Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film tentang Sensor terhadap Seniman, Deja Vu?

Buena Vista Social Club (dok. Janus Films/Buena Vista Social Club)
Buena Vista Social Club (dok. Janus Films/Buena Vista Social Club)

Pada Kamis (20/2/2025) video klarifikasi dan permintaan maaf band indie Sukatani kepada Polri perkara lagu mereka yang berjudul 'Bayar Bayar Bayar' menghebohkan media sosial. Ini mengingatkan kita pada kebijakan sensor dan pembredelan terhadap karya seni yang biasa terjadi di negara yang tak menganut demokrasi. Miris dan traumatis, ternyata ini bukan pertama kalinya. 

Dalam sejarah, pembatasan terhadap karya seni dan seniman juga pernah terjadi di berbagai tempat. Bahkan didokumentasikan dalam bentuk film. Cek 5 film tentang sensor terhadap seniman berikut sebagai buktinya. 

1. Buena Vista Social Club (1999)

Buena Vista Social Club (dok. Janus Films/Buena Vista Social Club)
Buena Vista Social Club (dok. Janus Films/Buena Vista Social Club)

Buena Vista Social Club adalah film dokumenter garapan sutradara senior Wim Wenders yang mencoba menyusuri jejak grup musik yang punya pengaruh besar dalam melestarikan musik jazz Kuba. Berdiri pada 1996, mereka terdiri dari beberapa musisi senior yang pernah berjaya pada 1940-an dan awal 1950-an alias sebelum disensor seiring dengan revolusi yang diinisiasi Fidel Castro dan Partai Komunisnya. Selama kepemimpinannya, Castro melarang musik jazz karena dianggap sebagai bagian dari proyek imperialisme Amerika. 

2. No Bears (2022)

film No Bears (dok. Janus Films/No Bears)
film No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

No Bears adalah film termutakhir Jafar Panahi yang dibuatnya dengan format mockumentary. Panahi memerankan sendiri lakon film ini, seorang sutradara Iran yang dilarang membuat film di negaranya sendiri.

Tak kehabisan akal, ia pun mencoba melanjutkan proyeknya dari sebuah desa di perbatasan Iran-Turki. Namun, dalam prosesnya, ia justru tak sengaja terjebak dalam konflik pelik di desa tempatnya tinggal sementara itu. 

3. 3 Faces (2018)

film 3 Faces (dok. Kino Lorber/3 Faces)
film 3 Faces (dok. Kino Lorber/3 Faces)

Beberapa tahun sebelumnya, Panahi pernah membuat film serupa dengan judul 3 Faces. Berformat dokufiksi, ia mengaburkan batas antara realitas dengan fiktif lewat perjalanan menemui beberapa perempuan di desa-desa terpencil di Iran.

Perempuan-perempuan yang ia temui itu punya satu masalah sama, yakni dibatasi aspirasinya jadi seniman. Ada aktris dan penyanyi yang kini memilih untuk mengubur mimpinya karena alasan politik, adat, dan trauma masa lalu.  

4. The Lives of Others (2006)

The Lives of Others (dok. ARTE/The Lives of Others)
The Lives of Others (dok. ARTE/The Lives of Others)

Seorang agen Stasi (polisi rahasia Jerman Timur) ditugaskan mengawasi sepasang seniman yang mereka curigai tidak setia pada negara. Namun, bukannya menemukan bukti atas kecurigaan itu, sang agen justru terdorong untuk mempertanyakan keabsahan dan kewarasan institusi yang dibelanya. Salah satu yang mengganggu benaknya adalah data kasus bunuh diri di negara itu yang tak pernah dipublikasikan. 

5. No Other Land (2024)

No Other Land (dok. Berlinale/No Other Land)
No Other Land (dok. Berlinale/No Other Land)

No Other Land adalah film dokumenter yang dibuat 4 sineas dan aktivis Palestina dan Israel. Inti filmnya adalah dokumentasi penyalahgunaan kekuasaan dan pemindahan paksa warga Palestina dari Tepi Barat oleh rezim zionis Israel.

Mereka butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan film ini karena berbagai halangan, seperti perusakan dokumentasi. Setelah hasil finalnya jadi pun, mereka masih harus menghadapi berbagai upaya sensor termasuk kesulitan dapat distributor di beberapa negara. 

Pernah terjerembab dalam rezim diktator selama lebih dari 3 dekade, sudikah kamu kembali ke era gelap itu? Beberapa upaya pembatasan kebebasan berekspresi selama beberapa bulan ke belakang ditambah kelima film soal sensor tadi harusnya bisa jadi alarm untuk kita. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us