5 Film Slow Thriller Atmosferik, Ngerinya Beda

- In A Violent Nature (2024): Film pertama slow thriller, atmosferik dengan sudut pandang pelaku
- Once Upon A Time in Anatolia (2011): Memukau dengan penampakan alam megah, berdurasi 157 menit
- Mandy (2018): Nicolas Cage memerankan pria yang balas dendam, tidak ada aksi kejar-kejaran cepat
Beberapa waktu belakangan, slow cinema (sinema berlaju lambat) jadi semacam komoditas favorit dalam industri film. Didorong kehadiran beberapa distributor film arthouse yang merambah arus utama seperti A24, NEON, dan Shudder, film-film lambat menemukan pencinta barunya. Ternyata, laju lambat tidak seburuk yang kita bayangkan. Ia justru jadi kekuatan dan pengalaman yang berbeda.
Menariknya, slow cinema juga merambah genre thriller, lho. Burning (2018) adalah salah satu slow thriller yang dimaksud. Atmosferik, sarat adegan statis dan long-shot, tetapi tidak kehilangan efek ngeri dan tegangnya. Kalau kamu mengaku penggemar Burning, coba tonton film slow thriller berikut, deh!
1. In a Violent Nature (2024)

Film pertama yang bisa kamu tonton untuk mengenal slow thriller adalah In A Violent Nature. Memadukan gaya produksi slow cinema yang atmosferik dengan gore, kamu bakal dibuat terkejut dengan sudut pandang yang dipakai sang sineas. Tidak seperti film thriller biasa yang mengikuti sudut pandang korban, film garapan Chris Nash ini justru menggunakan perspektif si pelaku. Asal usulnya bakal terbongkar di tengah cerita dan bikin film lebih hidup. Ada beberapa plot hole, sih, tetapi film berdurasi 94 menit ini ideal buat yang belum biasa nonton sinema lambat.
2. Once Upon a Time in Anatolia (2011)

Once Upon a Time in Anatolia adalah slow thriller yang bakal bikin kamu ternganga dengan penampakan alamnya yang megah. Disyuting dengan teknik pan shot, film ini secara sengaja memperkenalkan bentang alam tempat pembunuhan kepada penonton. Berkejaran dengan waktu, aparat dan pelaku harus menemukan lokasi pasti di mana jenazah korban dikubur. Tipikal film-filmnya Nuri Bilge Ceylan yang berdurasi panjang, kamu butuh 157 menit untuk menyelesaikannya.
3. Mandy (2018)

Coba juga salah satu film indepedennya Nicolas Cage berjudul Mandy. Dipasangkan dengan Andrea Riseborough, Cage memerankan pria yang hidup di sebuah kabin di tengah hutan yang lengang bersama kekasihnya. Ketenangan dua sejoli itu terusik ketika tak sengaja berpapasan dengan kelompok kultus dan membuat mereka tersinggung. Saat salah satu dari dua sejoli itu terbunuh, sang kekasih tergerak untuk membalas dendam. Meski premis film thriller-nya berupa revans, jangan harap kamu akan disuguhi aksi kejar-kejaran dengan laju cepat.
4. First Reformed (2017)

First Reformed adalah film thriller-psikologi yang juga menggunakan pendekatan slow cinema dalam proses produksinya. Ethan Hawke memerankan Pendeta Troller yang bekerja di salah satu gereja lawas di sebuah kota kecil di Amerika Serikat. Gereja itu minimalis dan jamaatnya pun tak seberapa. Dikenal dengan sikap dan ekspresi stoiknya, Troller ternyata menyimpan ketidaknyamanan dan keresahan yang cukup dalam. Ia sadar kalau dirinya munafik dan pesimis dengan masa depan peradaban manusia, tetapi tak banyak yang bisa dilakukannya. Rasa jijik dan kalutnya lambat laun menciptakan destruksi dalam diri dan orang di sekitarnya.
5. High Life (2018)

High Life adalah salah satu film slow thriller yang diakusisi A24. Disusun dengan konsep nonlinear, filmnya mengikuti dinamika kehidupan para napi yang dikirim ke luar angkasa untuk misi tertentu. Mereka dijadikan kelinci percobaan dan dilarang membangun koneksi dengan sesamanya. Berbagai penyimpangan terjadi, bahkan dilakukan sendiri oleh salah satu ilmuwan yang memimpin misi itu. Penuh adegan brutal, tetapi dikemasnya dengan laju lambat dan nuansa atmosferik yang mengecoh.
Kelima film tadi adalah contoh ketika thriller dikemas ala slow cinema. Sebuah pendekatan yang cukup ganjil mengingat slow cinema biasanya dipakai untuk mengemas sinema slice of life yang menenangkan atau romansa yang melankolis. Ngerinya tetap terasa, tetapi beda dengan film thriller biasa. Bagaimana menurutmu? Apakah ini perpaduan yang seru atau justru aneh?