Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mr. Terrific di film Superman (dok. Warner Bros/Superman)

Seiring dengan pergeseran kultur dan ideologi ke arah progresif (woke), kita makin sering disuguhi karakter pria dalam film yang merefleksikan kualitas-kualitas maskulinitas positif. Biasanya mereka digambarkan sebagai sosok yang punya manajemen emosi yang baik, mampu berempati, memperlakukan orang dengan penuh respek, dan tak malu menunjukkan kerentanannya.

Beberapa karakter utama dalam film seperti Calum (Paul Mescal) di Aftersun (2022), Hirayama (Koji Yakusho) dalam film Perfect Days (2023), Profesor Keating (Robin Williams) dari Dead Poets Society (1989), dan Paul Hunham (Paul Giamatti) di The Holdovers (2024) adalah beberapa contohnya. Namun, karakter-karakter inspiratif yang bisa jadi role model itu juga bisa kamu temukan di tepian. Meski bukan lakon, sifat positif mereka bikin meleleh banyak orang. Berikut beberapa karakter pendukung yang cerminkan maskulinitas positif dalam film-film kontemporer.

1. Mr. Terrific dalam Superman (2025)

Superman (dok. Warner Bros/Superman)

Sejak awal kemunculannya, Superman/Clark Kent jadi semacam ikon maskulinitas positif dalam sejarah perfilman. Apalagi karakternya juga beda dengan pahlawan super lain: kikuk, lebih sentimental, dan melankolis. Itu berhasil dihidupkan dalam film Superman versi James Gunn yang rilis 2025. Menariknya, gak berhenti di sosok lakon, karakter pendukung di film itu, Mr Terrific (Edi Gathegi) juga punya kualitas-kualitas serupa. Ia memang tipe pria yang tak ekspresif, tetapi mampu berempati, berpikir dengan kepala dingin, dan punya insting untuk melindungi.

2. Vincent dalam Anatomy of a Fall (2023)

Anatomy of a Fall (dok. NEON/Anatomy of a Fall)

Sosok lain yang sempat jadi sensasi di internet adalah Vincent dari film Anatomy of a Fall. Diperankan Swann Arlaud, Vincent diceritakan sebagai pengacara yang suportif dan selalu menunjukkan respek yang tinggi terhadap kliennya, Sandra (Sandra Hüller). Ia benar-benar diciptakan sebagai karakter yang mendobrak karakter pria konvensional dalam film. Apalagi dalam kasus pembunuhan yang dibahas di film itu, bias gender jadi salah satu topik yang mempengaruhi jalannya persidangan.

3. Joe di film Sound of Metal (2019)

Sound of Metal (dok. Amazon Studios/Sound of Metal)

Film nomine Oscar lain, Sound of Metal juga punya karakter pendukung yang menarik. Joe namanya, diperankan oleh aktor senior Paul Raci. Ia digambarkan sebagai ketua komunitas bisu tuli yang menampung si lakon film, Ruben (Riz Ahmed) memulihkan diri setelah kehilangan pendengarannya secara mendadak. Agensi Joe dalam film ini cukup unik dan mendobrak tradisi. Ia memberikan ruang aman bagi Ruben dan orang-orang senasib untuk berdamai dengan kenyataan dan menerima kerentanan mereka. Ini adalah manuver dari tradisi konvensional dalam film di mana karakter pria biasanya dituntut untuk memperbaiki keadaan secepat dan sebaik mungkin.

4. Arthur dalam film Past Lives (2023)

Past Lives (dok. A24/Past Lives)

Jangan lupakan Arthur (John Magaro) dalam film Past Lives. Digambarkan sebagai suami sah Nora (Greta Lee), Arthur dengan ikhlas mempersilakan istrinya untuk bertemu dengan sahabat masa kecil yang juga cinta pertamanya. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan siapa saja. Perlu intelijensi emosi yang tinggi, kepercayaan, dan perasaan secure (cukup) dalam dirinya. Hae Sung (Tae Yoo) boleh saja jadi karakter favoritmu, tetapi Arthur layak dapat apresiasi tinggi di sini.

5. Hec di film Hunt For The Wilderpeople (2016)

Hunt for Wilderpeople (dok. New Zealand Film Commission/Hunt for Wilderpeople)

Hector atau Hec (Sam Neill) adalah karakter dengan evolusi paling menarik di film komedi Hunt For The Wilderpeople. Bersama istrinya, ia mengadopsi bocah bernama Ricky (Julian Dennison). Namun, ia awalnya tak menampakkan antusiasme saat si bocah datang. Sampai akhirnya, si istri meninggal mendadak karena serangan jantung dan Ricky khawatir ia akan dikembalikan ke panti asuhan. Merasa iba, Hec akhirnya membantu Ricky menghindari pihak berwajib dan lambat laun membentuk ikatan dengan bocah itu. Hec adalah sosok yang mencerminkan arketip pria maskulin, suka berburu dan punya kemampuan survival di atas rata-rata. Namun, ia menyeimbangkannya dengan empati dan keinginan untuk melindungi.

Sepertinya kemunculan karakter-karakter yang menguarkan kualitas maskulinitas positif punya irisan besar dengan tren tenderness dalam film-film kontemporer. Ketimbang fokus pada kekerasan dan machismo, banyak sineas yang bermanuver bikin film dengan pendekatan melankolis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team