Kupas Tuntas Pembuatan Film Sleep Call, Fajar Nugros Ikut Pinjol!

Sleep Call merupakan film suspense thriller garapan sutradara Fajar Nugros yang akan mulai dirilis pada 7 September 2023 mendatang. Film produksi IDN Pictures ini menceritakan tentang Dina (Laura Basuki) yang terjebak di pinjaman online (pinjol) ilegal. Untuk melunasi utang-utangnya, Dina pun bekerja di perusahaan pinjol tersebut sebagai staf pemberi dan penagih utang
Di balik kisah yang ditampilkan dalam film Sleep Call, Fajar Nugros dan produser Susanti Dewi ingin menceritakan behind the scene-nya. Dalam exclusive junket documaking Sleep Call, para kru mengupas lebih mendalam tentang proses di balik pembuatan filmnya berikut ini.
1. Ketakutan Fajar Nugros digambarkan dalam karakter Dina
Sosok Dina dalam film Sleep Call memiliki ketakutan tersendiri. Bagaimana tidak, kariernya hancur dan ia masih harus melunasi utang-utangnya di pinjol. Tak memiliki pilihan lain untung melunasi utangnya, Dina pun terpaksa bekerja di perusahaan pinjol tersebut sebagai staf yang menawarkan, memberikan, serta menagih utang para debitur.
Ketakutan mengenai tidak adanya pilihan yang bisa diambil, sehingga terpaksa melakukan suatu hal rupanya menjadi ketakutan yang dimiliki Fajar Nugros. Hal itu juga terjadi dalam kehidupan kariernya sebagai seorang sutradara.
"Sebelum bergabung dengan IDN Pictures saya hanya bisa menerima naskah dan disesuaikan dengan keresahan saya, sehingga saya pun mau gak mau melakukan itu (membuat film sesuai naskah yang diberikan)", ujar laki-laki yang juga kerap disapa Mas Nugros itu.
Lewat karakter Dina, Fajar mencoba untuk menggambarkan jika di dunia ini ada orang-orang yang terpaksa melakukan sesuatu, karena mereka tidak punya pilihan lagi. Meski itu menjadi suatu hal yang menakutkan, tapi karena tidak ada pilihan lain, mau tidak mau harus tetap dilakukan.
"Ketakutan karakternya adalah ketakutan yang saya rasakan", lanjutnya.
2. Survei ala Fajar Nugros, nekat ngutang di pinjol untuk ikut merasakan karakter di Sleep Call
Fajar Nugros mengaku, jika karakter utamanya tadi awalnya akan berprofesi sebagai arsitek. Namun, profesi itu tak jadi diambil karena dianggap kurang dalam. Ia pun akhirnya mendapat ide untuk membuat karakternya berhubungan dengan pinjaman online alias pinjol. Di mana kala itu juga sedang marak terjadi hal-hal tidak mengenakan dari sisi debitur pinjol.
Tak punya pengetahuan mengenai lika-liku pinjaman online membuat Fajar Nugros bertanya lewat cuitan di Twitter kepada para followers-nya. Dari sanalah ia mendapat komentar yang mengarahkannya untuk mewawancarai narasumber yang terlibat dalam pinjol ilegal.
Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Fajar pun mencoba jadi debitur dari pinjol tersebut. Ia mengaku berutang kepada pinjol tadi dan ingin tahu, bagaimana rasanya diteror hingga reaksi seperti apa yang seharusnya didapatkan.
"Saya ngutang di pinjol dan itu benar-benar diteror, ditelepon, di-SMS. Ketika saya dapat SMS (penagihan), saya bagikan kepada semua kru biar mereka juga ikut merasakannya", ungkap Fajar Nugros.
3. Konsep karakter di Sleep Call disesuaikan dengan Indonesia yang ramah, tapi juga 'sadis'

