di atas membuktikan bahwa dongeng klasik bisa berubah menjadi kisah yang jauh lebih gelap ketika dipandang dari sudut yang berbeda. Jadi, dari lima film horor ini, mana yang paling membuatmu penasaran untuk menontonnya?


















