Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film Horor Underrated Jebolan Sundance, dari Slasher sampai Monster

poster film The Hole in the Ground. (dok. Vertigo Films/The Hole in the Ground)

Ketika mendengar Sundance Film Festival, mungkin yang langsung terlintas di benak para penonton awam adalah film-film drama indie yang serius dan mendalam. Padahal, festival yang diadakan setiap tahun di Park City, Utah, ini juga menjadi ajang bagi film-film horor untuk unjuk gigi dan menemukan penontonnya.

Sebut saja It Follows (2015) dengan konsep teror yang unik, Hereditary (2018) yang menghadirkan kengerian psikologis yang intens, hingga yang masih segar di ingatan, I Saw the TV Glow (2024) yang menawarkan pengalaman surealis dan mencekam. Ketiganya merupakan bukti bahwa Sundance juga melahirkan film-film horor berkualitas. Namun, di antara film-film horor sukses tersebut, sayangnya ada beberapa permata tersembunyi yang kurang mendapat sorotan.

Nah, buat kamu para pencinta horor yang haus tontonan segar dan berbeda, artikel ini akan mengajakmu menengok rekomendasi film horor underrated jebolan Sundance yang sayang untuk dilewatkan. Dari slasher yang brutal hingga kisah monster yang mendebarkan, siap-siap untuk merasakan sensasi horor yang mungkin belum pernah kamu rasakan sebelumnya!

1. Turbo Kid (2015)

adegan dalam film Turbo Kid. (dok. Epic Pictures Group/Turbo Kid)

Turbo Kid merupakan homage penuh cinta pada film-film post-apocalyptic berbujet rendah era 80-an. Disutradarai oleh François Simard, Anouk Whissell, dan Yoann-Karl Whissell, film jebolan Sundance 2015 ini berpusat pada remaja yatim piatu bernama Kid (Munro Chambers), yang hidup di tempat perlindungan bawah tanah dan terobsesi dengan komik superhero. Pertemuannya dengan gadis misterius bernama Apple (Laurence Leboeuf) membawanya ke dalam petualangan berbahaya melawan Zeus (Michael Ironside), panglima perang kejam yang haus air.

Visual Turbo Kid dipenuhi dengan estetika retro yang kental, mulai dari kostum, properti, hingga musik synthwave yang mengiringi adegan-adegannya. Selain itu, film ini dengan cerdas memparodikan berbagai trope film post-apocalyptic era 80-an, seperti karakter-karakter eksentrik, senjata-senjata modifikasi, dan adegan kejar-kejaran yang intens. Menariknya, meski penuh dengan adegan kekerasan yang eksplisit, Turbo Kid tetap memiliki inti cerita yang hangat tentang persahabatan dan keberanian.

Terlepas dari kualitasnya, Turbo Kid sayangnya kurang mendapatkan sorotan saat perilisannya. Film ini lebih banyak diapresiasi di kalangan penggemar genre post-apocalyptic indie. Padahal, elemen gore-nya yang kreatif, nuansa retronya yang memikat, dan ceritanya yang unik layak membuat Turbo Kid setara dengan film horor kultus besar lainnya.

2. Summer of 84 (2018)

adegan dalam film Summer of 84. (dok. Brightlight Pictures/Summer of 84)

Tiga tahun selepas Turbo Kid, kecintaan François Simard, Anouk Whissell, dan Yoann-Karl Whissell terhadap estetika era 80-an kembali hadir di Sundance 2018 lewat Summer of 84. Kali ini, giliran subgenre slasher yang mereka jamah. Namun, berbeda dengan film-film slasher pada umumnya, Summer of 84 membangun ketegangan secara perlahan daripada sekadar menampilkan adegan kejar-kejaran berdarah yang medioker. 

Summer of 84 mengisahkan tentang Davey Armstrong (Graham Verchere), remaja yang terobsesi dengan teori konspirasi dan kisah-kisah kriminal. Ia mulai mencurigai tetangganya yang seorang polisi, Wayne Mackey (Rich Sommer), sebagai pembunuh berantai yang meneror kota kecil mereka. Bersama ketiga sahabatnya, Davey pun memulai investigasi rahasia. Namun, aksi investigasi ini malah membawa mereka pada permainan "kucing dan tikus" yang mengancam nyawa.

Walaupun nostalgia era 80-an sedang populer berkat Stranger Things, Summer of 84 seolah tenggelam di antara karya serupa. Kritik positif dari festival seperti Sundance nyatanya tak cukup untuk membawa film ini ke audiens lebih luas. Dengan nuansa atmosferik, Summer of 84 sebenarnya pantas mendapat perhatian lebih dari sekadar penonton festival.

3. The Hole in the Ground (2019)

adegan dalam film The Hole in the Ground. (dok. Vertigo Films/The Hole in the Ground)

Setelah kisah post-apocalyptic yang penuh gore dalam Turbo Kid dan sajian slasher atmosferik dalam Summer of 84, rasanya kurang lengkap jika belum memasukkan film horor supernatural ke dalam daftar ini. The Hole in the Ground, yang tayang perdana di Sundance 2019, hadir sebagai representasi kuat horor jenis ini. Film ini merupakan debut film panjang Lee Cronin, sutradara yang dua tahun lalu mencuri perhatian lewat Evil Dead Rise (2023).

