Horor Psikologis: Ketakutan yang Menyelinap dalam Pikiran Manusia

Sesuai prediksi banyak orang, film terbaru Joko Anwar yang berjudul Siksa Kubur bukan hanya sukses secara komersial, melainkan selalu menjadi bahan diskusi atau perdebatan mereka yang sudah menontonnya. Hanya dalam waktu empat hari film ini berhasil tembus satu juta penonton! Teori-teori bermunculan, termasuk penjelasan soal ending film yang membingungkan. Joko Anwar berhasil menetapkan standar baru dalam film horor Indonesia. Mengangkat sebuah genre yang dikenal sebagai horor psikologis. Apa itu? Simak yuk!
Horor psikologis adalah genre yang tidak hanya mengejutkan melalui adegan-adegan menakutkan atau makhluk-makhluk supranatural, tetapi juga menyelami kedalaman psikologis manusia untuk menciptakan ketakutan yang meresap ke dalam pikiran penonton atau pembaca. Dalam horor psikologis, kengerian tidak hanya datang dari luar, tetapi juga berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Ada lima kekuatan yang membedakan genre ini dengan genre lainnya. Apa saja? Mari kita simak!
1. Mampu menciptakan ketegangan

Kekuatan horor psikologis adalah kemampuannya untuk menciptakan ketegangan yang terasa di dalam diri penonton atau pembaca. Daripada mengandalkan adegan-adegan darah dan kekerasan yang berlebihan, horor psikologis menggunakan ketidakpastian, ketegangan, dan atmosfer yang gelap untuk membangun kengerian yang lebih mendalam.
Contohnya, dalam film The Shining karya Stephen King, kengerian berasal dari isolasi yang diperjuangkan oleh karakter utamanya, serta dari perubahan psikologis yang mengerikan yang terjadi pada dirinya.
2. Memanfaatkan rahasia

Selain itu, horor psikologis sering kali memanfaatkan rahasia dan ketidakmengertian untuk menciptakan ketegangan yang kuat. Misalnya, dalam film Psycho karya Alfred Hitchcock, ketakutan berasal dari misteri di balik identitas dan motif sang antagonist, Norman Bates.
Penonton digiring untuk merenungkan tentang sifat kemanusiaan yang gelap dan potensi kejahatan yang ada di dalam diri manusia.
3. Karakterisasi yang kuat

Karakterisasi yang kuat juga menjadi elemen kunci dalam horor psikologis. Penonton sering merasa terhubung dengan karakter-karakter yang kompleks, dan melihat kengerian yang mereka alami sebagai cerminan dari ketakutan atau ketidaksempurnaan dalam diri mereka sendiri.
Misalnya, dalam film Black Swan, karakter utama Nina menghadapi kengerian dari tekanan yang dia rasakan untuk menjadi sempurna, serta dari pertarungan batin yang dia alami dengan sisi gelap dalam dirinya.
4. Meninggalkan ketidakpastian

Ketidakpastian juga merupakan alat yang kuat dalam horor psikologis. Alih-alih memberikan penjelasan yang jelas atau resolusi yang memuaskan, horor psikologis sering kali meninggalkan beberapa pertanyaan tanpa jawaban, meninggalkan penonton atau pembaca dalam kegelapan pikiran yang meresap.
Misalnya, dalam cerita pendek The Lottery karya Shirley Jackson, pembaca ditinggalkan dengan pertanyaan tentang alasan di balik tindakan mengerikan yang dilakukan oleh masyarakat fiksi yang digambarkan dalam cerita tersebut.
5. Menggali ketakutan universal

Horor psikologis juga mampu menggali ke dalam ketakutan yang universal, seperti ketakutan akan kesendirian, hilangnya kendali, atau ketidakmampuan untuk membedakan antara realitas dan khayalan.
Hal tersebut menciptakan rasa ketidaknyamanan yang berkelanjutan yang melekat pada psikologi manusia. Misalnya, dalam film The Babadook, ketakutan berasal dari konflik internal karakter utama, Amelia, yang harus berjuang melawan kegelapan dalam dirinya sendiri.
Secara keseluruhan, horor psikologis adalah genre yang mampu menciptakan kengerian yang mendalam dan meresap ke dalam pikiran penonton atau pembaca. Dengan menggunakan ketidakpastian, rahasia, karakterisasi yang kuat, dan ketakutan yang universal. Horor psikologis mengundang penonton atau pembaca untuk merenungkan tentang sisi gelap dalam diri manusia dan menghadapi ketakutan yang tersembunyi di dalam diri mereka sendiri.