Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Lagu ‘Berantem’ dari Anggota The Beatles, Saling Sindir Lewat Musik

John Lennon dalam video musik "Strawberry Fields Forever" (Youtube/TheBeatles)
John Lennon dalam video musik "Strawberry Fields Forever" (Youtube/TheBeatles)
Intinya sih...
  • John Lennon menyindir Paul McCartney lewat lagu 'How Do You Sleep?' setelah perpisahan The Beatles
  • Lagu 'Too Many People' milik Paul McCartney memicu balasan dari John Lennon
  • 'Sue Me, Sue You Blues' karya George Harrison sindir urusan hukum setelah bubarnya The Beatles

Siapa sih yang gak kenal The Beatles? Band asal Liverpool ini bukan cuma legendaris, tapi juga dianggap salah satu band paling berpengaruh sepanjang masa. Namun di balik lagu-lagu ikonik mereka, ternyata hubungan antar personilnya tuh gak selalu harmonis. Justru di balik itu semua, ada banyak ketegangan yang perlahan bikin mereka renggang satu sama lain.

Perpisahan The Beatles di tahun 1970 bukanlah perpisahan yang manis. Ada ego, konflik soal bisnis, perbedaan arah musik, hingga ketegangan personal yang menumpuk dari tahun ke tahun. Uniknya, rasa kesal dan kekecewaan itu gak cuma disimpan dalam hati atau diluapkan di media, tapi juga ditumpahkan lewat lagu. Apa saja lagu ‘berantem’ antar anggota The Beatles tersebut? Simak artikel ini sampai tuntas, yuk!

1. 'How Do You Sleep?' - John Lennon

Lagu ini bisa dibilang sebagai serangan langsung dari John Lennon ke Paul McCartney setelah The Beatles bubar. Dirilis di album Imagine (1971), liriknya pun pedas banget! John secara terang-terangan menyindir Paul dengan penggalan lirik seperti “The only thing you done was Yesterday”. Penggalan lirik itu jelas menyindir Paul, karena lagu “Yesterday” diciptakan olehnya. Lagu ini juga makin panas karena George Harrison ikut bantu mengisi slide gitar dalam lagu ini. Seperti menambah bensin ke api yang sudah nyala, ya!

Semua bermula dari lagu Paul yang berjudul 'Too Many People' yang dianggap John menyindir dirinya dan Yoko Ono. John yang waktu itu masih terbawa emosi karena bubarnya band dan hubungan yang makin renggang dengan Paul, akhirnya langsung bales lewat lagu ini. Meski belakangan John bilang ia nulis lagu itu karena sedang marah, hubungan mereka sempat membaik, kok!

2. 'Too Many People' - Paul McCartney

Kalau 'How Do You Sleep?' adalah serangan tajam dari John Lennon, maka 'Too Many People' milik Paul McCartney bisa dibilang sebagai pemicu awalnya. Dirilis di album Ram (1971), lagu ini sekilas terdengar seperti lagu biasa, tapi ternyata ada banyak sindiran tersembunyi buat John dan Yoko. Salah satu bagian lirik yang cukup nyolot adalah “You took your lucky break and broke it in two”, yang danggap menyindir keputusan John keluar dari The Beatles.

Waktu diwawancarai, Paul memang mengakui kalau ada ‘sedikit sindiran’ dalam lagu itu. Ia merasa John dan Yoko terlalu sok tahu dan sering ceramah tentang dunia dan kehidupan, padahal hubungan mereka sendiri itu rumit. Lagu ini seperti menjadi bentuk kekesalan Paul terhadap perubahan sikap John, terutama setelah band bubar. Walaupun lagunya gak sefrontal 'How Do You Sleep?', 'Too Many People' tetap jadi peluru awal dalam perang sindir-menyindir mereka berdua.

3. 'Sue Me, Sue You Blues' - George Harrison

Kalau John dan Paul saling sindir soal ego dan idealisme, George Harrison beda lagi, Ia kesal karena urusan hukum yang ribet setelah The Beatles bubar. Lagu 'Sue Me, Sue You Blues' dirilis di album Living in the Material World (1973) yang dari judulnya saja sudah jelas banget. Lagu ini jadi sindiran pahit buat situasi di mana para mantan anggota The Beatles saling tarik urat di pengadilan.

