5 Film yang Buktikan Kalau Orangtua Bisa Bersikap Toksik

Tak ada manusia yang sempurna, tak terkecuali para orangtua. Meski mengemban tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak yang bergantung penuh pada mereka, tak sedikit dari mereka yang salah langkah bahkan melakukan abuse dan penyimpangan, baik yang disengaja atau tidak. Lewat kesadaran ini, rasanya menyalahkan anak untuk masalah yang membelit orangtua kiranya bukan hal bijak.
Sebaliknya, lebih baik mencoba melihat masalah itu dari dua sisi sekaligus. Siapa tahu akarnya justru sikap toksik orangtua itu sendiri. Biar makin sadar dengan isu ini, coba perkaya referensimu lewat lima film berikut. Bukti kalau orangtua juga bisa bersikap toksik.
1. Leila's Brothers (2022)

Leila's Brothers adalah film Iran kontemporer yang mengikuti balada sebuah keluarga lima anak. Mirisnya, hanya satu dari kelima anak yang sudah masuk usia 40-an itu bisa hidup mapan. Siapa lagi kalau bukan Leila. Sementara, keempat saudara laki-lakinya bekerja serabutan dan satu lagi baru dipecat.
Leila akhirnya mendorong keempat saudaranya untuk membangun bisnis bersama. Namun, saat mereka butuh modal, sang ayah justru enggan membantu mereka. Ia malah berambisi merengkuh kedudukan terhormat di tengah keluarga besarnya. Untuk meraih itu, sang ayah rela melakukan segala cara, termasuk menyerahkan hampir semua hartanya. Sekilas, sang ayah memang tampak seperti berada di posisi yang benar.
Namun, bila dilihat kilas balik dinamika hubungan mereka, mulai jelas siapa yang sebenarnya salah arah di sini. Saeed Roustayi selaku sutradara berhasil menggambarkan pertentangan moral menarik di film ini. Tak ada yang benar-benar berstatus malaikat dalam keluarga tersebut, karena semua punya sisi gelap dan terangnya masing-masing.
2. Nobody Knows (2004)

Kalau jalan cerita Leila's Brothers tak hitam putih, Nobody Knows menggambarkan sosok orangtua toksik dengan lebih jelas. Ia diceritakan sebagai ibu tunggal yang tega meninggalkan keempat anaknya seorang diri untuk tinggal bersama kekasih barunya. Jadilah sang kakak tertua harus bertanggung jawab atas kehidupan ketiga adiknya.
Parahnya, film karya Hirokazu Koreeda ini terinspirasi sebuah kasus kriminal nyata yang pernah menggemparkan Jepang pada 1980-an. Film ini bak sebuah tamparan keras buat kita semua. Terutama orang dewasa yang sebenarnya belum siap jadi orangtua dan akhirnya mengorbankan masa depan anak-anak yang tak memilih untuk dilahirkan.
3. Festen (1999)

Festen atau yang dikenal pula dengan judul The Celebration adalah film dark-comedy asal Denmark karya Thomas Vinterberg (Another Round, The Hunt). Cerita berkutat pada sebuah keluarga besar yang berkumpul di sebuah hotel yang mereka kelola sebagai bisnis keluarga. Namun, pada pertemuan tersebut, satu per satu keburukan para anggota keluarga itu terbongkar.
Termasuk salah satunya pelecehan seksual yang dilakukan sang ayah terhadap dua anaknya. Tak terduga, satu rahasia terbuka akan memicu terbongkarnya rahasia baru lainnya bak bola api yang bergulir tanpa ampun. Dialognya seru dan cerdas, tipikal film Eropa.
4. The Quiet Girl (2022)

Sosok orangtua toksik juga bisa kamu temukan dalam film Irlandia, The Quiet Girl. Film ini mengikuti kehidupan Cait, bocah sembilan tahun yang dititipkan ke kerabat dekatnya mendekati kelahiran adik bungsunya. Cait hidup di tengah keluarga besar dan mirisnya lebih sering diabaikan. Di sekolah pun, ia kesulitan dapat teman karena sifat pemalu dan introvertnya.
Namun, di rumah sang kerabat, Cait akhirnya menemukan tempat yang nyaman. Perlahan ia membuka diri dan menemukan cinta serta kasih sayang yang hampir tak pernah ia dapat dari orangtua kandungnya sendiri. Sederhana, tetapi kontemplatif.
5. The Glass Castle (2017)

Diadaptasi dari sebuah memoar, The Glass Castle mengikuti kehidupan Jeannette dan beberapa saudaranya yang saat kecil harus hidup berpindah-pindah tanpa kejelasan mengikuti gaya hidup orangtuanya. Tak memiliki pekerjaan tetap, orangtua Jeannette juga punya riwayat kecanduan alkohol yang menyulitkan hidup mereka.
Jeanette dan saudara-saudaranya berhasil keluar dari kehidupan tak stabil itu saat dewasa. Namun, trauma dari sikap toksik orangtuanya pada masa lalu masih menghantui mereka. Bahkan secara tak langsung mempengaruhi cara mereka mengambil keputusan.
Sama seperti manusia biasa, orangtua juga bisa saja bersikap toksik. Sayangnya doktrin kalau orangtua selalu benar kadang mengalahkan akal sehat. Mereka juga bisa saja mengambil langkah atau memberi nasihat yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anaknya. Semoga film-film tadi bisa membuatmu lebih bijak melihat kehidupan.