Rukman Rosadi sebagai acting coach di Sleep Call mengatakan, jika Fajar Nugros sebenarnya adalah sosok yang selalu ingin menjangkau sisi-sisi tersembunyi yang ada di Indonesia. Di mana pada faktanya hal tersebut sama-sama kita ketahui, tapi kita memilih untuk tidak tahu.
Rukman Rosadi memberi contoh karakter masyarakat Indonesia yang terkenal akan keramahannya di dunia. Namun, di lapangan nyatanya Indonesia menjadi negeri yang sangat "sadis". Hal itulah yang pada akhirnya menjadikan Indonesia sebagai perpanjangan tangan dari devide et impera, menurut Rukman Rosadi. Itulah mengapa, sense dari devide et impera tadi harus dibuang, agar bisa terbebas dari praktik-praktik kekerasan.
"Diskusi itulah yang kerap kali dilakukannya bersama Fajar Nugros, hingga mencapai titik konfrontatif terhadap level karakter di film Sleep Call", ungkap sosok yang kerap disapa Mas Rosa itu.
Konsep karakter yang ramah dan penuh senyuman, tapi juga ada sisi gelap dari kesadisan itulah yang akan terlihat dari setiap karakter di Sleep Call.
4. Sleep Call angkat konsep kesakitan yang indah
Sisi gelap tadi itu juga menjadi konsep yang diangkat dalam film Sleep Call. Menurut Wendy Aga, director of photography Sleep Call, ia ingin mengangkat sisi gelap yang bisa dirasakan oleh setiap penonton.
"Aku ingin memberikan (visual) Sleep Call sebagai kesakitan yang indah", pungkas Wendy Aga.
Wendy Aga tak ingin gambar di filmnya dibuat dengan pencahayaan yang gelap, demi bisa menciptakan sisi gelap tadi. Namun, ketika ada orang yang bisa ikut merasakan apa yang terjadi di film Sleep Call.
"Film Sleep Call memang tidak aku bikin gelap (secara visual). Kesakitannya itu bukan di mata, tapi orang akan terganggu antara otak kecil dan perasaannya", tutup Wendy Aga.
5. Pendekatan yang realistis jadi kunci utama sinematografi di film Sleep Call
Selain konsep, pendekatan lain yang ingin diperlihatkan dari sisi sinematografi Sleep Call adalah kesan realistis. Salah satu caranya adalah dengan melihat, apa saja latar belakang yang dimainkan dalam film Sleep Call, seperti ilusi hingga delusi.
"Aku coba cari apa itu ilusi, delusi, sampai ke paranoid karena di sini ada permainan perasaan", ujar Wendy Aga.
Selain itu, ia juga menambahkan kesa-kesan lain lewat color base yang juga didiskusikan bersama penata artistik film Sleep Call. Wendy Aga mengaku, jika ia tidak mau permainan warna di dalam film terjadi secara tiba-tiba. Namun, harus ada memori yang bisa mendasarkan hal tersebut.
"Aku bilang sama Angel, aku gak mau warna-warna itu tiba-tiba ada. Harus ada memori yang melandaskan hal itu", ungkap Wendy Aga.
Wendy memberi contoh mengenai color base tadi lewat adegan di film Sleep Call. Ada adegan di mana visualnya memiliki warna ungu. Sebelum adegan tersebut muncul, warna ungu tadi sudah terlihat di adegan saat Dina dan karakter lainnya sedang menghabiskan waktu di ruang karaoke.
6. Penataan artistik dibuat sedemikian rupa untuk memberitahu penonton tentang dunia para karakternya

Sinematografi tadi juga tak luput dari penataan artistik yang juga sama-sama ingin mengedepankan sisi realistis dalam filmnya. Angela Halim, penata artistik untuk film Sleep Call ini ingin memberitahu penonton mengenai emosi yang dirasakan para karakter, lewat "dunianya" masing-masing. Dunia yang dimaksud adalah latar belakang para karakter di film Sleep Call, seperti Dina yang tinggal di rusun sempit yang berisik.
"Kita harus kasih penonton emosi supaya mereka bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Dina, yaitu terhimpit dan terjebak",
Dalam penataan artistiknya, Angela dan tim menggunakan ruang-ruang yang bisa menambah kesan terhimpit dan terjebak tadi. Salah satunya adalah rumah yang ditempati Dina memiliki ruang gerak yang sempit.
"Contohnya rumahnya Dina, itu terlihat dalam behind the scene kalau space-nya sempit", ujar Angela Halim.
"Dunia" karakter Dina yang sempit itu berbeda dengan karakter-karakter lainnya. Sebab, tiap latar belakang karakter-karakter yang lain itu berbeda dengan Dina. Itulah mengapa, pada akhirnya lapisan-lapisan "dunia" tadi juga turut menciptakan latar belakang para karakternya.
Dalam proses pembuatannya Sleep Call tidak hanya dibuat berdasarkan isu yang ramai di kalangan para generasi muda. Namun, ada detail-detail teknik yang digunakan, demi menciptakan cerita yang berkualitas hingga mampu menawarkan emosi yang dalam kepada penonton.
Dilabeli sebagai film dengan batas usia di atas 21 tahun, menurut produser Susanti Dewi, Sleep Call telah dipastikan bisa ditonton oleh mereka yang berusia 17 tahun ke atas. Siap-siap datang ke bioskop, Sleep Call akan mulai tayang pada 7 September 2023.