5 Film Mengecewakan yang Diselamatkan Satu Adegan Terakhir

- Jurassic World Rebirth (2025) memiliki adegan pamungkas pertarungan dinosaurus yang menegangkan meski filmnya dianggap gagal secara keseluruhan.
- The Lone Ranger (2013) memiliki aksi klimaks pertarungan di atas dua kereta api yang memikat dan menegangkan, menjadi satu-satunya momen layak ditonton dalam film tersebut.
- Staying Alive (1983) memiliki final dance number Tony Manero yang emosional dan autentik, memberikan klimaks yang menebus sedikit kekecewaan penonton terhadap film tersebut.
Sebuah film terkadang terasa membosankan dari awal hingga pertengahan, sehingga membuat penonton hampir menyerah menontonnya. Namun, ada juga film yang justru menyimpan satu-satunya momen terbaiknya di bagian akhir. Adegan pamungkas inilah yang sering membuat orang berkata, “Untung tadi gak aku stop,” meski secara keseluruhan filmnya masih dianggap gagal.
Fenomena ini cukup sering terjadi di mana sebuah film bisa diingat hanya karena satu adegan yang memukau. Menariknya, adegan terakhir ini bisa berupa twist mengejutkan, momen emosional yang menyentuh, atau bahkan aksi spektakuler yang akhirnya membuat penonton merasakan kepuasan setelah perjalanan panjang yang kurang menghibur.
Walau begitu, banyak yang tetap berpendapat kalau satu adegan bagus saja tidak cukup untuk menyelamatkan reputasi sebuah film. Justru, hal ini membuat penonton semakin kecewa karena sadar film tersebut sebenarnya punya potensi besar. Kira-kira film apa saja, ya?
1. Jurassic World Rebirth (2025)

Setelah kegagalan besar Jurassic World Dominion (2022), banyak orang mengira kisah dinosaurus sebaiknya berhenti saja. Namun, studio memutuskan untuk melakukan reboot dengan jajaran bintang besar, seperti Scarlett Johansson dan Mahershala Ali, serta disutradarai Gareth Edwards. Harapannya tinggi, tapi hasil akhirnya tidak sesuai ekspektasi.
Naskahnya penuh klise, dialognya kaku, dan alurnya terlalu biasa, sehingga sulit rasanya menyandingkan film ini dengan Jurassic Park milik Steven Spielberg. Meski begitu, Edwards masih berhasil menunjukkan sedikit kehebatannya di akhir film.
Klimaks Jurassic World Rebirth menghadirkan pertarungan melawan dinosaurus hasil rekayasa genetika, yang meskipun terasa konyol, tetap menegangkan dan penuh aksi. Walau tidak sempurna, setidaknya bagian akhir ini membuat penonton tidak keluar bioskop dengan tangan hampa.
2. The Lone Ranger (2013)

The Lone Ranger awalnya digadang-gadang akan menjadi sukses besar, karena menyatukan kembali Gore Verbinski dengan Johnny Depp setelah Pirates of the Caribbean. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, The Lone Ranger menjadi salah satu kegagalan box office terbesar Disney dengan kerugian ratusan juta dolar.
Kritik pun datang bertubi-tubi, mulai dari ceritanya yang berantakan, pemilihan Johnny Depp sebagai Tonto yang menuai kontroversi, hingga performa Armie Hammer yang tidak mampu menghidupkan tokoh utamanya. Namun, film ini memiliki satu adegan pamungkas yang benar-benar seru.
Aksi klimaksnya adalah pertarungan di atas dua kereta api yang berjalan bersamaan. Koreografi aksinya memikat dan menegangkan, termasuk momen saat sang Ranger menunggangi kudanya di atas atap bangunan. Setidaknya film yang membosankan ini punya satu momen yang benar-benar layak ditonton.
3. Staying Alive (1983)

Bayangkan sebuah sekuel dari Saturday Night Fever yang disutradarai Sylvester Stallone. Kedengarannya aneh, bukan? Namun kenyataannya memang ada. Film ini berusaha melanjutkan kisah Tony Manero (John Travolta) yang kini mencoba meraih mimpi di Broadway. Sayangnya, film ini jauh dari kualitas pendahulunya.
Alih-alih menyoroti realitas keras kehidupan kelas pekerja di New York, Staying Alive justru hanya fokus pada tarian glamor tanpa substansi, sehingga membuatnya dianggap sebagai salah satu sekuel terburuk sepanjang masa. Namun, di balik semua kelemahannya, final dance number Tony justru jadi momen yang paling berkesan.
Travolta menampilkan tarian yang emosional, penuh luapan perasaan, dan terasa lebih autentik dibanding adegan-adegan sebelumnya. Penonton diajak melihat bagaimana tarian bisa menjadi medium pelepasan emosi, persis seperti dalam film pertama. Adegan ini sukses memberikan klimaks yang menebus sedikit kekecewaan penonton.
4. Terminator 3: Rise of the Machines (2003)

Setelah Terminator 2: Judgment Day (1991) menutup kisah dengan epik, banyak penggemar berharap seri ini benar-benar berhenti di sana. Namun, Rise of the Machines hadir dan justru menjadi awal kemerosotan franchise ini. Tanpa sosok Sarah Connor, cerita membosankan, dan sosok Terminator baru yang lebih sibuk tampil seksi ketimbang menakutkan, film ini seperti kehilangan arah.
Namun, film ini punya penutup yang mengejutkan. John Connor dan Kate gagal menghentikan hari kiamat, sehingga dunia benar-benar dihantam serangan nuklir. Kota-kota besar hancur dalam kobaran api, sementara John akhirnya menerima perannya sebagai pemimpin manusia dalam perang melawan mesin. Adegan akhir tersebut memberikan kesan berani dan pahit, menghadirkan momen dramatis yang jauh lebih kuat daripada hampir seluruh film sebelumnya.
5. No Time to Die (2021)

Sebagai film James Bond ke-25 sekaligus penutup era Daniel Craig, No Time to Die seharusnya menjadi sajian megah. Sayangnya, alurnya justru datar dan membosankan, dengan penjahat utama yang klise serta konflik yang terasa dipaksakan. Banyak penggemar menganggap film ini sebagai salah satu Bond paling hambar, apalagi setelah penantian panjang akibat pandemi.
Namun, semua berubah di bagian akhir. Ketika Bond tersadar bahwa ia tidak bisa lagi bersama keluarganya karena infeksi nanobot, ia memilih tinggal di pulau yang sebentar lagi dihantam misil. Tidak ada trik licik atau penyelamatan ajaib karena Bond benar-benar mati.
Keputusan berani ini membuat banyak penonton tercengang sekaligus terharu, menutup perjalanan panjang Craig dengan cara yang emosional dan tak terlupakan. Meski jalan ceritanya mengecewakan, ending ini menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam franchise James Bond.
Nah, kira-kira menurutmu kalau sebuah film punya satu adegan yang benar-benar luar biasa, apakah itu cukup untuk membuat film tersebut layak ditonton sampai akhir?