6 Film Romantis yang Plotnya Bertumpu pada Dialog

Visual yang menawan dan adegan mesra sering didapuk jadi elemen terkuat dalam film romantis. Namun, bagaimana jadinya kalau film romantis justru didominasi adegan percakapan yang intens dan hampir tak terputus?
Apakah gak berisiko? Jawabannya ternyata tak seburuk yang kamu kira, lho. Enam film romantis berikut jalan ceritanya justru bertumpu pada dialog. Seperti apa eksekusinya?
1. Before Sunrise (1995)

Saat bicara dialog dalam film romantis, Before Sunrise langsung menyelinap dalam benakmu. Ia bisa dibilang salah satu pelopor film Hollywood yang memakai adegan percakapan sebagai alat bercerita. Tidak banyak adegan bombastis atau mesra berlebih, dua lakonnya dibiarkan bercengkrama seharian di kereta api dan jalanan kota Wina. Tidak membosankan, ramuan Richard Linklater ini justru sukses berat. Before Sunrise sampai punya 2 sekuel, Before Sunset dan Before Midnight yang memotret kelanjutan relasi dua sejoli itu.
2. A Summer’s Tale (1995)

Linklater bukan pelopor film romantis dengan dialog intens. Eric Rohmer mencetuskan ide ini lebih dulu. Buktikan sendiri lewat daftar filmografinya yang bejibun itu. Namun, kalau mau mencoba kenalan dengan gaya sinematiknya, A Summer’s Tale bisa jadi opsi terbaik. Film ini juga memotret pertemuan 2 orang asing saat liburan. Mereka berkenalan dan bercengkrama sambil menyusuri pantai dan tebing. Meski terdengar menenangkan, bakal banyak hal ngeselin yang kamu temukan dari percakapan mereka, terutama dari mulut si karakter pria yang oportunis.
3. Certified Copy (2010)

Percakapan bermakna juga jadi nyawa di film romantis karya Abbas Kiarostami, Certified Copy. Film dimulai dengan pertemuan seorang ibu tunggal dengan penulis favoritnya. Awalnya hanya meminta tanda tangan, mereka terlibat percakapan seru sampai-sampai tercetus ide untuk berkendara ke luar kota bersama. Di sini, percakapan makin seru, terutama setelah mereka mengamini asumsi seorang penjaga kafe yang mengira keduanya adalah pasutri.
4. Fremont (2024)

Terinspirasi film-filmnya Jim Jarmusch yang juga berat di dialog, Fremont adalah karya debut Babak Jalali yang cukup menarik, terutama buat pecinta film-film lambat nan minimalis. Film ini menggunakan perspektif Donya (Anaita Wali Zada), penerima suaka asal Afghanistan yang kini tinggal di Amerika Serikat. Kesehariannya monoton dan ia cenderung mengisolasi diri. Beberapa orang di sekitar Donya mencoba mendorongnya lebih sering bersosialisasi, sebuah hal sulit dan penuh momen kikuk, tetapi perlahan berjalan secara alamiah. Sebuah tugas dari pabrik tempatnya bekerja mempertemukannya dengan orang-orang yang tak ia sangka.
5. Shithouse (2020)

Shithouse adalah film debut Cooper Raif yang nyawanya terletak pada dialog. Raif memerankan sendiri lakonnya, mahasiswa baru bernama Alex. Tak kunjung bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya di perantauan, Alex mengalami kesepian akut. Sampai akhirnya, ia memaksa dirinya untuk menghadiri sebuah pesta dan bertemu dengan Maggie (Dylan Gelula). Mereka ngobrol panjang hampir semalaman. Sayangnya, beberapa waktu setelah itu, hubungan akrab mereka berubah. Bukannya makin erat, keduanya justru berjarak.
6. Materialists (2025)

Film terbaru Celine Song, Materialists, juga disebut salah satu film romantis yang berat di dialog. Ini pendekatan yang agak berbeda dengan Past Lives (2024) yang lebih kaya gestur dan timelapse ketimbang percakapan. Jalan ceritanya bertumpu pada adegan percakapan dan perdebatan para karakter yang terlibat dalam cinta segitiga. Adu visi dan pemikiran John (Chris Evans), Lucy (Dakota Johnson), dan Harry (Pedro Pascal) cukup seru dan bikin penonton ikut bimbang.
Meski dianggap elemen yang lumrah dalam film, membuat karya sinematik yang berat di dialog bukan perkara mudah. Ada teknik khusus yang harus dikuasai penulis naskah dan sutradara untuk membuat percakapan yang natural dan memikat. Kalau tidak, jangan kaget kalau penonton bakal bosan. Apalagi pesaing film masa kini adalah video-video pendek di media sosial.