Didukung Penuh Netflix, Kenapa Abadi Nan Jaya Jadi Film Bukan Series?

Jakarta, IDN Times - Setelah sekian lama dinanti, Netflix Indonesia akhirnya merilis trailer perdana Abadi Nan Jaya, sebuah film bertema zombi yang digarap oleh sutradara Kimo Stamboel. Film ini jadi kolaborasi perdana Kimo dengan Netflix dan film zombi pertama yang dibuat Netflix Indonesia.
Cuplikan perdananya bikin merinding hingga menaikkan ekspektasi netizen, muncul pertanyaan, kenapa ya gak dibikin jadi serial aja yang panjang? Sang penulis dan sutradara pun menjelaskan alasan mengapa cerita ini diputuskan untuk menjadi sebuah film alih-alih series atau serial yang juga punya banyak penggemarnya.
1. Dukungan penuh Netflix untuk film Abadi Nan Jaya

Berbicara tentang produksi orisinal Netflix, pelanggan platform streaming ini tahu betul skalanya selalu gak main-main. Lewat film dan series berkualitas tinggi yang sudah tayang bisa dibayangkan keseriusan Netflix dalam berinvestasi memproduksi karya-karya orisinal. Kimo pun mengakui mendapat dukungan penuh untuk mewujudkan 'banyak maunya' di film Abadi Nan Jaya ini.
"Kalau Netflix apa yang saya kerjakan, apa yang saya tulis, mereka selalu bisa keep up itu. Saya beruntung bisa memasukkan proyek ini ke sini," katanya kepada IDN Times dalam sesi roundtable acara "Next on Netflix" di Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2025).
2. Seberapa besar skala produksinya?

Meski tidak menjabarkan secara rinci, Kimo menceritakan, film ini diisi lebih dari 150 zombi lengkap dengan segala detailnya. Semua orang yang terlibat, termasuk extras, dirias detail demi mendapatkan visual yang real.
"Enggak sih gak seribuan, ratusan tapi banyak banget dan semua lumayan detail (make-up-nya). Again, karena Netflix memberikan wadah kita untuk take your time melihat detail segala macam jadi kita masih bisa mengerjakan hal tersebut," jelasnya.
"Udah pasti ada CGI, pokoknya campuran ada yang real, prostetik, segala macam. Itu udah pasti ada. Tapi ya, kita, saya melihatnya harus real. Kita gak bisa tuh. Kita cuma punya 10 orang, tapi harusnya ada 100 (zombi, red.) gitu. Ya gak bisa. Harus 100. Harus real 100," tambah Kimo.
3. Lalu kenapa Abadi Nan Jaya dijadikan film, bukan series?

Meski mendapat dukungan penuh baik dari sisi skala produksi maupun keluwesan membangun dunianya, Kimo Stamboel mengatakan, format serial dirasa kurang cocok dengan ceritanya, sebab akan jadi terlalu panjang dan melebar.
"Dengan title ini, lebih cocok ceritanya kita masukkan ke layar lebar yang gak perlu kita stretch jadi sebuah series, jadi lebih padat," ujarnya.
Namun, Kimo tak menampik kemungkinan untuk menceritakan karakter atau hal lain dari Abadi Nan Jaya di film lainnya jika ada kesempatan lagi.
"Kayak sesuatu yang tadinya kita mau push gitu, terus mikir, 'Wah kalau kita melakukan adegan ini, kayaknya kegedean. Bisa keserok semua ke situ.' Ya udah deh itu kita kecilin. Kita cuma segitu aja. Nanti mungkin insya Allah kalau dikasih kesempatan ada yang kedua gitu ya, 'Oh oke kita mungkin bikin di situ gitu,'" jelasnya.
Ketika ditanya apakah sudah ada rencana untuk membuat sekuel atau spin-off, Kimo enggan memberi jawaban pasti.
"Kalau dari segi cerita sih kita dari awal tahu gitu, kayak, oh sebenarnya bisa banget, ini bisa banget sini-sini (dieksplorasi, red.). Cuman untuk apakah iya dan tidaknya kita belum tahu. Belum tahu pokoknya," jawabnya sambil tertawa.
Netflix juga belum mengumumkan jadwal tayang film Abadi Nan Jaya. Sabar, ya!