8 Film Kriminal yang Dibuat Pakai Perspektif Sosialisme

Matewan (dok. Criterion/Matewan)

Matewan adalah rekonstruksi kejadian nyata di tambang batubara Matewan, Virginia, AS pada 1920. Saat itu, pekerja tambang yang frustrasi dengan kondisi kerja mereka hendak bersatu membentuk serikat. Namun, upaya mereka direspons keras oleh pengelola tambang yang akhirnya mengeskalasi konflik tersebut jadi perang bersenjata. Matewan adalah film yang menandai dimulainya karier akting aktor kawakan Chris Cooper.

Missing (dok. Criterion/Missing)

Film kriminal sosialis lain yang bisa kamu tonton datang dari tahun 1982. Judulnya Missing, yakni sebuah film yang konfliknya berkutat pada hilangnya jurnalis asal Amerika Serikat bernama Charles Horman di Chile. Itu terjadi pada Perang Dingin, tepatnya saat Chile dilanda krisis akibat kudeta militer yang dilakukan untuk menjatuhkan presiden beraliran sosialis, Salvador Allende. Ayah Charlie jauh-jauh datang ke Chile untuk menemukan putranya, tetapi akhirnya harus dihadapkan pada dilema setelah tahu kalau negara yang dicintainya punya andil dalam kudeta militer dan penghilangan paksa putranya.

La Haine (dok. Criterion/La Haine)

La Haine adalah film yang memakai formula khas film kriminal sosialis, yakni memakai kaum tersisih sebagai lakon. Mereka adalah tiga pemuda yang mewakili kaum marginal di Prancis, berlatar belakang imigran dan menduduki kasta ekonomi terbawah. Pemukiman mereka bahkan tersisih dari kota metropolis Paris. Satu hari, rekan mereka tertembak polisi saat melakukan aksi protes. Ini membuat kondisi Paris mencekam dan polisi makin defensif. Di sisi lain, ketiga pemuda ini harus berjibaku mengelola emosi mereka yang meluap-luap karena kebencian.

Memories of Murder (dok. Criterion/Memories of Murder)

Film yang bikin Bong Joon Ho dikenal luas ini berkisah tentang proses investigasi kasus pemerkosaan berantai yang menghantui penduduk Hwaseong, Korsel pada 1980-an. Bertahun-tahun kasus ini tak juga terpecahkan karena berbagai faktor. Salah satunya minimnya keseriusan polisi dan minimnya teknologi yang memungkinkan mereka memecahkannya dengan cepat. Film ini juga berhasil menyorot kelemahan sistem otoriter dan fasis yang diadopsi Korsel pada era itu.

Punishment Park (dok. Churchill Films/Punishment Park)

Pada tahun 1970, gerakan antiperang berkembang pesat di Amerika Serikat akibat kebijakan mereka di Vietnam. Melihatnya sebagai ancaman, Presiden Nixon memberlakukan dekret darurat yang membolehkan polisi menangkap orang-orang yang tergabung dalam “gerakan subversif” tersebut. Ini sesuai kenyataan sampai cerita dikembangkan jadi sebuah aksi yang lebih ekstrem. Para napi aktivis itu diberi kesempatan untuk bebas lewat sayembara ala battle royale. Siapa yang berhasil menyelesaikan misi bakal dapat kebebasan, tetapi yang gagal harus menjalani hukuman di penjara federal.

Z (dok. Criterion/Z)

Sebelum Matewan, Costa Gravas ternyata pernah bikin film kriminal dengan pendekatan sosialisme lain berjudul Z. Kita bakal dibawa ke sebuah negara fiktif yang sedang dihebohkan dengan pembunuhan anggota prominen partai oposisi pada 1963. Beberapa tahun kemudian, negara itu jatuh ke tangan junta militer dan proses investigasi kasus tersebut ditutup begitu saja.

Crimson Gold (dok. Celluloid Dreams/Crimson Gold)

Ketimpangan kelas jadi pendekatan sosialisme yang mewarnai film kriminal Iran Crimson Gold. Film ini mengikuti perspektif Hussein, pemuda yang bekerja jadi pengantar piza. Ia berniat untuk menikahi tunangannya, tetapi terhalang biaya. Rasa stresnya pun makin menjadi-jadi saat ia diremehkan pegawai toko perhiasan dan pada malamnya diajak masuk ke rumah pelanggannya yang super mewah. Semua hal tadi mendorongnya melakukan hal nekat yang bikin penonton ikut tertohok.

American Psycho (dok. Lionsgate/American Psycho)

Sering diromantisasi para finance-bro (pria yang bekerja di sektor keuangan), American Psycho sebenarnya adalah satire dari hidup mereka yang kaya privilese. Filmnya berkutat pada Patrick Bateman, pria dengan karier mentereng di bidang perbankan, berpenampilan necis, dan disukai banyak orang. Namun, di luar fasadnya yang menipu itu, ia ternyata seorang pembunuh berantai yang melakukan kejahatan tanpa alasan jelas selain ingin memuaskan ego dan meluapkan rasa insecure-nya. Film ini secara langsung dan tidak sedang mengkritisi gaya hidup konsumtif dan materialisme, juga hipokrisi.

Selama ini mungkin kita gak pernah menyadari irisan antara film kriminal dengan nilai-nilai sosialisme. Kalau kamu perhatikan, sebenarnya kriminalitas adalah hasil dari hal-hal yang dipelihara dalam sistem kapitalisme, seperti ketimpangan distribusi sumber daya, tekanan hidup/pekerjaan, sampai dorongan untuk serakah.