Ironisnya, meskipun Cronin kini dikenal luas berkat Evil Dead Rise, karya debutnya ini justru kurang mendapat sorotan saat perilisannya. The Hole in the Ground bisa dibilang sebagai salah satu film yang diabaikan, meski berhasil menciptakan atmosfer menyeramkan dengan bujet yang relatif kecil. Kurangnya promosi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan film ini kurang menjangkau penonton global.

The Hole in the Ground berfokus pada Sarah (Seána Kerslake) dan putranya, Chris (James Quinn Markey), yang mencoba memulai hidup baru di pedesaan Irlandia. Kehidupan mereka yang semula tenang mulai terusik ketika Chris menghilang di hutan dan Sarah menemukan lubang besar misterius. Setelah Chris kembali, Sarah merasa ada yang aneh dengan putranya. Apakah sosok yang kembali bersamanya tersebut benar-benar Chris?

4. Scare Me (2020)

adegan dalam film Scare Me. (dok. Shudder/Scare Me)

Film horor underrated jebolan Sundance yang wajib masuk daftar tontonanmu selanjutnya adalah Scare Me. Film ini berkisah tentang Fred (Josh Ruben), penulis horor amatir, dan Fanny (Aya Cash), penulis horor sukses, yang terjebak di sebuah kabin terpencil saat badai salju. Karena listrik padam, mereka memutuskan untuk saling bertukar cerita seram. Dari sinilah kengerian sebenarnya dalam Scare Me dimulai.

Keunikan film yang diputar di Sundance 2020 ini terletak pada bagaimana ia menggambarkan imajinasi karakternya. Adegan-adegan penceritaan disajikan dengan gaya teaterikal, di mana Ruben dan Cash memerankan berbagai karakter dalam cerita mereka, lengkap dengan suara dan gestur yang dramatis. Efek suara dan visual sederhana pun dimanfaatkan secara maksimal untuk membangkitkan kengerian layaknya cerita api unggun.

Namun, pendekatan yang unik ini juga menjadi pedang bermata dua. Eksperimen ini membuatnya kurang disukai penonton mainstream yang mencari horor penuh aksi dan jumpscare. Sebaliknya, bagi penggemar horor yang lebih menghargai kreativitas dan kekuatan dialog, Scare Me adalah berlian yang pantas untuk dicari.

5. Coming Home in the Dark (2021)

adegan dalam film Coming Home in the Dark. (dok. MPI Media Group/Coming Home in the Dark)

Sundance 2021 jadi salah satu momen di mana festival ini menampilkan banyak film horor underrated. Salah satunya Coming Home in the Dark. Film ini mempunyai beberapa adegan kekerasan yang membatasi jangkauan penonton. Padahal, di balik kekerasan tersebut, tersembunyi cerita kompleks tentang trauma dan moralitas yang justru menjadikannya outstanding.

Coming Home in the Dark menceritakan tentang keluarga Hoaggie (Erik Thomson) yang sedang piknik di tepi pantai. Namun, keharmonisan mereka tiba-tiba pecah saat dua orang asing, Mandrake (Daniel Gillies) dan Tubs (Matthias Luafutu), datang dan mengeluarkan senapan. Aksi brutal ini memaksa keluarga Hoaggie, yang terdiri dari istrinya, Jill (Miriama McDowell), dan kedua putranya, Maika (Billy Paratene) dan Jordan (Frankie Paratene), ikut ke dalam mobil bersama para penculik.

Apa yang sebenarnya diinginkan para penculik? Apakah mereka psikopat acak yang kebetulan bertemu keluarga Hoaggie, atau ada agenda tersembunyi? Seiring berjalannya cerita, satu per satu rahasia pun mulai terkuak.

6. Your Monster (2024)

adegan dalam film Your Monster. (dok. Vertical/Your Monster)

Pernah membayangkan monster bersembunyi di dalam lemari kamarmu? Bukan monster seram yang langsung menerkam, melainkan monster yang justru hadir di saat terpuruk. Premis unik inilah yang menjadi daya tarik utama dalam Your Monster.

Your Monster berpusat pada Laura (Melissa Barrera), seorang wanita yang baru saja mengalami serangkaian kejadian buruk, mulai dari didiagnosis kanker, operasi, hingga putus cinta. Saat kembali ke rumah untuk memulihkan diri, ia menemukan sesosok monster (Tommy Dewey) tinggal di lemarinya. Kehadiran monster tersebut awalnya menimbulkan rasa takut, namun perlahan hubungan aneh justru terjalin di antara mereka.

Dibandingkan deretan film horor andalan Sundance 2024, seperti I Saw the TV Glow dan A Violent Nature, Your Monster memang terdengar lebih ringan dalam premisnya. Namun, film garapan Caroline Lindy ini menawarkan sesuatu yang berbeda, yakni perpaduan berani antara horor creature dan komedi romantis yang manis. Patut kamu coba, deh!

Enam film ini adalah bukti bahwa Sundance sering kali menyimpan hidden gem di antara film-film horornya. Sama halnya dengan line-up Sundance 2025 yang juga menjanjikan sejumlah film horor menarik, beberapa di antaranya mungkin akan menjadi kejutan dan perbincangan hangat di kalangan pecinta film.

Sambil menunggu Sundance Film Festival 2025 yang akan berlangsung pada 23 Januari mendatang, kenapa tak coba memberi kesempatan pada film-film underrated ini? Siapa tahu, salah satunya bisa jadi favorit barumu yang selama ini terlewat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us