Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Klasik yang Dicekal karena Adegan Erotis Terlalu Kontroversial

film A Clockwork Orange (dok. Warner Bros/A Clockwork Orange)
Intinya sih...
  • Film klasik dicekal karena adegan erotis kontroversial
  • Beberapa film disutradarai oleh nama besar seperti Stanley Kubrick dan Bernardo Bertolucci
  • Adegan pemerkosaan, inses, dan kekerasan membuat film-film ini dilarang di berbagai negara

Beberapa film klasik tak hanya dikenal karena kualitas sinematiknya, tapi juga karena kontroversi yang mengelilinginya. Di masa lalu, sejumlah film langsung dicekal atau dilarang tayang karena dianggap terlalu vulgar dan tidak bermoral. Salah satu elemen yang paling sering jadi alasan pelarangan adalah adegan erotis yang melampaui batas wajar.

Film-film ini bukan hanya menyuguhkan seksualitas secara terbuka, tetapi juga menabrak norma sosial, etika perfilman, bahkan membuat penontonnya merasa tidak nyaman. Beberapa disutradarai oleh nama-nama besar seperti Stanley Kubrick atau Bernardo Bertolucci, yang sengaja mendorong batas kreatif demi menyampaikan pesan yang provokatif. Berikut sederet film klasik yang dicekal karena adegan erotis penuh kontroversial.

1. A Clockwork Orange (1971)

film A Clockwork Orange (dok. Warner Bros/A Clockwork Orange)

Film ini diadaptasi dari novel karya Anthony Burgess yang mengangkat tema kekerasan dan kontrol sosial. Tokoh utama bernama Alex DeLarge, diperankan oleh Malcolm McDowell, sebagai remaja brutal yang gemar melakukan kekacauan bersama gengnya. Gaya visual dan narasi yang unik menjadikan film ini salah satu karya paling berpengaruh dari Stanley Kubrick.

Namun, sejumlah adegan kontroversial, seperti pemerkosaan dan pembunuhan, membuat film ini dicekal di berbagai negara. Salah satu adegan yang paling memicu kontroversi adalah adegan seks bertiga yang dipercepat dari durasi 28 menit menjadi beberapa detik.

Bahkan Kubrick sendiri menarik film ini dari bioskop di Inggris setelah terjadi insiden kekerasan yang diduga terinspirasi dari film tersebut. Film ini baru bisa ditayangkan kembali hampir 30 tahun kemudian.

2. Pink Flamingos (1972)

film Pink Flamingos (dok. New Line Cinema/Pink Flamingos)

Disutradarai oleh John Waters, Pink Flamingos adalah film yang benar-benar menantang batas toleransi penonton. Film ini menampilkan karakter ikonik Divine yang dengan bangga menyebut dirinya sebagai "orang paling menjijikkan di dunia", dan Waters menyuguhkan adegan-adegan ekstrem untuk membuktikan klaim tersebut.

Film ini menyertakan adegan seksual yang melibatkan inses, masturbasi, pemerkosaan, hingga tindakan menjijikkan seperti makan kotoran anjing. Beberapa adegannya bahkan dilakukan tanpa efek, alias sungguhan.

Tidak heran jika film ini dilarang tayang di sejumlah negara seperti Australia, Kanada, dan Norwegia. Hingga kini, film ini masih dilarang di beberapa wilayah seperti Hicksville, Long Island.

3. Last Tango in Paris (1972)

film Last Tango in Paris (dok. Warner Bros/Last Tango in Paris)

Dalam film ini, Marlon Brando berperan sebagai pria setengah baya yang menjalin hubungan seksual anonim dengan seorang gadis muda bernama Jeanne. Tanpa menyebutkan nama atau latar belakang, keduanya bertemu hanya untuk berhubungan intim. Film ini banyak menuai pujian karena keberaniannya, tapi juga dihujani kritik karena salah satu adegan paling kontroversial.

Adegan pemerkosaan yang menggunakan mentega sebagai pelumas menuai kecaman luas, terutama setelah aktris Maria Schneider mengaku tidak diberi tahu sepenuhnya sebelum syuting. Bertolucci beralasan ingin menangkap reaksi spontan, tapi tindakannya dianggap manipulatif dan tidak etis. Di Italia, film ini dilarang selama 14 tahun, dan sang sutradara kehilangan hak sipil akibat tuntutan atas pornografi.

4. Salo, or the 120 Days of Sodom (1975)

film Salò, or the 120 Days of Sodom (dok. CSC/Salò, or the 120 Days of Sodom)

Disutradarai oleh Pier Paolo Pasolini, film ini diangkat dari karya sadistik Marquis de Sade yang dipindahkan ke latar Italia era fasis. Ceritanya mengikuti empat pria berkuasa yang menculik remaja dan menyiksa mereka secara brutal selama 120 hari. Film ini menjadi simbol kritik terhadap kekuasaan, kapitalisme, dan kebejatan moral yang ekstrem.

Namun, visual film ini sangat sulit ditoleransi. Dari adegan makan kotoran, mutilasi, hingga pemerkosaan berulang, Salò dianggap terlalu menjijikkan dan sadis untuk publik umum. Film ini dilarang di berbagai negara, termasuk negara asalnya, Italia. Bahkan banyak yang berspekulasi bahwa film ini menjadi salah satu penyebab kematian tragis sang sutradara tak lama setelah rilisnya.

5. Maitresse (1975)

film Maîtresse (dok. Gaumont/Maîtresse)

Film asal Prancis ini mengangkat kisah unik antara seorang pencuri dan dominatrix yang tinggal di rumah yang ia coba bobol. Diperankan oleh Gérard Depardieu dan Bulle Ogier, hubungan keduanya berkembang menjadi kisah cinta yang penuh permainan BDSM dan ketegangan emosional.

Ceritanya tak hanya erotis, tetapi juga mengangkat dinamika kekuasaan dan psikologi yang kompleks. Namun, BBFC (lembaga sensor film Inggris) menilai adegan fetish dalam film ini melampaui batas apa pun yang pernah diizinkan. Beberapa adegan bahkan terlalu realistis dan tidak disimulasikan, termasuk adegan ekstrem yang sempat dihapus dari versi aslinya. Meski awalnya dilarang diputar di bioskop umum, film ini akhirnya dirilis ulang dengan rating 18 pada tahun 2003 setelah semua sensor dicabut.

Setelah melihat bagaimana film-film ini pernah dicekal karena adegan erotis penuh kontroversi, kita jadi diingatkan bahwa seni dan moral sering kali berjalan di jalur yang tidak selalu sejajar. Beberapa dianggap karya visioner, sementara yang lain dikutuk sebagai eksploitasi murahan. Kamu sendiri masih tertarik untuk menontonnya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us