Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
poster film Transformers: Rise of the Beasts (dok. Paramount Pictures/Transformers: Rise of the Beasts)

Setelah sukses mengubah pandangan kritikus lewat Bumblebee (2018), seri film Transformers akhirnya merilis film ketujuhnya, Transformers: Rise of the Beasts (2023). Rilis di bioskop Indonesia sejak Rabu (7/6/2023), film arahan Steven Caple Jr. (Creed II) ini langsung disambut antusias oleh penggemar yang telah menanti selama lima tahun.

Hal tersebut terbukti dari beragamnya review yang diterima film Transformers: Rise of the Beasts. Banyak yang memuji cara sang sutradara dalam mengemas aksi pertarungan robot yang sudah menjadi ciri khasnya. Namun, tak sedikit pula yang mengkritik tempo penceritaannya yang dinilai tak semulus Bumblebee.

Untuk lebih meyakinkanmu sebelum menontonnya, simak dulu lima kelebihan dan kekurangan film Transformers: Rise of the Beasts di bawah ini. Salah satunya terkait dengan karakter Autobots baru bernama Mirage (Pete Davidson), lho!

1. Tak perlu menonton semua film Transformers untuk bisa mengikuti Rise of the Beasts

adegan dalam film Transformers: Rise of the Beasts (dok. Paramount Pictures/Transformers: Rise of the Beasts)

Seperti yang kamu tahu, pertarungan antara Autobots dan Decepticons selalu menjadi benang merah dari semua seri film Transformers. Selaku sekuel standalone dari Bumblebee (2018) dan prekuel dari Transformers (2007), Transformers: Rise of the Beasts memodifikasi "benang merah" tersebut dengan memperkenalkan dua faksi robot baru kepada penonton, yakni Maximals dan Terrorcons.

Jangan khawatir, sekalipun belum pernah menyaksikan enam film sebelumnya dan seri animasi Beast Wars—yang menginspirasi alur cerita film ini—pengenalan di opening sudah lebih dari cukup untuk membuat penonton mengerti siapa kawan dan siapa lawan. Terlebih lagi, film Transformers: Rise of the Beasts juga menampilkan villain baru yang lebih kejam dari Megatron, yakni Unicron (Colman Domingo).

2. Hadirkan karakter manusia yang lebih relevan dari film-film sebelumnya

Anthony Ramos dan Dominique Fishback dalam film Transformers: Rise of the Beasts (dok. Paramount Pictures/Transformers: Rise of the Beasts)

Tak bisa dimungkiri, di samping karakter robot, karakter manusia juga menjadi salah satu elemen penting dalam seri film Transformers. Jika pendahulunya punya Sam Witwicky (Shia LaBeouf), Cade Yeager (Mark Wahlberg), dan Charlie Watson (Hailee Steinfeld), maka Transformers: Rise of the Beasts memiliki Noah Diaz (Anthony Ramos).

Dalam film Transformers: Rise of the Beasts, pertemuan Noah dengan para Autobots memang tampak seperti sebuah ketidaksengajaan. Namun, latar belakang karakternya—seorang mantan tentara yang berasal dari kalangan menengah ke bawah dan sedang berjuang untuk menafkahi keluarganya—membuat Noah mempunyai urgensi dan motif yang jauh lebih kuat dari ketiga protagonis sebelumnya.

Begitu pun dengan Elena Wallace (Dominique Fishback), si peneliti artefak. Melengkapi karakter female sidekick macam Mikaela (Megan Fox), Carly (Rosie Huntington-Whiteley), Tessa (Nicola Peltz), dan Viviane (Laura Haddock), Elena berhasil menghilangkan stereotip damsel in distress yang melekat pada karakter perempuan di waralaba ini lewat pengetahuannya.

3. Jajaran pengisi suara berikan "nyawa" pada karakter robot, Pete Davidson jadi scene stealer!

adegan dalam film Transformers: Rise of the Beasts (dok. Paramount Pictures/Transformers: Rise of the Beasts)

Bukan seri film Transformers namanya kalau tak menghadirkan aktor-aktor kondang sebagai pengisi suara para robot. Peter Cullen, pengisi suara Optimus Prime di enam film sebelumnya, kembali dalam Transformers: Rise of the Beasts. Bedanya, kali ini Cullen menghadirkan karakter Prime yang jauh lebih kompleks dengan watak keras dan trust issue-nya kepada manusia.