Latar belakangnya muncul dari konflik soal manajemen dan keuangan, terutama ketika Paul memutuskan keluar dari Apple Corps dan menolak dikendalikan oleh Allen Klein. Yang mana Klein adalah manajer yang dipilih oleh John, George, dan Ringo. Akibatnya, mereka malah saling gugat satu sama lain. George seperti merasa sedih dan frustrasi karena bukan ini yang ia bayangkan setelah band bubar.

4. 'Dear Friend' - Paul McCartney

Berbeda dari 'Too Many People' yang diciptakan untuk menyindir, tapi lagu 'Dear Friend' ini justru terasa seperti ajakan damai setelah badai panjang. Lagu yang dirilis pada album Wild Life (1971) bareng Wings ini bernuansa melankolis dan sangat personal. Liriknya terdengar seperti pertanyaan tulus, “Dear friend, what’s the time? Is this really the borderline?”. Seolah Paul bertanya, apakah hubungan mereka benar-benar sudah rusak sejauh itu?

Lagu ini diyakini ditulis setelah ketegangan antara Paul dan John makin panas, terutama usai rilisnya 'How Do You Sleep?'. Alih-alih membalas dengan kemarahan, Paul memilih pendekatan yang lebih lembut dan reflektif. Di balik kesederhanaan musiknya, 'Dear Friend' terasa sangat emosional. Paul menunjukkan sisi dirinya sebagai teman yang sebenarnya masih peduli.

5. 'Run of the Mill' - George Harrison

'Run of the Mill' adalah salah satu lagu paling jujur dan reflektif yang ditulis George Harrison, dirilis di album solo debutnya All Things Must Pass (1970). Di balik aransemen yang tenang, lagu ini menyimpan kekecewaan mendalam terhadap kondisi internal The Beatles di tahun-tahun terakhir mereka. George mencurahkan rasa frustrasinya karena merasa pendapat dan kontribusinya kerap diabaikan oleh John dan Paul yang terlalu dominan.

Lirik seperti “You’ll see the day another day’s gone by” dan “You point the way to the truth you can’t find” terdengar seperti sindiran halus yang diarahkan ke rekan-rekannya. Lagu ini ditulis saat ketegangan di tubuh The Beatles sedang memuncak, termasuk saat mereka berdebat soal manajemen dan arah musik. Buat George, 'Run of the Mill' jadi cara elegan untuk menyuarakan perasannya tanpa terkesan marah-marah. Apakah kamu setuju?

6. 'Wah-Wah' - George Harrison

'Wah-what' ditulis George Harrison di tengah salah satu momen paling emosional dalam hidupnya. Tepatnya ketika ia sempat keluar dari sesi rekaman Let It Be karena konflik internal yang memanas. Lagu ini muncul sebagai bentuk pelampiasan rasa jengahnya terhadap suasana di dalam band, terutama sikap dominan John dan Paul.

Dirilis di album All Things Must Pass (1970), lagu ini penuh energi dan jauh dari kesan tenang. Lewat lirik seperti “You made me such a big star, being there at the right time” dan “You don’t see me crying”, George mengekspresikan kemuakan sekaligus kebebasan setelah lepas dari bayang-bayang The Beatles. 'Wah-Wah' bisa jadi sebuah pernyataan dari George bahwa ia siap bersinar sendiri dan menjauh dari bayang-bayang mantan rekannya.

Melalui lagu-lagu tersebut, kita bisa lihat kalau The Beatles bukan cuma jago bikin karya yang timeless, tapi juga piawai menyelipkan emosi personal ke dalam musik. Sindiran dan unek-unek yang mereka lontarkan gak cuma jadi catatan sejarah, tapi juga menunjukkan kalau mereka manusia biasa yang bisa kecewa dan marah. Kalau gak ada lagu-lagu ‘berantem’ tersebut, rasanya kisah The Beatles jadi kurang berwarna, ya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us