Membawakan dua pemimpin faksi robot baru, yakni Scourge (Terrorcons) dan Optimus Primal (Maximals), Peter Dinklage dan Ron Perlman sama-sama bersinar. Sementara Dinklage meyakinkan sebagai villain yang mengintimidasi, Perlman memberikan kelembutan dan kesan human protector melalui suaranya.

Ketiga robot pemimpin tersebut mampu memancarkan ciri khasnya masing-masing berkat penjiwaan yang ciamik dari Cullen, Dinklage, dan Perlman. Namun, bintang sesungguhnya dari Transformers: Rise of the Beasts adalah Mirage yang disuarakan oleh Pete Davidson.

Mempunyai pengalaman selama delapan tahun di Saturday Night Live (SNL), Davidson tahu benar bagaimana membuat penonton jatuh cinta dengan karakter Autobots yang satu ini lewat celotehannya yang menghibur. Layak banget jadi "the next Bumblebee"!

4. Pertarungan antar robotnya masih seru, meski CGI terlihat keruh

adegan dalam film Transformers: Rise of the Beasts (dok. Paramount Pictures/Transformers: Rise of the Beasts)

Jika kamu sempat kecewa dengan Bumblebee (2018) yang lebih mengedepankan drama coming-of-age alih-alih aksi bombastis, maka Transformers: Rise of the Beasts adalah film yang tepat untukmu. Serangkaian pertarungan robot, mulai dari momen perebutan Kunci Transwarp di museum Brooklyn sampai third act ala Avengers: Endgame (2019) di Peru, semuanya dikemas oleh Steven Caple Jr. dengan sangat mengesankan.

Namun, hal yang mengganggu justru datang dari departemen efek visual. Beberapa CGI yang diterapkan (terutama pada tampilan para Maximals) terlihat kasar dan tidak menyatu dengan baik pada latar sekitarnya. Menurut penulis, jika dibandingkan dengan Age of Extinction (2014) dan The Last Knight (2017) yang mendapat ulasan lebih buruk, visual Transformers: Rise of the Beasts malah terlihat lebih hambar.

5. Petualangan yang disajikan generik, dampak berusaha keras menyaingi Bumblebee (2018)?

adegan dalam film Transformers: Rise of the Beasts (dok. Paramount Pictures/Transformers: Rise of the Beasts)

Meski rendah dalam segi perolehan box office (tertinggi masih dipegang oleh Dark of the Moon [2011] yang mengantongi 1,124 miliar dolar AS), Bumblebee (2018) merupakan satu-satunya seri film Transformers yang mendapat pujian (raih skor 91 persen di Rotten Tomatoes) atas naskah, chemistry dua karakter utamanya, dan kemampuan Travis Knight, selaku sutradara, dalam membangun sense of wonder.

Transformers: Rise of the Beasts seakan terinspirasi oleh pencapaian Bumblebee tersebut dengan menghadirkan interaksi menarik antara Noah dan Mirage. Namun, di sisi lain, film ini pun terkesan ingin mengadopsi ciri khas Michael Bay, sutradara lima film pertamanya, dengan menyuguhkan pertarungan robot yang intens dan mendebarkan.

Hasilnya, Transformers: Rise of the Beasts melupakan satu unsur penting yang wajib dipenuhi oleh film bergenre fantasi, yakni petualangan yang menarik. Padahal, banyak yang bisa dieksplorasi dari tema pencarian Kunci Transwarp yang menjadi fokus utamanya. Sayangnya, akibat naskah yang setengah matang, petualangannya pun berakhir membosankan.

Dari segi penceritaan, Transformers: Rise of the Beasts memang belum bisa menyaingi Bumblebee (2018) yang tampil solid. Begitu pula dengan efek visualnya yang tampak seperti penurunan dari lima judul pertamanya.

Namun, sebagai sebuah popcorn movie, film ketujuh dari seri film Transformers ini tetap menawarkan hiburan lewat aksi pertarungan robot yang intens. Apalagi, post-credits scene film Transformers: Rise of the Beasts juga mengisyaratkan perluasan universe yang jauh lebih besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team